Chapter 19 - Tugas Pertama

11 1 0
                                    

*Haloo guys. Tolong buat vote, komen dan share biar aku makin semangat buat update ceritanya. 😘

HAPPY READING! 🥰  *

Ryuzaki dan Nathaniel memesan taksi online dan mereka berdua akan pulang bersama ke asrama, Friska menunggu supirnya datang menjemput sementara kutunggu taksi kosong yang lewat. Ku merasa beruntung karena tidak perlu menunggu terlalu lama dan taksi kuning berhenti di depanku. "Aku pulang dulu ya. Hati-hati di jalan dan sampai bertemu besok di sekolah.", setelah mengatakan itu, ku masuk ke dalam taksi dan memakai sabuk pengaman. Dari dalam kulihat mereka bertiga melambaikan tangannya padaku. Ku tersenyum melihatnya, supir taksi menanyakan tujuanku lalu kukatakan bahwa tujuanku ke New York Center Hospital. Kulihat sekarang sudah jam 20.05.

"Pak, berapa lama sampai menuju rumah sakit itu?", tanyaku pada supir taksi. Sambil fokus pada jalanan, supir itu berkata," Sekitar 20-30 menit.", ku mengangguk. Masih cukup waktu sebelum jam 9 malam. Kuamati jalanan di kota New York pada malam hari. Cukup banyak orang yang berjalan di trotoar. Kukabari Shyntia lewat pesan kalau sebentar lagi aku sampai di rumah sakit. Untunglah jalanan tidak macet sehingga bisa cepat sampai di New York Center Hospital. Perjalanan dari kafe ke rumah sakit memerlukan waktu 26 menit. Setelah membayar ongkos taksi, ku langsung masuk ke dalam gedung rumah sakit.

Ku duduk di kursi dekat bagian resepsionis lalu ku telepon Shyntia. Setelah empat dering telepon berbunyi, telepon diangkat dan Shyntia langsung berbicara.
"Kamu dimana, Barry?"
"Aku baru saja sampai. Sekarang sedang duduk di dekat meja resepsionis. Posisimu dimana, Shyntia?"
"Aku berada di atap gedung utama rumah sakit. Coba tanya ke orang di bagian resepsionis atau satpam rumah sakit. Mereka akan memberitahumu cara untuk kesini. Jangan sampai terlambat."

Setelah mengatakan hal itu, Shyntia langsung mematikan telepon. Kugenggam ponselku kemudian berjalan ke depan meja resepsionis lalu menanyakan jalan menuju atap gedung utama. Seorang petugas pria berusia sekitar 50-an memberitahuku,"Kamu naik lift terlebih dahulu sampai lantai 8 lalu naik tangga yang berada di sebelah kanan lift. Nanti akan ada pintu yang merupakan pintu menuju atap gedung utama." , ku mengangguk mendengar penjelasan itu,"Terima kasih, Pak." , kemudian ku naik ke lift menuju lantai 8 yang merupakan lantai paling atas di rumah sakit ini. Setelah berada di lantai 8, ku berjalan ke sebelah kanan lift lalu naik ke tangga. Ada lima tangga sebelum mencapai atap. Saat masuk ke atap melalui pintu, kulihat Shyntia sedang duduk di atas pagar.

Shyntia mengenakan sarung tangan putih di kedua tangannya, kaos putih polos dengan jaket bulu coklat tebal, kalung emas, celana denim biru dan sepatu boots coklat. Rambutnya diikat dengan pita merah. Di samping kirinya terdapat buah apel utuh. Saat melihatku, Shyntia tersenyum lebar,"Sisa 15 menit lagi sebelum jam 9 malam." Kututup pintu kemudian berjalan ke arahnya. Shyntia berkata,"Tunggu. Jangan dulu kesini. Diam dulu di depan pintu." Kuturuti apa yang Shyntia katakan dan mundur beberapa langkah hingga berada tepat di depan pintu. Dia mengambil apel kemudian mengatakan,"Akan kulempar apel ini ke arahmu. Kalau kamu bisa menangkap apel ini, kamu lulus tes pertama dariku dan bisa langsung mengikuti tes kedua." , kutegakkan badanku dan memfokuskan pandangan pada apel dan Shyntia.

Shyntia berhitung dari satu sampai tiga kemudian langsung melempar apel ke arahku. Dengan tangkas kutangkap apel itu. Saat kuturunkan tanganku lalu melihat ke depan, kusadari kalau Shyntia tidak ada di atas pagar kemudian kurasakan pukulan pelan di perutku. Ku meringis pelan dengan pukulan itu. Shyntia mundur sebanyak enam langkah dan menatapku tajam,"Kamu harus bisa memfokuskan pandangan pada sekitarmu, Barry. Jangan hanya pada satu objek. Tadi saat akan kulemparkan apel, terlihat jelas sekali bahwa fokus pandanganmu hanya tertuju pada apel. Luput akan hal lain di sekitarmu. Saat kulemparkan apel ke arahmu, aku langsung melompat dari pagar dan berlari ke arahmu tapi sayangnya kamu sama sekali tidak menyadari itu."

Kuhela napas mendengar penjelasan Shyntia lalu kutatap tajam adikku,"Yang tadi kamu maksud tes pertama adalah apakah aku fokus padamu dan apel bukan? Kalau iya, berarti aku gagal di tes pertama yang kamu berikan.", Shyntia menyeringai mendengarnya,"Tepat sekali. Salah satu keunggulanku adalah kecepatan. Saran dariku, sebaiknya kamu belajar cara bisa fokus pada satu benda tapi tidak lupa untuk tetap memperhatikan pada apa yang terjadi di sekelilingmu." ,"Terima kasih atas saranmu. Akan kucoba di lain waktu." , Shyntia melompat-lompat kecil ke arahku kemudian mengambil apel dari tanganku dan menggigit apel itu. "Lalu apa yang mau kamu bicarakan denganku?", tanya Shyntia saat sudah selesai mengunyah apel yang tadi digigitnnya. Sebelum menjawab, kugenggam tangan kiri adikku lalu berjalan sampai depan pagar.

Kutatap lekat Shyntia,"Beberapa hari yang lalu, Niccola melatihku menembak dan mengharuskanku untuk menghabisi nyawa beberapa kelinci yang dia ambil dari laboratorium Wilson. Hal yang ingin kuketahui adalah apa kamu juga melakukan latihan serupa sepertiku dan apa Niccola juga orang yang mengajarimu?" , Shyntia memasukkan apel yang sudah digigitnya ke dalam saku jaket di sebelah kanan lalu gadis itu menatapku,"Aku menerima latihan seperti itu 5 tahun yang lalu. Saat itu aku berusia 8 tahun. Dan ya orang yang mengajariku adalah Niccola. Dia mengajariku berbagai macam hal. Salah satunya adalah membunuh hewan. Dari yang kudengar, kamu hanya ditugaskan menembak kelinci bukan? Bagiku itu masih sangat ringan. Niccola memerintahkanku untuk bisa menembak rusa jantan dewasa. Saat itu, rasanya sangat sulit karena aku belum pernah menyakiti hewan." , tatapan Shyntia melembut,"Aku yakin rasanya pasti sulit bagimu, Barry." ku terdiam sejenak saat merasakan butiran salju mengenai wajahku,"Ya. Sesi latihan kemarin adalah salah satu hal paling sulit yang kualami."

Shyntia merogoh saku jaket sebelah kiri lalu mengeluarkan dua bungkusan plastik putih ukuran mini, satu plastik berisi suntikan lalu satu pastik lainnya berisi botol kecil. Di dalam botol kecil itu terdapat cairan bening yang terisi penuh. Gadis kecil itu duduk di lantai lalu mengambil suntikan dari dalam plastik kemudian menggenggam suntikan itu erat. Dia menatapku,"Barry, duduklah lalu keluarkan botol kecil dari dalam plastik.", ku terduduk di depan Shyntia lalu kuambil plastik berisi botol dan mengeluarkan botol itu dari dalam plastik. Shyntia mengambil botol itu dari tanganku kemudian dia menggoyangkan pelan botol tersebut lalu melalui lubang kecil yang ada di tutup botol, Shyntia memasukkan suntikan ke dalam botol dan mengambil cairan dari dalam botol hingga suntikan itu terisi penuh. Shyntia kembali memasukkan suntikan itu ke dalam plastik kecil lalu menyodorkan barang itu padaku,"Ambillah." Kuambil plastik berisi suntikan itu dari tangan Shyntia,"Apa ini?" , tanyaku ingin tahu. "Botol kecil itu berisi racun tetrodotoxin yang sudah dicampur dengan racun katak panah. Tugasmu adalah memasukkan racun itu melalui suntikan ke dalam cairan infus salah satu pasien yang dirawat di rumah sakit ini. Nama pasien itu adalah Robert Cruiz, seorang anggota dewan di Amerika Serikat. Saat ini, dia sedang dirawat karena menderita penyakit jantung."

Rasanya sulit bagiku mendengar apa yang dikatakan Shyntia. Tubuhku tiba-tiba terasa lemas mendengar apa yang Shyntia katakan. Dengan pelan, ku berbisik,"Haruskah aku membunuh pria itu?" , Shyntia mengangguk,"Ya. Anggap saja ini sebagai pekerjaanmu yang rahasia disamping statusmu sebagai Barry Wilson dan sebagai murid." , ku mendesah,"Bagaimana kalau aku menolak untuk melakukannya?" , Shyntia menarik napas pelan kemudian berkata,"Maafkan aku tapi sayangnya kamu tidak bisa menolak. Apalagi Dad dan Grandpa sudah berharap kamu bisa menjadi anggota organisasi tahun ini. Lagipula ini adalah tugas pertamamu sebagai calon anggota. Masih ada sembilan tugas lagi yang harus kamu lakukan." , kutarik napas perlahan,"Jadi sama sekali tidak ada pilihan lain? Lalu setelah aku berhasil melakukannya, tugas apalagi yang harus kulakukan?", Shyntia tersenyum tipis,"Soal itu akan diberitahu oleh orang kedua yang akan memberimu tugas." , tampaknya sama sekali tidak ada cara untuk menolak tugas ini. Kutatap Shyntia tajam,"Apa itu berarti kamu juga melakukan tugas seperti ini? Membunuh orang untuk menjadi anggota?" , dengan tenang, Shyntia menatapku dengan ekspresinya yang datar,"Ya. Dan aku hanya mengikuti semua yang Dad perintahkan karena bagaimanapun aku ingin berhasil seperti Elena."

Kupikirkan sejenak tentang cara untuk bisa melakukan tugas yang Shyntia berikan.
"Lalu bagaimana cara untuk melakukannya? Kau tahu, ada CCTV di setiap sisi rumah sakit ini. Hanya di atap ini saja yang tidak ada CCTV."
"Soal itu kamu tidak perlu khawatir. Saat ini tidak ada yang mengawasi di kamar tempat Robert dirawat. Dan tentu saja rekaman CCTV hari ini akan diambil oleh rekan kita jadi tidak perlu khawatir.", kutatap suntikan itu,"Apa yang akan terjadi saat kumasukkan cairan ini ke dalam infus pasien?", Shyntia menjawab,"Aku tidak tahu. Pria itu, Robert Cruiz, adalah orang pertama yang akan diberikan racun itu. Yang jelas sudah pasti Robert akan mati saat menerima suntikan racun mematikan yang sama sekali tidak ada obatnya.", ku menghela napas kemudian berdiri dan berbalik ke arah pagar sambil menatap gelapnya langit serta suasana gemerlap kota New York.

The Secret Of Me & My FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang