08. Terlalu Sakit untuknya ✓

89 16 1
                                    

“Jangan harap saya bisa anggap kamu sebagai anak kalau kamu tidak mentaati peraturan dirumah ini, Arshelin”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Jangan harap saya bisa anggap kamu sebagai anak kalau kamu tidak mentaati peraturan dirumah ini, Arshelin”

Arshelin hanya terdiam, lagi-lagi mengeraskan rahangnya kuat.

“Keluar, kamu!”

Dengan langkah yang tertatih-tatih, Arshelin mulai melangkah keluar dari ruangan Julian dengan luka lebam di sekujur tubuhnya. Bagian perut, lengan, dan lehernya benar-benar lebam. Pipi kanannya merah karena ia ditampar berkali-kali, sementara sudut bibirnya itu mulai mengeluarkan setetes darah. Kakinya terasa sakit karena sempat dipukul dengan ikat pinggang milik Julian.

Arshelin membuka pintu ruangan, air matanya mulai turun meskipun raut wajahnya datar. Ia tidak bisa mengeluarkan sesak di dadanya itu meskipun ia sudah memukulnya berkali-kali.

Diluar sana, terdapat keempat saudarinya yang tengah menunggu dirinya di depan pintu. Tentu saja, mereka semua terkejut bukan main melihat lebam dan luka hampir di seluruh tubuh Arshelin.

“Shelin!” Adhisty membawa adiknya itu ke pelukannya, gadis itu mengelus punggung Arshelin bersama air mata yang mulai jatuh ke pipinya.

“Teriak, Shel, teriak. Pasti sakit banget di dalam sana” Lirih Adhisty, sementara Arshelin masih tetap dengan raut wajahnya yang datar.

Ia melirik Nishala yang menatapnya lirih, mata gadis itu sembab seperti habis menangis.

Arshelin menghela nafasnya panjang, Adhisty melepas pelukannya dengan mata yang berkaca-kaca.

“Gue mohon banget, Shelin. Keluarin sesak lo disini, jangan ditahan sendirian...” Lirih Adhisty pelan.

Marsella menghampiri Arshelin, mengelus kepala adiknya itu dengan lembut.

“Gue tau, gue bukan Kakak yang baik buat lo semua. Tapi, peran gue disini sebagai anak pertama. Gue masih punya hati untuk lo semua, dan hati gue sakit kalo liat lo dalam keadaan gini” Marsella menjeda kalimatnya sejenak.

“Jadi, gue mohon. Kalo kalian bertiga mau nangis, tolong datengin gue dan peluk gue. Untuk lo, Shel, istirahat dulu di kamar. Gue dateng sambil bawa obat, nanti” Lanjutnya, kemudian tersenyum tipis.

Maulani menyadari, perkataan lembut dari mulut itu bukan untuknya. Melainkan, untuk ketiga adiknya. Ia tidak akan pernah mendapatkan kasih sayang dari saudari kembarnya meskipun dirinya yang terluka. Marsella benar-benar membencinya tak kenal ampun. Maulani hanya bisa menahan sesak di dadanya dan mengeraskan rahang.

“Gue penyebab keluarga ini kacau, gue penyebabnya...” Batin Maulani, melirih.

“Gue jagain Shelin di kamar dulu ya, Kak” Adhisty merangkul Arshelin, membawanya melangkah menuju kamar.

Marsella melirik Nishala yang masih diam ditempatnya tanpa berkutik, ia menghampiri Nishala dan mengelus kepala gadis itu.

“Nggak usah khawatir, La. Shelin nggak akan benci sama lo. Dia lakuin ini, karena dia sayang sama lo” Tutur Marsella, lembut.

°𝐀𝐊𝐒𝐀 |✓|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang