14. a date?

11 4 0
                                    

Haloooooo
apakah masih ada manusia yang menunggu cerita ini update. huhu...
maafkan penulis gak konsisten ini ya, suka sok sibuk. jujur, nulis itu menyenangkan tapi kalo lagi buntu banget aku gak bisa maksa diriku untuk tetep nulis karena apa yang aku tulis gak akan memuaskan.
tapi hari ini aku kembaliiiiiii
draft ini udah lamaaaa banget mau aku tulis, udah menggenang di kepala berbulan-bulan tapi susah banget nyusun kalimatnya. tapi akhirnya, hari ini selesai.

enjooooy ya...

JANGAN LUPA VOTE hehe

selamat membaca.... ♡

°°°

Malam itu bukan malam minggu, waktu dimana banyak sepasang manusia menghabiskan waktu bersama, entah untuk sekadar jalan-jalan, nonton, atau makan malam di warung pinggir jalan. Malam itu hanyalah malam biasa di hari Selasa, namun sepertinya tak akan terasa biasa saja karena Laras akan menghabiskan waktu bersama Kahill.

Senyum gadis itu sama sekali tak luntur sejak sore tadi. Debar di dadanya membuatnya kian tak mampu menyembunyikan senyum, apalagi ketika jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Dia kembali mematut dirinya di depan cermin, merapikan rambut yang malam itu dia kepang dua. Sebagai sentuhan akhir, dia menyemprotkan parfum di beberapa titik dan selesai. Laras menyambar tas selempangnya dan keluar dari kamar siap menemui sahabatnya.

"Udah?" kata pertama yang Kahill ucapkan ketika Laras keluar dari rumahnya, padahal ada ribuan kalimat pujian yang memenuhi kepalanya. Namun, semua itu tak mampu dia keluarkan.

Laras mengangguk antusias, lalu mengambil alih helm yang disodorkan oleh Kahill. Dia memakainya dengan hati-hati supaya rambutnya tidak berantakan. Melihat itu Kahill merasa bersalah.

"Harusnya aku bawa mobil, ya?"

Laras mengeleng, melupakan kaitan helmnya yang belum terpasang dengan benar. "Ih, gak apa-apa, kok. Lagian kalau bawa mobil parkirnya nanti susah. Jalan-jalan naik motor lebih seru kali, Hil," ujar gadis itu antusias, berusaha membuat Kahill senang.

"Tapi pakai helm bikin rambut kamu berantakan."

"Dikit doang. Yuk, berangkat!" Laras baru akan naik ke atas motor Kahill, ketika lelaki itu menahan langkah Laras dengan menarik lengannya.

Tangan lelaki itu terulur untuk mengaitkan tali helm Laras, setelah bunyi 'klik' baru lelaki itu menyuruh Laras naik. "Udah aman. Naik!"

Laras sempat mematung sebentar, tapi dia segera sadar dan duduk di belakang Kahill.

Motor Kahill melaju di tengah keramaian bersama pengguna jalanan lain, Laras yang duduk di belakang Kahill sibuk melihat ke kanan dan kiri, merasa takjub dengan lampu-lampu jalanan dan ramainya jalanan kota. Maklum anak rumahan yang jarang keluar rumah, sekali keluar rumah rasanya seperti baru keluar dari goa. Hal biasa bisa menjadi luar biasa.

Perjalanan menuju alun-alun butuh waktu lebih 30 menit karena rumah mereka cukup jauh dari pusat kota. Begitu sampai, mereka sama sekali tak menyangka kalau alun-alun kota akan sangat ramai.

"Ini serius se-rame ini? Bukan malam minggu, loh," ujar Laras heran seraya turun dari atas motor. Gadis itu melepas helm dengan pandangan menatap takjub para manusia yang memenuhi taman alun-alun.

"Makanya aku ajak kamu di hari biasa. Kamu gak masalah? Atau mau ke tempat lain aja?"

Laras menggelengkan kepala. "Udah lama pengen ke sini, tapi gak ada yang ngajakin."

I'll Be Friend's With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang