Chapter 38 - Her memories are lost

1 1 0
                                    

Setelah pertarungan itu selesai, Rei berdiri di tengah-tengah reruntuhan, memandangi langit yang mulai cerah. Cahaya matahari yang lembut menyentuh wajahnya, namun di matanya ada bayangan kesedihan yang dalam.

"Asahi," panggil Rei dengan suara pelan, hampir seperti bisikan. "Bisakah kau menghidupkan kembali Kasha?"

Asahi yang berada beberapa langkah di belakangnya terdiam sejenak. Permintaan itu bukanlah hal yang ringan. Menghidupkan kembali seseorang memerlukan kekuatan yang luar biasa dan bisa menimbulkan dampak yang tak terduga. 

Namun, melihat ketulusan di mata sahabatnya, Asahi tidak bisa menolak. "Baiklah," jawab Asahi dengan nada tegas. "Aku akan melakukannya."

Sementara itu, Celia yang kini sudah bebas dari kendali Kasha, berjalan mendekat. Dengan senyum tipis, ia berkata, "Aku akan membantumu, Tuan Asahi. Kita bisa membuat tubuh baru untuk Kasha."

Mereka bertiga kemudian mulai bekerja, mengumpulkan bahan-bahan dan kekuatan yang diperlukan. Namun, proses ini tidaklah mudah. Selama pembuatan tubuh baru untuk Kasha, mereka menghadapi berbagai rintangan. Terkadang, elemen-elemen yang mereka gunakan tidak bersinergi dengan baik, membuat mereka harus mengulang dari awal.

Di tengah proses tersebut, muncul pertanyaan-pertanyaan yang menggantung di benak mereka. Apakah Kasha yang akan hidup kembali nanti masih sama seperti sebelumnya? Akankah ia menerima dunia yang sudah berubah dan damai ini? Bagaimana jika ada konsekuensi yang tidak mereka duga?

Ketika tubuh Kasha hampir selesai, energi di sekitarnya mulai bergetar hebat, menciptakan aura yang kuat dan misterius. Rei, Asahi, dan Celia saling berpandangan dengan perasaan campur aduk antara harapan dan kekhawatiran. Mereka tahu bahwa momen ini akan menjadi penentu segalanya.

"Kalian sudah siap...?" ucap Asahi, matanya memancarkan tekad yang kuat. Celia dan Rei mengangguk, wajah mereka penuh harapan dan kecemasan.

"Vuigor...," ucap Asahi, mantra kuno yang membawa arti reinkarnasi. Dengan suara yang mantap, ia melanjutkan proses yang rumit itu.

Tubuh buatan itu mulai bersinar, perlahan-lahan membentuk wujud sempurna dari Kasha. Cahaya tersebut semakin terang, hampir menyilaukan, sementara energi magis mengalir di sekeliling mereka. Proses reinkarnasi ini terasa seperti berlangsung selama berjam-jam, namun akhirnya selesai dengan gemilang. Tubuh Kasha terbentuk dengan sempurna, terbaring di hadapan mereka. Meski demikian, Kasha belum juga membuka mata, masih terdiam dalam keheningan yang mencekam.

Asahi, Celia, dan Rei saling berpandangan, bertanya-tanya dalam hati. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah Kasha akan kembali sebagai dirinya yang lama, atau ada sesuatu yang berbeda? Kecemasan mereka semakin memuncak saat detik-detik berlalu tanpa tanda kehidupan dari Kasha.

Tiba-tiba, Kasha menggerakkan jari-jarinya, tanda pertama dari kesadaran yang mulai bangkit. Perlahan-lahan, matanya mulai terbuka, sedikit demi sedikit. Cahaya redup di reruntuhan yang ada di padang rumput itu menyambut pandangannya, dan ia mengerjapkan mata beberapa kali, mencoba menyesuaikan diri dengan lingkungan baru yang asing baginya.

Rei, dengan hati yang berdebar, mendekati Kasha. "Kasha, apakah kau bisa mendengarku?" tanyanya dengan suara lembut, berharap dia benar-benar kembali.

Kasha mengangguk pelan, namun tatapannya masih terlihat bingung. Ia berusaha duduk, tubuhnya terasa kaku dan lemah setelah lama tertidur dalam kegelapan. "Di mana aku? Apa yang terjadi?" tanyanya, suaranya serak dan lemah.

Asahi maju, berlutut di samping Kasha. Dengan sorot mata yang penuh kasih dan harapan, ia berkata, "Kau sudah kembali, Kasha. Dunia ini sudah berubah, sudah damai sekarang. Kami ingin kau juga melihatnya, merasakannya." Nada suaranya dipenuhi kehangatan dan ketulusan, mencoba memberikan rasa aman kepada Kasha yang masih terlihat bingung.

Reincarnator From the Past Alternative [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang