Bab 9

565 73 2
                                    

Minggu pagi itu suasana mulai menghangat tidak sesendu kemarin di rumah itu. Diluar hujan deras masih terus mengguyur, selaras dengan kondisi itu Flora dan Shasha masih tidur saling memeluk di kamar Flora.

Flora terbangun lebih dulu. Dia menggeser Shasha dari pelukkannya. Dirinya segera bangun dan menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.

Dirumah mereka, walaupun hari libur keduanya akan bangun pagi. Walau setelahnya mereka akan kembali tidur atau sekedar santai-santai namun bangun pagi adalah rutinitas.

Berbarengan Flora meletakkan sarapan di meja makan Shasha keluar dari kamar Flora. Dirinya segera menyambangi bundanya.

Shasha memeluk bundanya untuk beberapa saat sebelum akhirnya mereka sarapan bersama. Moment sarapan ini mencairkan suasana yang sempat canggung sebelumnya.

"Bun, Shasha mau minta maaf ya, sama Shasha mau bilang terima kasih atas semua cinta kasih dan perjuangan bunda selama ini," Shasha bangkit dan segera mencium tangan bundanya.

"Sha, bunda mau cerita, cerita yang selama ini bunda pendam, bunda rasa udah waktunya Shasha dengar langsung dari bunda," kata Flora mencium pucuk kepala anaknya.

Shasha kembali duduk, bersiap mendengarkan semua cerita Flora. Flora menceritakan betapa dirinya sangat mencintai dan menyayangi Ferrel. Pria yang menjadikannya ratu di kesendiriannya sebagai seorang yatim piatu.

Ferrel adalah pria yang mau mengorbankan apapun demi Flora. Pria yang rela berkelahi dengan orang tuanya demi cinta dan cita-citanya.

Tanpa terasa air mata mulai menetes di pipi Flora. Shasha dengan sigap menghapus air mata sang bunda. Flora kembali melanjutkan ceritanya.

Cerita tentang Ferrel yang melepas semua yang dia miliki saat itu demi Flora. Dan bagaimanapun Flora tetap ingin restu dari mertuanya dan mengambalikan Ferrel kepada keluarganya.

Bagaimana perjuangan Flora mengambil hati mami Chika yang selalu memandangnya sebelah mata. Bagaimana papi Aran tidak menganggapnya sebagai menantu.

Ferrel dan Flora harus berujung pada pilihan sulit. Pergi menghilang bersama atau menyerah pada keadaan. Flora mengatakan pilihan berat itu adalah pilihannya, Flora mengembalikan Ferrel pada keluarganya dan menghilang demi keselamatan Shasha.

Kali ini cerita terhenti, Shasha memeluk erat sang bunda. Shasha sadar pengorbanan besar telah diberikan kedua orang tuanya.

Tapi jujur dalam lubuk hati Shasha masih ada rasa penasaran. Sisi cerita dari sang ayah belum terucap.

"Jadi bener papanya Fritzy ayah Shasha?" Tanya Shasha dipenghujung cerita.

"Iya sayang maaf ya, bunda juga gak nyangka takdir akan membawa kita ke kondisi ini," kata Flora menghapus air mata Shasha.

"Bunda, Kalau bunda mutusin buat pergi dari sini, Shasha ikut, Shasha akan terus nemenin bunda kemana bunda mau pergi," kata Shasha memeluk bundanya.

"Iya sayang, sama-sama terus ya, bunda cuman mau yang terbaik buat kamu sayang," kata Flora.

Hujan deras di luar rumah memberi efek syahdu sendu bagi kedua ibu anak ini. Rumah sederhana mereka tetap di hangati rasa cinta ibu anak walaupun udara dingin menusuk.

Cerita dari masa lalu untuk masa depanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang