Bab 6

592 74 4
                                    

Keduanya hanya diam tidak ada obrolan atau candaan seperti biasanya saat makan malam. Flora pura-pura tidak perduli dengan yang dikerjakan Shasha, sementara Shasha paham kalau ada yang di tutupi oleh bundanya.

Shasha akhirnya memilih untuk mecari tahu sendiri dulu kebenaran tentang ayahnya. Karena dia yakin jika saat ini menanyakan pada ibunya pasti dia hanya akan menghindar.

Cara paling gampang yang bisa dipikirkan oleh Shasha saat ini adalah Aldo atau keluarga Fritzy namun dua-duanya bisa saja berakhir buntu.

Selesai makan dirinya kembali ke kamarnya masih dengan tanpa tegur sapa dengan sang bunda. Kali ini Shasha mengunci kamarnya dan membongkar kembali barang milik ibunya. Satu hal yang harus dia temukan adalah siapa nama ayahnya.

Dibuku tahunan milik bundanya dia mendapatkan apa yang dirinya cari, Ferrel Navaro Jayawardhana. Nama itu yang akan dia ingat.

***********************

Pagi menjelang, sebelum Flora siap mengantarkan Shasha, Shasha pamit untuk memilih berangkat sendiri. Sesuatu yang janggal bagi Flora. Sedikit khawatir tapi mau gimana lagi.

Yang ada difikiran Flora kali ini, kemungkinan terburuknya adalah dia harus menyatakan kebenaran pada Shasha. Tentang sang ayah yang selama ini dipendamnya.

Shasha hari ini lebih banyak melamun, terlihat tidak fokus dan gelisah. Fritzy berulang kali menegurnya karena bengong saat di kelas.

"Kamu kenapa sih kayak gak fokus gitu," kata Fritzy pada Shasha. Shasha hanya menggeleng dan tersenyum simpul.

"Eh nama papa kamu siapa?" Tanya Shasha tiba-tiba.

"Dih kamu dari kemarin kepo banget sih ma papa aku," kata Fritzy curiga. Shasha hanya senyum.

Pertanyaan belum terjawab karena bel istirahat berbunyi dan Fritzy segera mengajak Shasha ke kantin.

Dikantor Flora, dirinya baru saja selesai meeting saat terdengar keributan di depan ruangannya. Dia akhirnya keluar untuk melihat ada masalah apa.

"Nah ini dia, heh cewe gatel, lu tu ngapain pake balik kesini, udah bagus lu jauh-jauh dari sini, kerja lu tu cuma ngambil laki orang, gak malu lu dari dulu cuman bisa ngambil laki orang!" Seorang wanita berdandan seperti ibu pejabat datang mencecar Flora yang baru saja muncul.

"Shel, bentar shel, lu salah paham, gue gak ada apa-apa sama Aldo, bahkan gue dah gak kontakan lagi sama dia," kata Flora berusaha menenangkan Ashel.

"Jangan lu pikir gue gak tau lu kerjanya keluar makan siang ma suami gue, pecun lu! Plak!" Tiba-tiba Ashel menampar Flora hingga sudut bibir Flora berdarah.

Lulu akhirnya memanggil satpam dan membawa Ashel keluar. Flora kembali ke ruangannya dan menangis. Apalagi ini Tuhan, bahkan dia berusaha menghindari masalah tapi masalah mendatanginya.

"Flo!!" Tiba-tiba Aldo masuk ke ruangannya. Lulu yang berusaha menahan Aldo gagal.

"Lu gak papa," kata Aldo mencoba melihat wajah luka milik Flora.

"Salah gue apa do," tanya Flora pelan mulai menitikkan air mata. Lulu pun akhirnya meninggalkan keduanya di dalam.

"Do, gue gak ngapa-ngapain ma lu, kenapa istri lu sampe semarah itu ma gue, kenapa do!" Kata Flora makin kesel.

"Sori flo, gue gugat cerai Ashel, dan dia pikir karena lu," kata Aldo menunduk.

"Anj**g lu, kalo lu ada masalah keluarga selesaiin sendiri jangan bawa-bawa gue dan keluarga gue!"kata Flora memukul Aldo.

"Gue udah susah payah balik dari keterpurukan sekarang tingkah lu begini! Jauh-jauh dari gue lu! Jauh-jauh dari keluarga gue! Keluar lu!" Bentak Flora emosi.

Aldo melangkah maju namun Flora segera menjauhkan dirinya. Flora masih terus menangis karena kesalnya.

"Sori flo tapi jujur gue dari dulu sayang sama lu, dan gue gak pernah dapet cinta lu, sekarang lu balik, gue gak akan lepaskan lu gitu aja, gue akan berjuang buat cinta gue!" Kata Aldo.

"Gue gak cinta sama lu ta**!!" Bentak Flora masih penuh emosi.

Aldo hanya bisa melangkah pergi. Meninggalkan Flora yang kalut dalam masalahnya. Masalah yang tidak sengaja di timbulkan Aldo.

Disisi lain hari itu Shasha ijin bermain kerumah Fritzy lagi, sang bunda hanya menjawab ya. Fritzy juga mengoke kan. Shasha sedang mengumpulkan segala strategi perang yang dia bisa.

Bel pulang sekolah pun berbunyi. Kedua anak gadis ini berjalan menuju gerbang sekolah sambil penuh riang tawa.

"Eh itu papaku jemput"kata Fritzy menunjuk pria yang diumur yang matang masih terlihat gagah dan berwibawa.

"Papa, tumben jemput Fritzy," kata Fritzy menyalami ayahnya.

"Ya emang kenapa, gak mau?" Tanya papanya menggodanya.

"Yee, pa ini temenku Shasha mau ikut main kerumah," ujar Fritzy mengenalkan Shasha.

Keduanya sempat bertatapan sesaat sebelum akhirnya Shasha menjulurkan tangannya.

"Shasha om, ijin main dirumah," kata Shasha. Papanya Fritzy hanya tersenyum. Ketiganya naik ke mobil dan segera pulang.

Ada perasaan mengganjal di hati papa Fritzy. Yang pertama wajah itu mirip dengan dirinya, yang kedua nama itu familiar baginya.

Cerita dari masa lalu untuk masa depanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang