Bab 5

628 79 2
                                    

Flora dan Aldo sedang makan siang bersama di cafe dekat kantor Flora. Mereka sedang asik membicarakan masa lalu.

"Eh Flo, gue bener-bener kagum sama lu," kata Aldo.

"Paan dah?" Kata Flora memasang wajah bingung.

"Gimana lu bisa survive 12 tahun ini? Tanpa pasangan pula," kata Aldo.

"Gue cuman mikirin gimana Shasha harus dapat yang terbaik, walau hanya dari gue," kata Flora.

Tiba-tiba hp Flora bunyi, suara Lulu diseberang sana terdengar panik. Lulu meminta Flora segera kembali ke kantor sekarang. Karena bingung akhirnya Flora kembali ke kantornya sendiri meninggalkan Aldo yang bingung.

"Kenapa Lu, tanya Flora yang baru saja datang," dia melihat Lulu yang tampak seperti habis melihat hantu.

"Tadi ada yang kesini nyari ibu, katanya istri pak Aldo, marah-marah," kata Lulu.

"Hah, kok bisa?!" Flora langsung bingung.

"Cuman karena ibu gak ada, terus orangnya pergi," kata Lulu masih dengan wajah panik.

"Kamu gak papa kan?" Tanya Flora. Lulu hanya menggeleng sambil mengatur nafasnya.

Ashel, istri Aldo, memang orang yang paling membenci kedekatan mereka berdua. Ashel merasa Flora adalah orang ketiga dikeluarganya. Alasan Aldo berhenti menjenguk mereka dulu juga karena Ashel.

Pertanyaan Flora gimana Ashel bisa tau tempat kerjanya disini. Dirinya harus menghubungi Aldo. Flora segera menelpon Aldo. Di reject, sepertinya sedang terjadi pertengkaran antara keduanya.

"Bu, udah ya bu, jangan macem-macem sama pak Aldo, resikonya terlalu banyak, kasian ibu," kata Lulu terlihat memelas.

"Iya, udah sana kerja lagi," Flora kembali keruangannya. Disana dia mengutuki dirinya, dia tau ini yang akan terjadi jika Aldo terus mendatanginya dan mengajaknya makan siang.

Memang masa lalu Aldo dan Flora sudah jauh sebelum adanya Ashel di hidup Aldo, justru karena itu Ashel jadi jauh lebih cemburu pada Flora ketimbang wanita lain.

Tidak lama Aldo menelpon, dan meminta maaf atas kelakuan Ashel. Flora juga meminta sementara waktu stop kontak dulu aja daripada malah memperkeruh kisruh rumah tangga Aldo.

Bel pulang sekolah baru saja berbunyi. Fritzy dan Shasha seperti biasa, berjalan bersama di lorong sekolah menuju gerbang depan.

"Zy, mau nanya dong, papa kamu punya saudara gak?" Tanya Shasha.

"Gak ada, papa aku tunggal, kenapa? Tanya Fritzy atas pertanyaan random Shasha.

"Oh gak papa kok, nanya aja," kata Shasha mengalihkan perhatian Fritzy.

"Eh aku dah di jemput, duluan ya," kata Fritzy melambaikan tangannya. Shasha membalas lambaian itu.

Shasha mengeluarkan foto dari tasnya, foto jaman SMA dimana ada Flora bersama beberapa temannya. Difoto itu Flora bergandengan dengan seorang pria yang dia tau adalah ayahnya. Di sebelahnya ada Aldo yang merangkul seorang wanita maniz berbibir tebal.

Apa om Aldo punya jawabannya? Batin Shasha. Namun belakangan ini dia belum sempat bertemu om Aldo lagi. Bagaimana dia bisa mendapatkan jawaban atas pertanyaannya.

"Ngapain ngelamun, dari tadi dipanggil gak nyaut," kata Flora menepuk Shasha yang sedang bengong.

"Hah iya bun, maaf," kata Shasha mengikuti bundanya kembali ke mobil.

Flora menyadari ada yang aneh dari Shasha. Sejak tadi Shasha lebih banyak diam dan tidak seceria biasanya.

"Kamu kenapa? PMS? Berantem sama temen? Berantem sama pacar? Kok diem aja," tanya Flora.

"Ah bunda apa sih, gak kok, Shasha gak papa," kata Shasha mengeles.

"Abis dari tadi diem aja, kenapa?" Tanya Flora lagi, sesekali dirinya melirik pada Shasha.

"Ah gak, biasa aja," kata Shasha lagi.

"Dah makan belom?" Tanya Flora lagi Shasha cuman mengangguk.

Sesampainya dirumah pun Shasha langsung kembali kekamar. Shasha hari itu memilih mengurung diri. Dia belum juga keluar hingga jam makan malam tiba.

Flora beranjak ke kamar Shasha. Dirinya berniat menanyakan kondisi Shasha yang sedari tadi diem aja.

Karena pintunya tidak dikunci, Flora langsung masuk dan terkejut dengan isi kamar Shasha. Dimana, box yang dilarangnya untuk dibuka, sekarang berada disana, dengan isinya yang berhambur di kamar Shasha. Bahkan dirinya melihat Shasha ketiduran sambil memegang foto pria yang Flora jelas kenal karena itu ayah dari putri tunggalnya.

Cerita dari masa lalu untuk masa depanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang