Jaemin memperhatikan pantulan dirinya di cermin sembari memoles bibirnya agar terlihat lebih pink dan plump. Ia lalu membenahi pakaiannya yang ia usung dengan warna soft.
Merasa sudah sempurna, Jaemin dengan segera menutup pintu kamarnya perlahan lalu mengunci nya. Langkahnya begitu senang menuruni anak tangga satu persatu, moodnya sedang bagus pagi ini.
Hingga sampai di lantai dasar, Jaemin menghampiri Bibi yang bekerja dirumah itu.
Bibi yang merasa ada seseorang didekat nya segera menoleh dan mendapati Jaemin dengan raut riang nya.
"Mau kemana den? Ini daritadi nak Logan rewel terus, ndak berhenti nangisnya"
Bibi terlihat kewalahan dengan Logan yang terus merengek di gendongan. Setitik peluh membasahi kening Bibi yang nampak kepayahan.
"Kasih aja susunya, gue mau pergi dulu Bi, ada urusan"
Jaemin lalu menitipkan beberapa lembar uang untuk Bibi membeli popok kalau kalau persediaan popok si bayi habis.
Bibi tersenyum getir sembari menatap kepergian Jaemin, meninggalkan anaknya yang bahkan masih rewel.
ꗃ
Jaemin mendatangi sebuah cafe yang sudah dijanjikan sebelumnya. Suasana cafe yang tak ramai membuat Jaemin dengan mudahnya menemukan seseorang yang sudah ia tunggu tunggu keberadaan nya.
Jaemin menghampiri orang tersebut dengan perasaan senang yang meletup letup. Ia menduduki kursi yang berhadapan langsung dengan nya.
"Haii, maaf lama nunggu nya" Sapa Jaemin dengan riang
"Loh, kirain malah gak bakalan dateng haha"
Jaemin menanggapi nya dengan kekehan kecil lalu menopang dagunya.
"Gimana kabar lo, hyuck?"
"Hahah masih aja lo panggil nama itu, kabar gue ya.. baik tapi jangan nanya kabar hati gue gimana"
Haechan menanggapi nya dengan sedikit lelucon, sebisa mungkin menutupi rasa tegang nya.
"Lo tau kan kalau gue cuma dijodohin" Jaemin mulai serius membuka obrolan
"Tau —lo udah ada suami, ada anak malah"
"Whatever, im never love him"
Ucapan Jaemin yang terlampau santai membuat Haechan melotot kaget. Ia menaruh kembali kopi yang tak jadi diminum olehnya.
"Lo gila"
"Iya, gue gila karena ini semua.
Coba kalau waktu itu lo milih untuk bertahan bersama, akhirnya gak akan kaya gini hyuck"Haechan kemudian menegak kopinya yang terasa begitu pahit, setelah mendengar tuturan Jaemin membuat nya terkekeh pelan.
"Gue bisa apa Jaem? orang tua lo juga gak akan pernah bisa nerima gue kan"
Jaemin menghela nafas pelan, tangannya mulai terulur untuk mengelus surai Haechan. Kebiasaan yang dulu sering ia lakukan jika Haechan tengah frustasi. Haechan yang mendapatkan perlakuan seperti itu lantas memejamkan matanya perlahan, menikmati sentuhan yang telah lama ia rindukan.
"Dengan kita ketemu begini, ngebuat gue jadi makin susah buat lupain tentang lo"
"Kalau gitu, jangan lupain gue hyuck. Gue gak bisa–"
Ucapan Jaemin tersendat saat air matanya terjatuh perlahan. Pertemuan nya dengan Haechan– mantan kekasih nya, membuat Jaemin merasa sangat emosional.
Jaemin rindu segala momen nya bersama Haechan. Ia hanya bisa melampiaskan ini semua dengan tangis. Jika saja waktu bisa diulang kembali, maka ia akan memilih untuk tetap bersama Haechan. Keduanya saling mencintai tetapi akhir cerita mereka berujung tak sempurna.
Kalian tim siapa?
Segini dulu, soalnya ngantukk