Bab Satu

310 20 0
                                    

“Eomma.”

Shin Hyona yang baru saja membalik buku dongeng menoleh pada anak lima tahun yang kini bersandar padanya. “Hm?”

“Kata Eomma dia putri. Tapi kenapa pakaiannya jelek? Kulitnya juga tidak seputih putri Aurora dan putri yang lain?” tanya anak perempuan itu, Haesoo.

Hyona tersenyum tipis. Ia mengelus rambut Haesoo dengan lembut sambil menjawab, “Tuhan menciptakan manusia dengan beragam. Ada yang tinggi, ada yang pendek, ada yang hitam, ada yang putih, ada yang berambut lurus, ada juga yang berambut ikal. Tapi mau bagaimana pun wujudnya, semua perempuan tetaplah putri dan semua sama istimewanya. Termasuk dirimu, Haesoo-ya.”

“Jadi Moana tetap seorang putri meskipun dia tidak punya pangeran?”

Shin Hyona mengangguk. “Moana gadis yang kuat. Dia tegar dan percaya diri. Dia tahu ke mana arah dan tujuan hidupnya. Dia mandiri, seorang pejuang, dan yang terpenting dia tidak bermalas-malasan hanya menunggu pangeran datang mengubah hidupnya. Bukankah itu yang menjadikannya hebat?”

Haesoo mengangguk-angguk. Anak itu menatap sosok Moana dalam buku bergambarnya dengan penuh kekaguman.

“Kau harus bisa seperti Moana, sayang. Ketika sudah besar nanti, kau harus bisa menjadi perempuan yang mandiri, tangguh dan tidak menggantungkan hidup pada laki-laki.”

“Seperti Eomma?”

Hyona mengangguk. “Kalau kau menjadi perempuan hebat, kau juga akan mendapatkan laki-laki yang hebat.”

“Seperti Appa?”

Hyona mengangguk lagi sambil tersenyum tipis. “Ya. Seperti Appa.”

“Aku mau punya pangeran seperti Appa!” seru Haesoo semangat.

“Besok kau akan mendapatkannya, bahkan yang berjuta kali lebih baik,” kata Hyona. “Nah, sekarang saatnya tidur. Besok pagi kau harus sekolah.”

“Ne, Eomma.”

Haesoo mencari posisi nyaman di balik selimut, sedangkan Hyona menutup buku dongengnya kemudian mengecup kening putrinya dengan lembut. “Selamat tidur, sayang. Mimpi yang indah.”

“Eomma juga.”

Shin Hyona keluar dari kamar Haesoo dan kembali ke kamarnya sendiri. Disambut oleh Cho Kyuhyun yang baru selesai mengeringkan rambut. Pria yang mengenakan kaos dan celana pendek hitam itu menghampiri Hyona dan merengkuh pinggang istrinya. “Haesoo sudah tidur?”

“Sudah,” jawab Hyona. Wanita itu menguap lebar sambil menutupi mulutnya dengan telapak tangan. “Aah! Tubuhku rasanya seperti habis dipukuli.”

“Kau pasti lelah. Mau kupijat?”

Hyona menggeleng. “Tidak perlu, Oppa. Aku tahu kau juga lelah.”

“Aku tidak lelah,” jawab Kyuhyun. Ia mendudukkan Hyona di pinggir ranjang lalu memijat pundak wanita itu. “Hari ini aku hanya di kantor. Kau yang beberapa hari ini bolak-balik Busan untuk mengisi pelatihan. Bagaimana? Lancar?”

“Hari ini peserta pelatihannya sedikit merepotkan. Untung aku punya tim yang semakin hari semakin bisa diandalkan dan mereka amat sangat membantuku.”

Shin Hyona dan Cho Kyuhyun adalah sepasang suami istri. Hyona berprofesi sebagai psikolog di sebuah rumah sakit, psikolog yang kini telah memiliki lembaga konsultan profesional. Lembaga yang sering digunakan banyak instansi untuk memberikan pelatihan dan pengembangan diri para karyawannya. Lembaga yang juga telah mempertemukan Hyona dan Kyuhyun tujuh tahun yang lalu. Karena saat itu Cho Corporation menyewa jasa SH Personality Development Center untuk mengisi program Human Resource Training.

“Kenapa tidak menginap di Busan saja tiga hari ini bersama timmu? Kenapa malah bolak-balik sendiri?” ujar Kyuhyun sambil memijat pundak Hyona.

Hyona menggeleng. “Kalau tidak mendesak dan aku punya kesempatan untuk pulang, aku pasti memilih pulang.”

“Tapi tubuhmu jadi lelah begini.”

“Melihatmu dan Haesoo sudah cukup untuk mengobati lelahku, Oppa,” jawab Hyona. “Tenang saja. Besok hari terakhir dan setelah itu aku bisa istirahat di akhir pekan. Minggu depan juga tidak ada jadwal pelatihan khusus, hanya konsultasi biasa di rumah sakit.”

“Berbaringlah. Biar kubantu melemaskan otot-ototmu,” ujar Kyuhyun.

“Tidak usah. Ayo tidur saja. Aku ingin memelukmu.” Hyona menarik Kyuhyun untuk berbaring, sedangkan dirinya tidur dalam dekapan pria itu. “Ah, nyaman sekali.”

“Istirahatlah, sayang.”

Hyona memundurkan kepalanya dan mendongak agar bisa menatap wajah suaminya. “Maafkan aku.”

“Kenapa?”

“Kemarin.” Wanita itu tersenyum sedih. “Aku ketiduran padahal kau sangat membutuhkanku. ”

“Tidak apa-apa,” jawab Kyuhyun. Meski tak dipungkiri bahwa pria itu kesal, tapi ia masih berusaha mengerti bahwa istrinya lelah.

“Mau melakukannya sekarang?”

“Tidak usah, sayang. Aku tahu kau lelah.”

“Tapi kau ingin. Sudah seminggu lebih kita tidak melakukannya. Kau pasti kesal sekali kemarin harus menuntaskan sendiri di kamar mandi.”

“Lupakan saja.”

“Maafkan aku.” Hyona mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir Kyuhyun. “Maaf, hm?”

“Hey, aku tidak marah. Tidak apa-apa.”

Hyona tersenyum. Wanita itu kembali menyatukan bibir mereka dalam ciuman mesra. Tangan Hyona bergerak mengelus dada Kyuhyun, yang pada dasarnya memang menginginkan hal yang sama. Pria itu bergairah dengan cepat. Kyuhyun mengimbangi ciuman Hyona sambil mengelus pinggang istrinya, lalu perlahan tangannya turun meremas pantat sintal Hyona yang sudah seminggu lebih tidak ia sapa.

Ciuman Kyuhyun turun menuju leher jenjang Hyona yang disambut wanita itu dengan mata terpejam. Menikmati cumbuan Kyuhyun yang membuat tubuhnya terasa lebih rileks. Cumbuan lembut yang seharusnya mengirim sinyal gairah di tubuh Hyona, tapi justru membuat mata wanita itu semakin lengket. Hyona berusaha keras mempertahankan kesadarannya, yang benar-benar lenyap ditelan kantuk dan lelah tepat ketika Kyuhyun mencium bahunya.

Kyuhyun berhenti saat menyadari Hyona tak lagi merespons sentuhannya. Pria itu menatap istrinya yang sudah terlelap, lalu menghela napas berat yang bercampur kesal dan pasrah.

“Kenapa memancingku kalau ujung-ujungnya kau ketiduran lagi?” gumam Kyuhyun. Pria itu menyelimuti tubuh Hyona, lalu berbaring memunggunginya. Dalam hening bertarung seorang diri meredam gairah yang sempat bangkit.

Satu minggu lebih mereka tidak bercinta. Tidak hanya itu. Sejujurnya sudah lebih dari tiga bulan terakhir, Kyuhyun merasa kehidupan seks mereka hambar. Dulu, Kyuhyun dan Hyona bisa betah berjam-jam bergelung di balik selimut. Saling memuaskan satu sama lain. Tapi kini, bisa bercinta saja rasanya sudah untung. Itu pun paling-paling hanya beberapa menit. Antusias Hyona tak sama seperti dulu. Kyuhyun bahkan tidak tahu apakah Hyona orgasme atau tidak, apakah wanita itu benar-benar orgasme atau hanya pura-pura orgasme hanya supaya Kyuhyun merasa senang.

Namun yang lebih pahit adalah ini; ditinggal tidur. Dan tentu saja, ini bukan kali pertama. Tapi sering. Dan itu cukup untuk membuat Cho Kyuhyun kesal.

***

TBC

War of Life (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang