Bab 1

908 129 4
                                    

Happy reading, semoga suka.

Yang mau baca duluan, bisa ke Karyakarsa ya, sudah update sampai bab 19.

Yang mau baca duluan, bisa ke Karyakarsa ya, sudah update sampai bab 19

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,

Carmen

___________________________________________________________________________

Daphne menunggu dengan sabar saat pria itu menghabiskan sisa kopi di cangkirnya lalu menghilang ke dalam kamarnya. Saat tinggal sendiri, ia baru menoleh berkeliling untuk memperhatikan ruang keluarga itu. Dekorasi interior ruangan itu sangat minimalis, lebih kepada kepraktisan semata. Tidak ada perabotan mewah berat yang mengintimidasi, tidak ada perabotan antik yang membuat kau takut untuk menyentuh dan tak sengaja menjatuhkannya, tidak ada lukisan yang sebenarnya sama sekali tidak menarik tapi bisa berharga hingga selangit. Tapi Daphne lebih suka penataan sederhana seperti ini. Tempat ini bersih, rapi dan sederhana.

Setelah beberapa saat, pria itu keluar, tampak lebih rapi dan jelas sudah berganti pakaian dan Garreth kemudian mengarahkan Daphne keluar dan menuju mobil pria itu. Untuk ukuran pria sederhana, ternyata dia memiliki selera mobil yang mahal. Pria itu mengendarai Porsche Cayenne hitam edisi terbaru. Saat duduk di sebelah pria itu di dalam mobil mewah tersebut, Daphne berusaha untuk tidak terlalu terpesona dengan kemewahan interiornya.

Pria itu berkendara dengan mulus menuju pusat kota untuk mengurus beberapa hal bersama, mengutip kata-kata pria itu tadi. Mereka berbincang santai sepanjang jalan. Pria itu menekankan bahwa dia tidak ingin kolega dan partner bisnis atau siapapun yang mereka temui di konferensi nantinya tahu bahwa dia menyewa seorang escort untuk menenaminya sepanjang acara tersebut, jadi mereka harus saling mengenal terlebih dahulu dan membuat beberapa karangan tentang hubungan mereka. Cara pria itu berbicara, kesopanannya, cara dia memperlakukan Daphne, semua itu membuat Daphne nyaris lupa bahwa ia berada di samping pria itu karena Garreth telah membayarnya. Dia dengan sopan bertanya tentang minat dan hobi Daphne, tidak menyentuh sama sekali topik tentang pekerjaan Daphne dan hanya fokus pada kepribadian, minat dan semua tentang diri Daphne kecuali fakta bahwa ia pelacur untuk para pria kaya.

Perhentian pertama mereka adalah klinik. Setelah mendaftar, mereka berdua menunggu untuk pemeriksaan fisik dan darah dan beberapa pemeriksaan medis terkait lainnya. Prosesnya cepat juga tidak sakit, tidak ada yang perlu Daphne khawatirkan.

Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan mereka ke klinik mata untuk mendaftar prosedur Lasik. Sebenarnya Daphne cukup cemas, ia tidak pernah melakukan prosedur itu sebelumnya dan ia agak takut, juga gugup tapi pria itu menenangkannya dengan berkata bahwa ini adalah salah satu klinik mata terbaik di kota dan mereka sudah sering menangani pasien Lasik, salah satunya Garreth sendiri. Beberapa dari kolega bisnisnya juga pernah melakukan prosedur Lasik di klinik tersebut dan semuanya berjalan dengan lancar tanpa ada masalah. Perkataan pria itu membuat Daphne merasa lebih baik dan itu mengurangi kecemasannya. Ia lalu membuat janji untuk hari berikutnya dan memastikan sahabatnya bisa datang bersamanya karena ia tidak bisa menyetir setelah operasi.

Setelah itu, mereka berhenti untuk makan sejenak di sebuah restoran kecil tetapi menyediakan menu makanan yang sangat lezat. Daphne tidak akan berbohong, ia sangat menikmati waktunya bersama pria itu. Setelah selesai makan, mereka kemudian singgah di sebuah butik. Di sana, seorang wanita langsung menyambut mereka dan dengan ramah mulai melayani Daphne. Wanita itu mengukur tubuhnya, sambil berbicara dengan Garreth, menawarkan pada mereka berbagai model pakaian terbaru juga bertanya pada Daphne tentang model yang diinginkannya. Merasa tak berdaya, ia menatap Garreth dan membiarkan pria itu yang menjawab untuknya. Garreth tidak banyak bicara, dia yang mengambil semua keputusan untuk Daphne, memilih pakaian, tas, sepatu yang diinginkannya tanpa bertanya, tanpa memberi Daphne penjelasan, tapi pria itu memperlakukannya dengan sopan dan baik dan Daphne tentu saja tidak bisa menolak semua pemberian murah hati pria itu, walaupun hanya sekadar untuk keperluan pekerjaannya.

Saat semua yang harus mereka lakukan hari itu telah selesai, pria itu kemudian menyetir kembali ke rumahnya. Daphne lalu turun, menggotong berkantong-kantong barang belanjaan sambil berjalan menuju mobilnya.

Pria itu mengulurkan sisa kantong belanjaan mereka untuk diletakkan di bagasi mobil Daphne lalu menatap Daphne sambil tersenyum hangat. "Senang bertemu denganmu, Daphne."

Daphne membalas senyum pria itu, sadar bahwa ia juga sangat menikmati waktu yang dihabiskannya bersama Garreth. Sudah lama sekali ia tidak pernah bertemu dengan seorang pria yang memperlakukannya dengan setara dan sopan, yang tidak memandangnya rendah hanya karena Daphne adalah seorang escort.

"It was my pleasure, Garreth," ujar Daphne kemudian.

Pria itu kembali menyerahkan amplop padanya. Di dalamnya berisi lima lembar uang USD100 dolar lainnya yang masih baru dan juga sebuah daftar. "Ada hal-hal yang masih kau perlukan untuk perjalanan ini. Ini adalah perjalanan bisnis bagiku dan tentu saja, aku ingin kau mengenakan pakaian yang tepat. Jika masih ada yang kurang dari semua yang tadi kubeli, kau bisa membelinya sendiri dengan uang itu. Tapi jika kau berbelanja melebihi anggaran yang kuberikan, aku tidak akan menambah lagi kekurangannya."

Jika Garreth berpikir bahwa Daphne akan menuduhnya pelit, maka pria itu salah besar. Ia menatap pria itu dengan mata melebar, tampak tak percaya dengan kata-kata yang didengarnya. Alih-alih berpikir bahwa pria itu pelit, Daphne merasa pria itu terlalu murah hati. Tidak pernah ada klien yang dengan mudahnya menawarkan Lasik padanya, membawanya makan, berbelanja barang-barang mewah yang mahal bahkan memberinya tambahan, pria itu terlalu murah hati. Murah hati dan memperlakukan Daphne dengan rasa hormat yang layak diterimanya. Bohong bila ia tidak merasa sedikit terharu.

"Dan jika kau menemui masalah dengan klinik mata, telepon aku." Pria itu lalu memberinya kartu nama bertuliskan nomor ponsel dan nomor rumahnya. "Tes kita akan keluar Kamis nanti. Bisakah kita nanti bertemu di klinik?"

The Billionaire's Paid Mistress - Kekasih Pengganti Sang TaipanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang