Langit-langit kamar rumah sakit yang berputar adalah hal pertama yang tertangkap oleh penglihatan Jimin. Kepalanya merasakan sakit yang luar biasa. Dadanya masih berdenyut nyeri. Di sudut ruangan, Jimin melihat Sungwoon yang terlihat panik sedang berbincang dengan salah satu dokter. Sungwoon terlihat sangat gelisah. Kakinya bergerak kesana-kemari di sekitar sang dokter yang masih dengan sabar menjelaskan sesuatu kepada Sungwoon yang Jimin sendiri tak paham. Setelahnya, dokter tersebut memegang pundak Sungwoon seperti memberikan kekuatan dan dukungan untuk namja itu, lalu pergi meninggalkan ruangan Jimin. Sementara di tempatnya berbaring, Jimin tak ingin membuang waktu, ia mencoba untuk bangun. Melihat pergerakan Jimin, dengan cepat Sungwoon menghampiri Jimin.
"Jimin-ah, kau sudah sadar? Demi Tuhan Jimin, apa yang sebenarnya terjadi padamu?", tanya Sungwoon beruntun sambil membantu Jimin untuk dapat duduk dengan benar.
Jimin membalas ucapan Sungwoon sambil tersenyum tipis, senyum yang sangat terlihat dipaksakan, senyum yang terselip diantara rasa sakit, tak nyaman dan juga gusar.
"Aku tak apa, Sungwoon-ah. Mungkin hanya sedikit terkejut dengan berbagai kejadian yang terjadi dalam satu waktu"
Mendengar itu, seketika Sungwoon menjadi tak enak hati pada Jimin.
"Jimin-ah, aku minta maaf jika sikapku padamu tadi membuatmu tidak nyaman atau bahkan terkejut. Jujur, aku memang sudah tertarik padamu sejak pertama kali kita bertemu. Dan apa yang aku lakukan setelah pengakuan itu, mungkin aku terbawa suasana. Aku minta maaf, Jimin-ah. Aku tidak memikirkan kenyamanan dan perasaanmu. Kalau memang apa yang aku ucapkan tadi membuatmu risih, anggap saja aku tak pernah mengatakannya. Aku hanya ingin bisa tetap berhubungan baik denganmu. Sekali lagi, aku minta maaf.", ucap Sungwoon sambil tertunduk. Ia bahkan sudah tidak berani menatap Jimin.
"Aku terkejut, itu benar Sungwoon-ah. Dan maaf, aku juga tidak bisa membalas perasaanmu padaku. Kau baik, Sungwoon-ah. Sangat. Tapi aku sudah sangat nyaman dengan pertemanan kita. Terlebih, sekarang aku sepenuhnya sadar bahwa hatiku sudah benar-benar melekat pada seseorang. Jadi, bisakah kedepannya kita merawat pertemanan kita saja?" Jimin menatap Sungwoon sambil tersenyum tulus.
Sungwoon tak dapat lagi membendung tangisnya, "Tentu saja, Jimin-ah. Tentu saja. Tetaplah menjadi temanku. Temanku, si bebek kuning mengesalkan. Kapanpun kau membutuhkanku, aku akan ada untukmu. Aku akan berusaha menjadi teman terbaik untukmu."
"Kalau begitu, Sungwoon teman terbaikku, maukah kau mengantarku pulang ke apartmentku? Ada hal mendesak yang sepertinya harus aku lakukan."
"Kau yakin akan pulang sekarang, Jimin? Apakah tidak lebih baik kau menginap semalam di sini sambil menunggu tubuhmu pulih sepenuhnya." tanya Sungwoon khawatir.
"Justru untuk pulih sepenuhnya, aku perlu pulang dan melakukan hal yang seharusnya aku lakukan lebih awal, Sungwoon-ah. Percaya padaku, aku akan baik-baik saja. Bahkan akan menjadi sangat lebih baik setelahnya." Jimin berusaha meyakinkan Sungwoon.
Setelah melalui perdebatan panjang, ahirnya Sungwoon bersedia mengantarkan Jimin pulang ke apartmentnya. Tentu saja setelah mereka mengantongi izin dari dokter yang bertanggung jawab atas Jimin.
Dan di sinilah Jimin berada. Tepat di depan cermin di kamarnya. Di depan cermin yang pernah membawanya ke dunia lain yang sangat asing baginya. Namun di dunia itulah Jimin tau hatinya tertaut. Di sanalah sosok yang sangat ia rindukan itu. Sosok yang bisa membuat perasaannya lebih baik, sosok yang memang sedari awal ia inginkan.
Jujur saja, sekarang Jimin tidak tahu harus berbuat apa. Bagaimana caranya agar ia bisa masuk melalui cermin itu. Dulu, ketika ia masuk ke sana, Suga lah yang membawanya. Namun sekarang bagaimana? Jimin hanya seorang diri, terlebih Suga belum memberitahunya bagaimana cara memasuki dunia kegelapan itu. Dan apakah sebenarnya Jimin bisa pergi ke sana seorang diri?
Di tengah banyak pertanyaan yang berputar-putar di kepalanya, akhirnya Jimin memberanikan diri untuk menyentuh cermin itu. Terkejut, karena secara tiba-tiba seperti ada kekuatan yang menarik Jimin. Tubuhnya terhuyung ke depan, namun anehnya Jimin tidak membentur apapun termasuk cermin itu. Lalu sepersekian detik, tubuhnya seperti dihempas. Jimin terjerembab. Namun kemudian ia tersadar bahwa ia berhasil masuk ke dalam dunia kegelapan. Cepat-cepat Jimin berdiri dan menyesuaikan pandangannya. Namun kemudian, perasaan terkejutlah yang menyambut Jimin pertama kali. Karena saat ini, ternyata sudah ada seseorang yang menantikan kedatangannya di dunia kegelapan. Sosok itu menyeringai melihat kehadiran Jimin di dunianya."Welcome, Jimin" batin sosok itu.
🐾🐾🐾
tbc gess!! See you next chapter.. Mochiayang kalian semua!! 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
I Find Love In The Dark
FantasyPark Jimin seorang namja dengan wajah yang bisa dibilang lumayan. Kecerdasannya? Lumayan, buktinya dia bisa lulus dengan predikat cumlaude. Kepribadiannya? Lumayan, buktinya dia punya beberapa sahabat yang menyayanginya. Namun mengapa ia sering mera...