Alkana menegang, sial apaan lagi ini?
Dengan gerakan slow motion Alkana membalikkan tubuhnya, dia melihat cowok dengan wajah garang mendelik ke arahnya.
"mau kabur lo hah?!" teriaknya membuat Alkana menutup mata, serem banget gilaa!!
Alkana membuka mulutnya tapi suaranya berhenti di tenggorokan karena sebuah suara mendahuluinya.
"he's not one of us, let him go" suara itu berasal dari cowok yang berdiri di kelompok yang mayoritas bermotor hitam. Pandangan matanya menatap tajam lawannya, tidak gentar sedikit pun melihat lawannya yang berjumlah banyak. Cowok itu kemudian melirik Alkana, mengodenya untuk segera pergi. Alkana mengangguk kaku dan langsung berlari dari sana.
Persetan dengan taxi yang dia pesan, dia harus pergi sejauh mungkin dari tempat itu. Napas Alkana tersendat-sendat karena dia berlari tanpa henti, paru-parunya terus berpacu kencang saat ini.
"uhuk hah anjir mereka siapa hah" Alkana meraup banyak oksigen di sekitarnya, menumpu kedua tangannya pada lutut.
Alkana berbalik dan menatap arah dia berlari tadi, apes banget karena hampir saja dia ikut terseret tawuran itu untungnya dia bisa pergi sebelum luka baru bersarang di tubuhnya.
Alkana berjalan lemas entah kemana, sekarang dia dimana saja dia tidak tahu. Cowok itu hanya mengikuti langkah kakinya, dan sampailah Alkana di sebuah minimarket. Dia mendudukkan dirinya di salah satu kursi yang disediakan disana. Melepas ranselnya dan meletakkan di bawah kaki. Keringat masih mengalir di dahinya menandakan bahwa cowok itu masih kelelahan.
Alkana membuka ponselnya dan men-cancel pesanan taxi online yang dia pesan tadi. Biarlah pulang menjadi urusan terakhir.
"apes mulu perasaan" gumamnya sambil memejamkan matanya, dia menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.
"ngapain?"
Alkana reflek membuka matanya kala mendengar suara seseorang di dekatnya, matanya langsung bersitatap dengan mata Rein. Ya, orang yang sedang berdiri di hadapannya adalah Rein.
Cowok itu menaikkan sebelah alisnya, bermaksud menyuruh Alkana menjawab pertanyaannya barusan.
"bukan urusan lo" jawab Alkana, mungkin karena kesialan yang terus menerus mendatanginya Alkana menjadi sangat kesal dan berkata ketus pada Rein.
Sedangkan Rein mengernyitkan keningnya mendengar respon dari Alkana, bukannya tadi pagi orang di hadapannya masih menatapnya ketakutan tapi sekarang Alkana seolah tidak takut dengan Rein dan berkata ketus padanya. Memang bisa orang berubah sikap dalam satu hari?
Rein pun hanya acuh dan memilih untuk memasuki minimarket, Alkana juga tidak peduli tuh. Alkana malah membuka hapenya dan memainkannya, dia tidak ada niatan untuk beranjak pulang ataupun memasuki minimarket. Dia hanya akan melepas penat sebelum memesan ojek online untuk pulang.
Alkana asik memainkan ponselnya, melihat postingan orang-orang secara random ternyata seru juga membuat Alkana tenggelam dalam dunianya. Tak jarang dia terkekeh pelan ketika elihat postingan lucu di hapenya.
"ahh kaget!" seru Alkana ketika benda dingin menempel di pipinya, Alkana seketika menoleh dan lagi-lagi mendapati Rein yang menyodorkan sekaleng soda untuknya. Alkana memiringkan kepalanya dan menatap kaleng soda dan wajah Rein bergantian.
"ambil" suara husky itu terdengar lagi.
Alkana menggeleng " gue gasuka soda" jawabnya tanpa mengambil soda dari tangan Rein, yang ditolak pun menghembuskan napasnya.
"use aku-kamu" Rein kembali mengucapkan kalimat yang tidak dipahami Alkana, cowok yang lebih kecil menatap bingung sang dominan. Kenapa cowok di depannya itu selalu tidak jelas ketika berbicara sih?
"use aku-kamu when talking to me, Alkana" kata Rein menjelaskan maksudnya, kini Alkana yang mengernyitkan keningnya saat paham akan maksud ucapan Rein. Buat apa dia menggunakan aku-kamu dengan cowok di hadapannya itu. Apakah cowok di hadapannya itu mengira Alkana adalah bocah lugu yang tidak pantas menggunakan lo-gue dalam berbicara? Atau gara-gara Alkana yang di cap cupu tidak patut menggunakan bahasa gaul?
Memikirkannya saja membuat Alkana kesal, entah itu spekulasi yang benar atau tidak yang pasti Alkana kesal.
"terserah gue dong mau ngomong kaya gimana" balas Alkana dengan wajah tidak sukanya,saat ini keberaniannya masih tinggi jadi dia masih bisa membalas perkataan Rein dengan lancar.
Mendengar penolakan dari Alkana membuat Rein semakin menajamkan tatapannya pada Alkana, rahangnya mengeras. Dia adalah orang yang tidak suka di bantah maupun ditolak keinginannya. Aura dominan yang dia keluarkan karena emosi membuat Alkana tidak nyaman, bahkan kini drinya tidak berani menatap mata si dominan.
Dimana keberaniannya tadi? Padahal tadi dia sudah bisa berkata ketus pada orang didepannya itu. Tapi jika dipikirkan lagi, dengan sifat tidak ingin dibantahnya Rein tentu saja marah. Bayangkan saja Alkana sudah menolak pemberiannya tadi dan juga kini menolak perintahnya untuk menggunakan aku-kamu.
Alkana ingin mengucapkan sesuatu tapi lidahnya kelu untuk berbicara, akhirnya dia memilih untuk menundukkan pandangannya.
VOTE DUNGS
part sebelumnya kepedekan kah? hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY ME!!
Adventure" woi ini beneran? ga lucu woii! huaaaa bundaaa" Arkana Samudra tiba-tiba terlempar ke dunia novel yang dia baca dan menempati tubuh tokoh yang sangat tidak berguna dan sialnya tokoh yang selalu terkena imbas dari perbuatan tokoh lain. this is tran...