9-Bima Tenggelam?

135 25 0
                                    

"Paman, kami sedang mencari Bima. Katanya dia sedang bermain dengan Duryudana, hanya saja Gayatri khawatir pada mereka berdua, karena mereka bermain sangat jauh"jelas Kunti.

"Jika begitu tidak perlu khawatir, bukankah mereka hanya bermain-main? Kamu dapat menuggu di istana saja"ucap Bisma dengan senyuman.

Gayatri mengerutkan keningnya khawatir, jika terus berbincang-bincang dengan Bisma. Maka waktu untuk menemukan Bima, semakin lama!

Dia harus cepat-cepat menemukannya, sebelum Bima dilukai!

"Ukh...."Gayatri tiba-tiba kesakitan, rasa sakit ini seperti membakar dihatinya.

Pupil mata Gayatri bergetar, perasaan buruknya makin menjadi-jadi. Dia pernah merasakan hal yang sama, saat kematian Ayah Pandu dan Ibu Maduri.

"Ada apa denganmu Gayatri kecil?"tanya Bisma kebingungan.

"Tidak! Aku harus segera pergi"tanpa peduli dengan teriakan Bisma, Gayatri berlari kencang kearah tempat Bima dan Duryudana pergi.

"Anakku, Gayatri! Kamu mau kemana?!"teriak Kunti khawatir.

Kunti akhirnya mengikuti berlari mengejar Gayatri, tetapi karena tenaganya yang kurang, dia tertinggal dengan Gayatri yang lincah.

"Aku akan meminta pelayan mengirimkan kereta, kamu akan mengejarnya dengan kereta! Aku akan tetap melanjutkan mengejar Gayatri "ucap Bisma dan melanjutkan berlari.

Disisi lain, Gayatri tidak mempedulikan ranting-ranting pohon yang menggores kaki, tangan serta wajahnya.

Dia berlari terus-menerus, seolah tidak merasakan rasa sakit apapun!

Pikirannya hanya berisi, Kakak tersayangnya, Bima yang selalu mengajaknya bertengkar disetiap kesempatan.

"Jangan tinggalkan aku, Kakak Bima "batin Gayatri dengan berlari sekuat tenaga.

"Sampai! "Gayatri bersorak bahagia, saat melihat siluet pondok yang menampakkan sosok Bima.

Tetapi....

Senyuman itu luntur, saat dia melihat Duryudana memberikan bubur pada Bima.

Gayatri ingin menghentikannya, karena khawatir jika ada yang tidak beres dari makanan itu.

Tetapi itu tidak berhasil, karena suaranya tidak terlalu keras, dia melihat Bima terjatuh dan mengeluarkan busa dari mulutnya.

"Keracunan?!"lirih Gayatri ketakutan, Gayatri berlari kencang kearah pondok itu.

Sayangnya kakinya sudah terluka parah karena goresan ranting, dia terjatuh dan hanya bisa menatap Duryudana serta Sangkuni menarik Bima ke sungai untuk ditenggelamkan.

"Jangan! Jangan!!!!"teriakan Gayatri mengejutkan Duryudana dan Sangkuni.

Akhirnya karena saking terkejutnya, mereka hampir jatuh bersama-sama kedalam sungai.

Syukurlah mereka memiliki keseimbangan yang bagus, sehingga hanya Bima yang tercebur kedalam air dan tenggelam.

Gayatri tidak peduli lagi dengan rasa sakitnya, dia berlari kearah Duryudana dan Sangkuni, dengan api kemarahan di pupil matanya.

"Sangkuni!!!! Duryudana!!! Jika terjadi sesuatu padanya, kalian akan mati ditengah-tengah api kemarahan ku!!!"murka Gayatri.

Disisi lain, Bisma kebingungan dengan amarah Gayatri pada Duryudana dan Sangkuni.

Dia baru saja datang, sehingga dia tidak melihat tindakan mereka berdua yang mencoba membunuh Bima.

"Ada apa, Nak?"tanya Bisma.

"Dia meracuni Kakak Bima, dan menceburkan jasadnya di sungai!"Gayatri tidak repot-repot lagi berdebat dengan mereka semua, dia langsung berjalan kearah sungai, untuk segera mencari keberadaan Bima.

"Tunggu dulu, Nak! Aliran sungainya sangat berbahaya, biarkan aku yang mencarinya"Bisma akhirnya turun dan mencari jasad Bima.

Sebenarnya dia diliputi kemarahan saat ini, tetapi dia tau jika prioritas untuk mencari Bima adalah yang pertama!

Akhirnya Bisma terjun ke sungai, dan meninggalkan ketiganya diatas darat.

***

"Anak ku, dimana Bima?"tanya Kunti yang baru saja datang bersama anak-anaknya yang lain, dengan menunggangi kereta kuda.

"Dia ada disana"Gayatri menatap sungai dengan tatapan kosong, Bisma belum menemukan apapun untuk saat ini.

Untuk sementara dia beristirahat untuk mengisi tenaga, dan memulai mencari lagi.

"Apa maksud mu, Nak?"tanya Kunti khawatir.

Air mata Gayatri mengalir, dia tidak mampu lagi berbicara. Bagaimana dia mengatakan semuanya?

"Gayatri berkata jika Bima telah diracuni dan dibuang ke sungai ini"jelas Bisma.

"Hahahaha.... Aku sudah bilang, Pangeran Bima tidak ada disini. Gayatri tadi, pasti salah lihat"ucap Sangkuni dengan senyuman.

"Yang dikatakan Paman benar, aku tidak melihat saudara Bima. Bima pasti ada di istana dengan aman serta baik-baik saja"ucap Duryudana dengan keringat dingin.

"Berdoalah Duryudana, agar Kakak Bima baik-baik saja. Jika tidak, maka aku akan membuat mu, tidak baik-baik saja"desis Gayatri.

"Apa yang kamu katakan, Gayatri?"ada jejak kemarahan pada perkataan Ratu Gandari yang baru saja datang bersama Destarasta.

Mereka datang, karena mendengar Bisma berlari dengan tergesa-gesa. Mereka khawatir jika ada bahaya, makanya mereka membawakan pasukan kemari.

"...."Gayatri mengabaikan pertanyaan dari Ratu Gandari, dia benar-benar tidak ingin berdebat.

Sekarang keselamatan Bima adalah yang utama!

"Gayatri, apa kamu mengabaikan Ratu Hastinapura?!"marah Destarasta.

"Entahlah, bagaimana menurut mu, Yang Mulia? Aku sedang berduka atas tindakan jahat anak mu, kenapa sekarang aku harus peduli pada hal-hal acak ini?"Gayatri sekarang sedang gila, dia tidak peduli tenang apa itu tata krama atau bahkan sopan santun!

Dia hanya ingin Kakaknya kembali dengan selamat!

"Kesalahan? Kesalahan apa yang dilakukan anak ku?! Jangan menuduh sembarangan!"marah Destarasta.

"Menuduh? Untuk apa aku menuduhnya? Ini sungguh buang-buang waktu, aku akan membalas dendam Kakak Bima sekarang! "Gayatri tidak peduli dengan konsekuensi yang diterimanya.

Dia langsung berjalan kearah Duryudana, dan menamparnya berulangkali.

"Mari kita lihat! Bibir Kakak Bima mengeluarkan busa karena racun yang kau berikan, maka dari itu. Mari kita buat bibir mu penuh dengan darah!"Gayatri menampar wajahnya sekali lagi.

Duryudana tidak dapat membela diri, karena serangan tiba-tiba dan kepalanya sangat pusing akibat tamparan keras itu.

"Kamu mendorong dia ke sungai kan? Lihat baik-baik Duryudana! Aku dengan berbaik hati akan mendorong mu, ke sungai yang sama!"Gayatri menyeret Duryudana ke sungai.

"Hentikan! Hentikan gadis gila itu!!!"Ratu Gandari berteriak, dia mengkhawatirkan keadaan anaknya.

"Dia bukan gadis gila, Ratu Gandari! Dia adalah Putri ku! Lalu Gayatri, hentikan semuanya, Nak. Tidak baik membalas dendam, jika kamu masih menganggap aku, ibu mu. Maka hentikan ini"bujuk Kunti.

Gayatri melempar Duryudana kesamping, dan tidak jadi membuangnya ke sungai.

"Kamu selamat sekarang, tetapi tidak tau dimasa depan nanti. Jadi harap berhati-hati"bisik Gayatri dengan tatapan kebencian.

***

Bersambung ~

See you

Variabel Mahabharata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang