11. Cemburu

0 0 0
                                    








Nala membuka pintu rumahnya dengan khawatir,ia langsung menarik Syera yang ada didepan pintu rumah dengan wajah penuh syukur. Melihat wajah Syera yang berantakan membuat Nala kalang kabut dan ia hanya bisa memeluk anaknya dengan erat.


"Kamu darimana aja sih,nak?". Tanya Nala dengan panik,ia menatap Syera dari atas hingga bawah tak lupa mengucapkan banyak syukur setelah melihat putrinya baik-baik saja.

"Kamu darimana saja?!". Tanya Fahri marah,ia memandang Syera dengan raut wajah yang sedang menahan emosi."Semalam menghilang dan baru balik,kamu pasti sama cowok it-".


"Kak Alres,Yah". Koreksi Syera jengah."Kak Alres yang bantuin buang semua perasaan sesak aku,Yah. Hargain dikit".


"Kamu-".

"Ayah,sudah". Tegur Nala,ia tak peduli apapun sekarang karena ia bersyukur jika putrinya kembali dengan selamat.

"Tapi itu gak sopan! Dia jelas ajak keluar kamu tanpa izin ayah dan bunda,tengah malam pula! Katanya dia orang terpandang kenapa kelakuan dia seperti itu?pulangin kamu juga gak pamit,gimana nanti kalau dia nikah sama kamu,hah?!".

Keluarlah kekesalan Fahri,sebenarnya ia tak berniat apapun karena itu hanyalah bentuk tamengnya atas kekhawatirannya terhadap Syera dan Fahri mungkin kesulitan untuk mengekspresikan rasa khawatirnya melalui sikap marahnya.

"Kak Alres kan sibuk,dia juga punya urusan lain. Dia malah luangin waktu buat aku loh yah untuk-".

"Ada apa sih pagi-pagi ribut?!". Dylan datang sambil menggaruk punggungnya dengan muka bantal bahkan matanyapun masih setengah terpejam. Ia memandang semua keluarganya."Lo baru pulang,dek?".


Syera tak menyahut membuat Dylan mengangguk kecil,cowok itu menguap lebar sambil berjalan menuju kearah dapur.


"Terus Alrescha dimana?semalam pergi kemana?!izin bawa pergi kenapa gak izin balikin,tau gitu semalam pintunya gue kunci". Katanya sambil berlalu begitu saja meninggalkan ketiga orang yang sedang memasang wajah kesal itu.


"Tuh!". Tukas Syera keki,ia masih dalam mode kesal kalau melihat Fahri. Bawaannya ingin marah-marah terus kepada ayahnya."Sudah pamit sama kak Dylan".



"Tapi-".


"Sudah,ayah". Tegur Nala,ia memelototi suaminya untuk tidak melanjutkan lagi protesnya.

Wanita itu pergi menggiring anaknya untuk segera membersihkan diri dan istirahat karena ia tahu kalau Syera sangat tertekan dengan adanya perjodohan ini sehingga Nala tak begitu kaget saat tahu anaknya pergi semalaman,Syera kembali pagi-pagi dengan selamatpun ia sudah sangat bersyukur.




Syera hanya ikut saat Nala membawanya masuk kedalam kamarnya,wanita paruh baya itu tampak menyeretnya masuk dan mengajak anak gadisnya untuk duduk di tepi ranjang.

"Kamu dari mana aja sih,dek?". Tanya Nala,ia mengelus rambut putrinya."Kalau mau pergi itu bilang sama bunda atau ayah biar kita gak khawatir. Kamu tau sendiri kan belakangan ini ayah itu lagi over protectif sama kamu apalagi lagi gak suka-sukanya sama nak Alrescha,kamu jangan bikin ayah sama bunda jadi gak suka sama dia. T-tapi kamu...beneran pergi sama dia?".




Syera lagi-lagi cemberut."Tapi kan sudah izin ke kak Dylan,lagian kak Alrescha itu baik,Bunda. Dia ajakin aku keliling Jakarta,cobain macam-macam makanan,ajakin aku lihat aktivitas orang-orang waktu subuh,dia juga ajarin aku banyak hal dan paling penting....". Syera menjeda ucapannya,ia melirik ragu kearah bundanya namun ada raut wajah senang dari Syera dan sedikit antusias."Dia bikin aku gak mikirin masalah aku,dia bantu buang perasaan stress tentang perjodohan ini. Bun,walaupun kak Alres cukup dewasa tapi dia mampu ngertiin aku,dia bantu aku buat belajar mandang masalah dari semua sisi. Oh,semalam dia juga ngajarin aku gimana caranya dia berbisnis di usia muda,ternyata seru juga,Bun".





ALSYERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang