Bab Empat

116 9 0
                                    

Desahan yang saling bersahutan memenuhi kamar itu. Peluh memenuhi tubuh keduanya, terutama tubuh Kyuhyun yang terus bergerak memenuhi gadis yang ada di bawah kuasanya. Tubuh Kyuhyun pun dipeluk dengan sangat erat. Seolah sedang mencari perlindungan atas apa yang pria itu sendiri lakukan. Hingga pada satu titik yang sama, rasa mereka melebur bersama.

Mereka terengah-engah. Kyuhyun ambruk tapi toh gadis itu tidak keberatan dengan keberadaan Kyuhyun di atasnya. Bahkan punggung Kyuhyun masih dielusnya dengan lembut.

Oppa.”

“Hm?”

“Kau baik-baik saja?”

Kyuhyun melepaskan tautan tubuh mereka, berbaring di samping lalu menghadap Hyona yang kini tengah menatapnya. “Aku baik. Kenapa memangnya?”

“Kau terlihat kurang baik.” Hyona mengulurkan tangan membelai wajah suaminya. “Keningmu terlalu banyak berkerut. Pundakmu terasa lebih kaku. Barusan juga terasa lebih tergesa-gesa. Kau bahkan tidak mengizinkanku mandi dulu sebelum kita memulainya.”

Kyuhyun tersenyum. Pria itu memejamkan mata, menikmati belaian tangan Hyona di wajahnya. “Ah, kadang aku lupa profesimu. Kau selalu mampu membacaku dengan sangat baik.”

“Kenapa? Ada yang mengganggu pikiranmu?”

Kyuhyun tidak langsung menjawab. Pria itu menatap wajah Hyona, sembari ikut membelai wajah istrinya. “Ada satu hal yang menggangguku.”

“Berbagilah denganku.”

Kyuhyun terlihat ragu sejenak. Haruskah ia berbagi dengan istrinya? Tapi ini adalah masalah yang sensitif. “Aku takut kau marah.”

“Kenapa aku harus marah? Seharusnya aku bersyukur karena kau mau berbagi.”

Sejujurnya Kyuhyun masih ragu. Biar bagaimanapun ini adalah obrolan yang tidak seharusnya diobrolkan pasangan suami istri. Tapi di sisi lain Kyuhyun ingin jujur. Selama tujuh tahun mengenal Shin Hyona, enam tahun mereka menikah hingga kini dikaruniai seorang anak, Kyuhyun tidak pernah berbohong. Dan memang tidak berniat menutupi apa pun dari sang istri.

“Sayang.”

“Hm?”

“Kau tahu, dulu saat aku masih kuliah, aku pernah berkencan dengan seseorang.”

Hyona diam mendengarkan. Tatapannya sama sekali tidak menghakimi. Membuat Kyuhyun yakin untuk bicara lagi.

“Tapi tiba-tiba gadis itu meninggalkanku. Bukan hanya meninggalkanku sebenarnya. Tapi dia benar-benar menghilang bak ditelan bumi. Jejaknya seolah lenyap.”

“Lalu?”

“Saat aku berkumpul dengan teman-teman kampusku, tiba-tiba... dia muncul. Setelah bertahun-tahun pergi.”

Hyona diam lagi. Menunggu Kyuhyun melanjutkan. Tapi karena pria itu tak kunjung bicara, Hyona pun bertanya, “Apa katanya?”

“Dia tampak seperti menawarkan penjelasan. Tapi aku tidak memedulikannya.”

“Lalu apa yang kau rasakan sekarang?”

“Aku jelas merasa dia mengganggu.”

“Kau tidak penasaran dengan alasan kenapa dia pergi?” tanya Hyona, membuat Kyuhyun terdiam. Diam yang membuat Hyona menyimpulkan bahwa suaminya memang penasaran. “Kau ingin tahu alasannya?”

Kyuhyun masih diam selama beberapa saat, kemudian pria itu menggeleng. “Tidak. Aku tidak mau tahu.” Pria itu menenggelamkan wajahnya di dada Hyona. Sedangkan Hyona mendekap kepala Kyuhyun dan mengelus rambutnya perlahan.

Oppa.”

“Hm?”

“Kau penasaran, kan?”

“Bohong kalau aku berkata aku sama sekali tidak penasaran. Tapi biarkan saja. Aku tidak peduli.”

“Tapi aku tahu, kau adalah pria yang tidak bisa dibiarkan penasaran,” kata Hyona yang memang sudah sangat mengenal suaminya itu. “Kau tidak akan bisa fokus sampai rasa penasaranmu terpenuhi.”

Kyuhyun diam. Dalam hati membenarkan. Tapi untuk apa jika ia mendapat penjelasan? Tidak akan ada gunanya. Tidak akan ada artinya.

Oppa, dengarkan saja kalau kau memang ingin tahu,” kata Hyona setelah cukup lama mereka terdiam.

Kyuhyun memundurkan kepalanya lalu menatap mata Hyona lekat. “Kenapa kau menyuruhku mendengarkan?”

“Agar segala rasa penasaranmu tentangnya lenyap,” ujar Hyona. Wanita itu membelai wajah Kyuhyun dan menjelaskan dengan sabar. “Jika kau tidak mendengarkan, mungkin selamanya kau akan dihantui rasa penasaran. Hingga pada akhirnya, gadis itu tidak akan pernah lepas dari pikiranmu. Sedangkan aku tidak suka opsi itu.”

Kyuhyun terdiam.

“Dengarkanlah, agar kau merasa lega. Setelah itu kau bisa mengubur dalam-dalam masa lalu kalian tanpa ada pertanyaan-pertanyaan lagi.”

“Haruskah... aku mendengarnya?”

“Jika kau berkenan,” jawab Hyona. “Selesaikan unfinished business kalian, dengan tidak lupa satu hal.”

“Apa?”

“Kau punya aku dan Haesoo, putri kita.”

***

Shin Hyona membasuh wajah, lalu menatap pantulan dirinya melalui cermin. Apa yang ia lakukan benar, kan? Apa yang ia lakukan tidak salah, kan? Sebagai seorang istri, sejujurnya Hyona tidak seratus persen rela suaminya bicara dengan sang mantan kekasih. Tapi seperti yang tadi Hyona katakan. Jika masalah itu tidak segera diselesaikan, Hyona takut Kyuhyun terus dihantui rasa penasaran. Karena Hyona tahu, ketika sudah penasaran, suaminya itu tidak akan bisa berhenti. Dan Hyona lebih tidak suka jika diam-diam suaminya memikirkan gadis lain.

Ya, kau benar, Shin Hyona. Kau tidak salah memberi saran pada Cho Kyuhyun. Biarkan dia menyelesaikannya, kau hanya perlu percaya pada suamimu. Pria itu tidak akan macam-macam di belakangmu.

Hyona menarik napas dalam-dalam. Setelah mengeringkan diri, wanita itu kembali ke kamar.

Kyuhyun sudah terlelap. Pria itu berbaring terlentang dengan sebelah tangan yang dilebarkan, tempat untuk Hyona bersandar. Posisi yang tidak berubah tiap kali pria itu tidur lebih dulu dibanding Hyona.

Hyona naik ke atas ranjang. Dan tepat seperti dugaannya, Kyuhyun langsung mendekapnya begitu ia berbaring.

Oppa,” bisik Hyona yang hanya dibalas dengan dengkuran halus. “Katakan, sebenarnya kau belum tidur, kan? Makanya kau selalu memelukku seperti ini.”

Tidak ada jawaban karena Kyuhyun memang sudah terlelap. Seulas senyum tersemat di bibir Hyona, bahagia dengan gestur sederhana yang alam bawah sadar Kyuhyun lakukan. Wanita itu pun ikut memejamkan mata, bersama dengan sebuah keyakinan yang tertanam dalam dirinya.

Ya, ia percaya pada Cho Kyuhyun. Suaminya.

***

War of Life (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang