Jungkook terus memikirkan Jin, Jin terlihat cantik dengan perutnya yang semakin membesar. Dia juga sangat merindukan Jin. Tapi seorang bajingan sepertinya tidak cocok untuk bersama Jin. Dia menundukan kepalanya di atas meja kerjanya dan tak lama Hoseok datang.
"Ada apa denganmu?" Tanya Hoseok.
"Tidak ada apa-apa"
"Yahh, kau tidak bisa berbohong padaku"
"Aku sedang memikirkan Jin"
"Ya, aku sudah menduganya"
"Hoseok tapi aku tidak bisa terus seperti ini, dia harus hidup bahagia, jangan bertemu dengan orang brengsek sepertiku lagi"
"Kau memang brengsek, tapi apakah cinta tahu tentang itu? Cinta adalah perasaan terlemah yang dimiliki manusia, tapi hanya orang yang sedang jatuh cinta yang dapat melakukan segalanya tanpa memikirkan risikonya. Itulah kekuatan cinta"
"Lupakan saja, aku tidak ingin membicarakannya, dia sudah bahagia dengan pacarnya"
"Kau bertemu dengannya?"
"Ya, kami bertemu di pesta bujangan Jackson."
"Seharusnya aku datang, bagaimana dia sekarang?"
"Dia..dia terlihat sangat cantik"
"Hei, apa kau akan terus menghukum dirimu sendiri? Berapa usia kehamilannya sekarang?"
"Seharusnya sudah 6 bulan"
"Sebentar lagi kau akan menjadi seorang ayah"
"Tidak, aku tidak akan menjadi seorang ayah"
"Eyy kenapa kau bicara seperti itu? Tentu saja kau adalah ayah dari bayimu, aku yakin Jin juga berpikir demikian"
"Aku merindukannya"
"Aku tahu, itu sebabnya kau menutup diri"
"Aku merasa bersalah jika aku membuka hatiku untuk orang lain. Hoseok, aku merindukannya" Jungkook menunduk dan menangis di depan Hoseok, hanya karena Jin ia bisa menunjukkan sisi lemahnya di depan sahabatnya.
.
."Jin"
"Hmm"
"Sepertinya aku tidak bisa menemanimu untuk kontrol ke rumah sakit, bagaimana jika kau pergi dengan Tae?"
"Ya, aku bisa pergi dengan Tae nanti"
"Aku akan pergi dinas selama tiga hari ke Jepang, apa kau tidak apa-apa?"
"Ya, aku tidak apa-apa, aku bisa tinggal di rumah Tae atau dia bisa tinggal disini sementara"
"Tinggalah di rumah orang tuamu"
"Kenapa?"
"Itu lebih baik, aku tidak ingin terjadi apa-apa di antara kalian berdua."
"Ken, dia itu sahabatku"
"Aku tahu, tapi dia tampan dan kau sangat cantik saat kau hamil"
"Aish, jangan seperti itu, dia temanku"
"Oke, maafkan aku" Ken mengecup bibir Jin.
.
.Hari ini adalah jadwal Jin untuk kontrol, tapi dia tidak menghubungi Taehyung. Ia membuka ponselnya dan melihat kontak Jungkook. Ia ragu untuk menghubunginya, tapi ia ingin mencobanya.
"Halo"
"Jungkook, ini aku, Jin"
"Ada apa?"
"Apa kau sibuk hari ini?"
"Tidak, kenapa?"
"Apa kau mau menemaniku ke rumah sakit?"
"Bagaimana dengan pacarmu?"
"Dia sedang dinas ke Jepang"
"Ohh, tapi maaf, aku tidak bisa menemanimu Jin"
"Ahh baiklah, tidak apa-apa, maaf sudah mengganggumu"
"Ya" Jin menutup telepon dan air mata menetes dari matanya.
"Aish, Jin apa yang kau lakukan? Tentu saja dia tidak mau menemanimu" gumam Jin sambil mengusap-usap perutnya.
Dia memutuskan untuk pergi ke rumah sakit sendirian. Dia berjalan melewati lorong-lorong rumah sakit tanpa ada yang menemaninya. Dia berjalan perlahan sambil mengusap-usap perutnya.
Dia menunggu di depan ruang dokter, tidak sabar untuk segera melihat bayinya. Dia menunggu lama dan saat namanya dipanggil, dia bersiap-siap untuk masuk tapi seseorang memanggilnya. Dia berbalik dan melihat Jungkook berlari ke arahnya.
"J-Jungkook..."
"Maafkan aku, aku terlambat" Jin hanya tersenyum.
"Tidak apa-apa" Mereka berdua masuk dan duduk di depan dokter.
"Hai Tuan Jin, apa kabar?" Tanya dokter.
"Aku baik-baik saja"
"Dan dimana ayahnya?" Tanya dokter lagi. Jin menoleh dan menatap Jungkook.
"Ayahnya sedang bekerja, jadi aku yang menemaninya" kata Jungkook.
"Ohh, baiklah kalau begitu, mari kita lihat bayimu"
.
.Setelah keluar dari ruangan dokter, dokter mengatakan kondisi Jin baik-baik saja, begitu juga dengan bayi perempuan mereka.
"Dia perempuan" kata Jungkook.
"Ya dan kau adalah ayahnya" Jungkook menoleh ke arah Jin.
"Jin—"
"Jungkook, sampai kapanpun kau masih menjadi ayahnya, aku akan memberitahunya siapa ayahnya"
"Tidak, jangan lakukan itu, aku ayah yang buruk, Jin"
"Tidak, kau adalah suami yang buruk bagiku, tapi bukan berarti kau adalah ayah yang buruk baginya" mereka hanya saling menatap.
"Jungkook..."
"Hmm"
"Apa kau baik-baik saja?"
"Ya"
"Aku tidak"
"Kenapa?"
"Aku pikir aku akan bahagia setelah menceraikanmu, tapi ternyata tidak"
"Jin... jangan lakukan ini, kau sudah punya pria yang mencintaimu, yang pasti akan membuatmu bahagia, aku hanya akan membuatmu sedih"
"Aku tahu, tapi tanpamu juga membuatku semakin terluka"
"Jin—"
"Jungkook... Aku tidak mencintainya, dia bilang dia ingin menikahiku saat bayi ini lahir, tapi aku tidak mau"
"Kenapa?"
"Karena.. karena aku mencintaimu" Jungkook hanya memejamkan mata.
"Jangan, jangan seperti ini Jin.. kau akan menyakitinya, jangan lakukan ini"
"Tapi bagaimana denganku? Jungkook, jawab saja aku, apa kau mencintaiku?" Jungkook hanya menatap Jin dengan air matanya yang mengalir.
"Jin, aku tidak bisa mengantarmu pulang, aku akan menelepon Taehyung untuk menjemputmu dan—"
"Jawab aku."
"Aku tidak bisa menjawabnya, aku tidak ingin menyakiti siapapun"
"Kumohon..."
"Jin, aku tidak ingin menyakiti siapa pun."
"Oke, terima kasih karena kau sudah menemaniku, aku bawa mobil sendiri jadi kau tak perlu menghubungi Tae, sampai jumpa Jungkook" Jin berbalik dan pergi.
Jungkook hanya menunduk dan menangis. Dia memukuli dadanya sendiri.
"Aku juga mencintaimu, Jin" gumam Jungkook.
Maap yaa kemaren aq ga update 🤭🤭
KAMU SEDANG MEMBACA
Epiphany | Kookjin ✔️
FanfictionPernikahan adalah tujuan akhir dari pertemuan dua orang yang sedang jatuh cinta. Janji yang diucapkan dalam pernikahan adalah kata-kata sakral yang harus dijaga hingga ajal menjemput. Namun bagaimana jika pernikahan Jin dan Jungkook tidak seperti ya...