- Kota S, 28 November 2023.
Shennina mengangkat sebelah tangannya, melambai ke arah gerbang parkiran untuk memberi tanda kepada temannya yang baru datang. Hari ini, dia mengenakan kemeja berwarna hijau sage dipadu dengan celana kain berwarna hitam dan diikuti flatshoes hitam dengan pernik emas dibagian depannya.
"Shenn, udah beli minum?" tanya gadis berambut pendek yang berjalan disebelahnya. Gadis itu bernama Willona dan biasa dipanggil Willo.
Shennina menggelengkan kepala, "beli sekarang aja yuk, sekalian jajan soalnya gua belum sarapan." Keduanya berjalan menuju warung yang menjual jajanan pasar.
Diatas meja itu, tampak berwarna warni jenis makanan ringan dan minumannya. Hal ini membuat keduanya bahkan pembeli lainnya merasa bingung hendak membeli jajanan yang mana.
Setelah berpikir cukup lama, Shennina segera mengambil plastik kosong. Diisinya plastik kosong itu dengan jajanan dengan warna seperti pelangi, atau biasa disebut lapis legit, kemudian dia mengambil risol mayo, dan dua buah bolu cokelat yang berisi selai blueberry.
Tak jauh berbeda dengan Willo yang berdiri disampingnya, gadis itu memasukkan jajanan yang sama dengan tambahan kue sus dan donat kentang ke dalam plastik kosong yang berbeda dengan milik Shennina.
Setelah keduanya membayar, mereka beranjak dari sana dan segera berjalan menuju auditorium kampus dimana sosialisasi akan dimulai.
Ya, keduanya masih masuk untuk mendengarkan sosialisasi Praktik Kerja Profesi Apoteker setelah melewati hari-hari di kampus belajar teori dan baru saja dua hari lalu menyelesaikan mini osce apoteker.
***
"Keliatan gak?" Tanya lelaki disamping dengan mata menyipit, berusaha keras untuk melihat daftar nama dan tempat PKPA berlangsung dari bangku barisan paling belakang.
Senan berdecak kesal, lelaki itu masih fokus mengarahkan kamera kearah depan layar agar dapat terbaca jelas. Jika kalian bertanya-tanya mengapa harus seperti itu, maka jawabannya adalah karena sang dosen ingin bermain-main dengan mahasiswa ini. Untuk file berisi penempatan lokasi PKPA masih belum dikirim oleh sekretaris prodi, sehingga yang bisa dilakukan mahasiswa adalah sigap melihat file yang dibuka lewat layar didepan.
"Ken, lu mending lasik." Ujar Senan pada Ken yang masih berusaha keras menyipitkan kedua matanya.
Kini giliran Ken yang mendecak kesal, "lu foto yang bener, kek!" Ken mengambil paksa ponsel Senan, lalu mengarahkannya kearah layar yang jauh didepan sana. Ya memang salah keduanya memasang alarm di jam 6 PM, sehingga mereka terlambat dan duduk di kursi sisa yang berada dibarisan paling belakang.
Senan mengendikkan kedua bahunya, "yaudah paling habis ini langsung dikirim." Lelaki itu melipat kedua tangannya didepan dada, dia berpasrah. Dia pasrah akan ditempatkan dimana saja dan dengan siapa saja selama enam bulan ke depan.
Ken mengembalikan ponsel Senan sambil berkata, "ting tong mulu hape lu, dapet SMS pinjol apa gimana deh?" Ken dan celetuk asal tipikalnya.
Senan menerima ponselnya kembali. Laki-laki itu membuka aplikasi bertukar pesan atau biasa disebut whatsapp. Beberapa saat kemudian, dia mengernyit. Berkali-kali dia memeriksa pesan yang muncul di ponselnya.
Disitu tertulis bahwa Senan tergabung dalam grup whatsapp, 'PKPA USM FEB-MAR PT. SARAYA.' Tidak hanya itu, fakta bahwa dia selama dua bulan disana bersama seorang perempuan yang tidak pernah saling berkomunikasi walau dari kelas yang sama pun berhasil membuat dia bingung.
Senan menghela nafasnya kemudian menoleh ke barisan sebelah kanan. Disana dia melihat seorang perempuan yang ternyata sudah melihat kearahnya terlebih dahulu. Dengan wajah datarnya, perempuan itu kemudian mengalihkan pandangannya kembali ke depan layar. Senan tertegun dibuatnya.
Selama kurang lebih 3 bulan lamanya atau selama kuliah teori, mereka tidak pernah berkomunikasi terhadap satu sama lain. Bahkan tidak pernah sekedar senyum untuk basa basi sapaan saat pagi hari ketika tiba di kelas di waktu yang bersamaan. Selain karena Senan tipikal laki-laki yang kikuk jika berbicara dengan lawan jenis, Shennina sendiri tipikal perempuan yang tak banyak berbicara Bahkan Senan menyimpulkan bahwa perempuan itu adalah orang yang cuek.
Senan menganggukan kepala dengan perlahan. Dia berpikir ini adalah hal yang baik daripada dirinya harus satu kelompok dengan teman sekelas perempuannya yang selalu menggodanya habis-habisan.
***
"Will, lu ditempatin dimana aja dan berapa lama?" Begitu mendudukkan dirinya dikursi kantin, Shennina langsung bertanya pada temannya itu, "beneran nih, kita gak ada yang satu tempat?" Lanjutnya.
Willona mengambil ponselnya dari dalam tas. Perempuan berkulit putih seputih susu itu dengan serius membaca pembagian instansi tempat praktik kerja nanti. Willona menatap Shennina lalu menggelengkan kepalanya, "satu pun gak ada."
"Kok bisa tega, ya?" Tanya Shennina dengan kata kata yang terlalu mendramatisir.
Willona menyipitkan kedua matanya, "lu beneran gak lesbi, kan? Segitu gak mau-nya berpisah sama gua."
Shennina menjitak dahi temannya itu, "eh minimal mikir dulu-lah bray kalo mau nyeletuk!"
"Eh, lu sama Senan bareng sampe tiga bulan! Buset! Nih!" Willona menyodorkan ponselnya kearah Shennina, "rumah sakit satu bulan, industri dua bulan."
Shennina terdiam sejenak. Tak lama, perempuan itu bertanya pada temannya, "Senan orangnya gimana?"
Wajar bukan, Shennina bertanya demikian? Dia harus tahu kurang lebih kebiasaan rekannya dari Willona karena mereka ada dala satu kelompok studi kasus selama kurang lebih tiga bulan.
Shennina mengakui bahwa memang mereka berdua tidak pernah berinteraksi. Jelas karena mereka tidak ada dalam satu kelompok studi kasus, dimana Senan berada di kelompok C4 sedangkan perempuan itu berada di C2. Untuk sekedar tergabung dalam kelompok besar pun mereka tidak pernah, padahal berada di satu kelas yang sama.
"Dia gampang salting."
Shennina mengernyitkan alisnya, tidak terlalu paham apa yang dikatakan oleh Willona. "Hah?"
Willona menganggukan kepalanya, "iya, dia gampang salting."
"Eh maksud gua tuh, dia pinter apa gak? Dia telaten apa gak? Dia teliti apa gak?" Shennina menjelaskan kembali maksud dari pertanyaannya.
"Ohh. Ya dia pinter sama teliti sih. Udahlah, lu tenang aja kalo sekelompok sama dia mah!" Jawab perempuan bertubuh mungil itu.
Shennina menghela nafasnya lega. Baguslah, setidaknya dia punya pegangan seseorang yang lebih pintar supaya saat PKPA dia tidak hilang arah.
"Terus gue harus ngontak dia gimana ya? Bingung." Ujar Shennina pelan.
Tak lama ponselnya bergetar. Shennina membuka notifikasi yang ada disana.
C4 apt. Senandika
Shen, kita total 3,8 bulan bareng. Udah tau?Shennina
Hah? Bukan 3 bulan doang?C4 apt. Senandika
Di Puskesmas bareng, 8 hari doang.Shennin
Okay kalo gitu, makasih udah ngehubungin duluan, Sen.C4 apt. Senandika
Sama-sama, makasih udah fast respon.Shennina menaruh kembali ponselnya. Bernafas lega karena dia tidak perlu menghubungi Senan lebih dulu karena dia benar-benar bingung bagaimana caranya mengingat keduanya tidak pernah saling berinteraksi.
Jika dilihat dari tata penulisan Senan saat mereka bertukar pesan tadi, menurut Shennina laki-laki itu sepertinya tidak terlalu cuek, yang mana hal ini lagi-lagi membuat perempuan itu bernafas lega karena mungkin kedepannya mereka tidak perlu terlalu canggung saat berbicara satu sama lain.
Ya, itu menurut Shennina. Tetapi semoga begitu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Tutorial
Teen Fictiona -not really- long journey between two people on a particular occasion.