Chapter Fourteen: Queencard - 7

157 39 13
                                    

Hyunjin membiarkan Yerim berjalan lebih dulu karena dia yang lebih tahu arah. Sepanjang jalan, Yerim mencoba menyembunyikan kekhawatiran dalam senyuman. Dia khawatir kalau akan mengacaukannya. Bagaimana kalau para elit bicara yang tidak penting? Dia mengkhawatirkan Jay. Pemuda itu yang paling nekat di antara mereka berenam. Tidak cukup Jay, dia juga khawatir dengan Taehyun. Kalau pemuda itu ada di apartemen dan melihatnya datang--dan harus bersikap seperti kekasih Hyunjin--bagaimana perasaannya?

Ternyata jarak antara basemen dengan lantai 23 itu terlalu dekat bagi Yerim agar punya waktu yang cukup untuk berpikir. Dia masih larur dengan pikirannya saat denting pintu tanda elevator terdengar. Pintu terbuka setelahnya, mereka sampai di lantai tujuan mereka.

Hyunjin seperti dengan sengaja membiarkan Yerim kembali memimpin jalan. Dia mengikuti saja di balik punggung gadis itu. Ekspresinya ceria sekali, seperti dia sudah siap menonton pertunjukkan yang menyenangkan.

"Kalau aku tak salah ingat, kau tidak suka berjudi, kan? Kau terlihat sangat bersemangat sekarang," sindir Yerim.

Hyunjin justru merangkulnya, "ini kencan pertama kita. Aku biarkan kau melakukan apa yang kau sukai. Kencan kedua kita juga akan jadi sesuatu yang kau suka. Aku memang tak suka dengan judi. Tapi untukmu, aku rela datang ke tempat judi. Bukankah aku lelaki yang sangat baik?"

Oh, dia memang pria yang percaya diri.

"Bersikaplah seperti kita berkencan." Hyunjin membisik, "kau harus bangga karena bisa pergi bersamaku."

Yerim awalnya bersedekap malas, akan tetapi dia akan menuruti Hyunjin. Dia harus tetap pada perannya sebagai anti elit. Ambisinya adalah menang. Para pemuda di balik pintu tepat ia berdiri saat ini adalah musuhnya. Ia akan meraup sebanyak mungkin dari mereka.

Baru setelah menekan bel Hyunjin berada di depan Yerim. Dia menggenggam lima jemari gadis itu dengan erat. Bagaimanapun juga, mereka sedang berkencan. Dia akan jadi seorang kekasih yang romantis dan perhatian malam ini.

Pintu dibuka, wajah tak asing menyambut mereka. Pemuda itu tentu menyambut dengan senyuman. Dia tahu tujuan tamu datang ke sana. Namun senyuman cepat sekali sirna saat dia menemukan Yerim.

Sial. Jake justru diam. Yerim perlu memberikannya kode dengan berpura-pura sinis agar pemuda itu memahami situasi.

"Oh, hai," sapa Jake setelah senyumannya kembali. Dia dengan sengaja hanya bersikap ramah pada Hyunjin saja, cenderung melirik dengan mata menghina ke arah Yerim. "Kalian sudah membuat janji?"

"Tidak," jawab Hyunjin. "Kami datang ke sini tanpa janji. Apa perlu membuatnya lebih dulu?"

Jake menyeringai, "tidak juga. Hanya saja saat ini kami sedang punya banyak tamu. Kalau kalian tidak keberatan dengan itu, kalian boleh masuk."

"Kurasa tempat ini jadi lebih terkenal, ya?" Yerim bersedekap sombong. "Bisnis kalian berjalan lancar?"

Dalam hati, Yerim sedikit gugup. Semoga saja Jake bisa membaca situasi dengan baik.

"Ya, tentu saja," balas Jake. "Kami tidak kehilangan apapun setelah kau pergi dari sini."

Oh, Yerim bisa bernapas tenang sedikit. Jake tahu untuk membuat situasi di antara mereka membara.

"Kami ingin bermain juga. Kau masih punya tempat?"

"Ya, kalau kau tidak keberatan bermain dengan banyak orang. Kebetulan kami sedang ramai dan permainan akan segera dimulai."

"Kami akan ikut."

"Oke. Ikuti aku. Silakan masuk."

Jake bersikap dingin, seperti yang Yerim harapkan. Dia ingat untuk selalu membuatnya merasa tak nyaman. Dia juga tahu untuk memandangnya dengan tatapan yang tak menyenangkan.

THE GAMBLER 2: Big League🔞 | TXT & EN-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang