Hamparan hijau membentang, perbukitan luas dipenuhi rumput menyentuh langit biru, menciptakan horizon yang indah. Pegunungan yang sebagian bertabur salju abadi serta kabut masih tampak disana. Tetesan embun menghiasi rerumputan dan bunga-bunga kecil yang sedang bermekaran di halaman rumah. Air sungai bening menambah keasrian desa kecil ini.
Hawa sejuk di pagi hari menyelimuti pria yang sedang duduk menikmati teh dengan santai. Manik merahnya tak pernah bosan menyelusuri alam bak lukisan itu. Harmoni dan ketenangan selalu tercipta di negara ini.
Negara yang dikenal dengan daerah pegunungan dan pemandangan alam yang selalu memanjakan mata. Jam tangan mewah, cokelat, dan keju menjadi daya tarik negara ini. Tak lupa dengan perbankan mereka, dikenal juga dengan negara netral namun juga mahal. Ya, tebakanmu benar, Negara Swiss.
"Anda selalu senang mengunjungi negara ini Tuan." Seorang pria jangkung sedang menyiapkan teh untuknya. Sudah ratusan tahun mereka bersama, ia tahu betul tentang apa yang dibutuhkan dan diinginkan Tuannya. Ialah yang memperkenalkan negara ini padanya, dan benar saja, Raizel langsung menyukainya.
Setelah mengenyam pendidikannya, ia belajar banyak tentang kehidupan manusia didampingi oleh Frankenstein. Mereka juga pergi keliling dunia, mengunjungi tempat-tempat yang belum pernah ia saksikan. Biasanya para RK ikut pergi bersama mereka berdua secara bergantian.
"Ah, tadi Tao memberitahuku, Shinwu menanyakan kabar anda," kata pelayan setianya itu.
Tahun berganti tahun, waktu berlalu dengan cepat, dunia berubah sama cepatnya.
Cadis Etrama Di Raizel masih sama, tidak ada yang berubah. Dirinya masih berhubungan dengan teman-teman sekolahnya, teman manusia yang ia sukai. Shinwu, Ikhan, Yoona, dan Sui, tidak terasa mereka sudah tumbuh dewasa, melanjutkan impian mereka masing-masing.
Akhir tahun masih lama, saat itu tiba, dunia akan bersuka cita, itu yang Raizel tahu. Orang-orang akan beristirahat dari kepenatan bekerja ataupun sekolah, para manusia menyebutnya liburan. Biasanya mereka akan mengunjungi keluarga dan orang-orang terdekat, pergi berwisata, dan melakukan hal yang mereka sukai.
Hampir setiap akhir tahun itulah mereka akan berkumpul di rumah Pak Mantan Kepsek. Kembali ke Korea.
/////
"Kau pasti sudah gila, Rai. Bagaimana mungkin setelah belasan tahun kau tidak berubah?"
Laki-laki yang dulunya dikenal sebagai berandal sekolah itu kini menggeluti kariernya sebagai seorang atlet taekwondo. Seringkali ia membanggakan Korea di kancah internasional. Kariernyapun naik turun, dia sudah menginjak kepala 3 sekarang.
Ia tetap saja heran pada temannya yang satu itu karena hampir tidak ada yang berubah baik dari penampilannya maupun sifatnya. Rai masih tampan dan pendiam, bedanya dia sedikit lebih banyak berekspresi daripada dulu.
Rai hanya tersenyum tipis menanggapi 'pujian' dari Shinwu.
"Memangnya kau Shinwu! Rai sudah tampan dari dulu!"
Teman bertengkarnya ikut berkomentar. Perempuan yang dikenal idol sewaktu sekolah itu kini melebarkan sayapnya menjadi seorang aktris. Berbagai drama sudah ia bintangi, dan cukup sukses pula. Sui Lim masih menggeluti profesinya sebagai artis sejak sekolah sampai hari ini.
"Kau bilang aku tidak tampan?"
"Kau masih bertanya?"
"Cih"
"Tanganmu cedera lagi?" tanya gadis berambut dark turquoise itu.
"Hm" Shinwu hanya berdehem sebagai jawaban. Terlihat plester di lengan si atlet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Noblesse; Red Snow
FanfictionSalju merah. Di langit malam itu, terdapat salju merah yang aneh. Semua orang bertanya tanya. Apa yang sebenarnya terjadi?. Kejadian itu adalah sebuah tragedi sekaligus keajaiban. Berbagai rasa pilu dan sakit yang dialami mereka merupakan sebuah t...