10-Kedatangan Bima

152 31 4
                                    

Gayatri menatap sungai dengan tatapan sendu, seolah-olah harapan hidupnya telah menguap dari dunia ini.

"Jika aku sedikit lebih cepat"bisik Gayatri sedih.

Dia menyalahkan dirinya sendiri, atas kemalangan Bima. Seandainya saja, dia berlari sedikit lebih cepat, maka kakaknya, Bima akan baik-baik saja.

Atau...

Seharusnya dia tidak perlu meminta tolong pada Ibu Kunti, dia seharusnya tetap mengejarnya dan menghentikannya!

Tetapi...

Semua menjadi semakin buruk, dan ini semua karenanya...

"Jangan menyalahkan dirimu sendiri, ini semua adalah salah Kakak Duryudana, jika ada sesuatu yang buruk terjadi pada Kakak Bima. Maka aku akan membalas dendam ini "geram Arjuna.

"Jangan seperti itu, tidak baik menyimpan dendam"bujuk Yudistira.

"Dalam mimpi itu, Kakak masih hidup hingga dewasa. Jadi kakak akan selamat kan?"batin Gayatri khawatir. Tapi itu hanya mimpi, apa benar akan baik-baik saja?

"Tidak bisa seperti ini terus, aku akan ikut berenang!"Nakula ingin terjun dan membantu menemukan Bima, tetapi tangannya ditahan Kunti.

"Jangan anakku, aku tidak ingin kehilangan anak-anak lainnya. Tetap disini"ucap Kunti dengan senyuman pilu.

"Mungkinkah Gayatri berbohong? Mungkin saja dia berbohong, karena cemburu pada Duryudana yang dicintai ayahnya. Sekarang Bima pasti ada di istana, mari pulang dan buktikanlah"Ratu Gandari tidak suka saat semuanya orang menjelek-jelekkan anaknya.

Apa salah anaknya?

Kenapa mereka semua mempercayai Gayatri?

Bisa saja Gayatri berbohong kan?

"Gayatri tidak akan berbohong tentang kehidupan kakak-kakaknya, jadi yang dikatakannya pasti kebenaran, Ratu Gandari"ungkap Kunti yakin.

"Tidak! Kamu tidak tau kekuatan cemburu, Kunti! Dia pasti iri pada anak ku, Duryudana! Makanya dia menuduh anak ku yang tidak-tidak!"

"Aku tidak peduli dengan suami mu, Ratu Gandari! Aku tidak menginginkan cinta apapun darinya, jadi kamu dapat memiliki semua cintanya bersama anak-anak mu. Aku hanya ingin Kakak Bima sekarang! Bisakah kamu membawanya kamari untukku? Jika tidak bisa, maka kamu dapat diam"ujar Gayatri dingin.

Mendengar ucapan sinis dan penuh kebencian dari seorang anak kecil, merupakan sesuatu yang sangat tidak nyaman.

Apa lagi kata-kata itu berasal dari anak baik dan penuh sopan santun seperti Gayatri!

"Gayatri! Jaga sopan santun mu!"marah Destarasta, dia langsung menampar wajah Gayatri yang kebetulan berada disampingnya.

Tiba-tiba semuanya membisu, bahkan Kunti juga terkejut dengan kecepatan tamparan itu.

"Beraninya kamu! Dasar anak pelayan!!!"geram Destarasta.

"Aku memang anak pelayan pada awalnya, selain darah pelayan. Aku juga memiliki darah seseorang yang hatinya telah buta. Dia buta akan kasih sayang pada putranya, hingga dia tidak dapat melihat kebenaran "ujar Gayatri dengan senyuman palsu.

"Yang Mulia, ada banyak mata-mata di kerajaan ini. Bagaimana mungkin peristiwa ini tidak diketahui oleh salah satu dari mata-mata Hastinapura? Anda dapat mencari tau sendiri, dan ketahuilah kebenaran itu! Setelah mengetahui kebenarannya, kamu tidak akan berani mengangkat wajah mu, dihadapan ku Yang Mulia!"Gayatri memilih meninggalkan tempat dimana Destarasta berada.

Dia pindah kesisi lain, yang agak jauh dari tempatnya tadi.

"Aku tidak bisa seperti ini terus"batin Gayatri khawatir.

Hari semakin gelap, mentari mulai bersembunyi tetapi tidak ada kabar dari Bima sama sekali, bahkan setelah Bisma meminta prajuritnya untuk mencari keberadaan Bima di istana, tetapi hasilnya sama saja.

Bima seolah-olah menghilang!

"Gayatri! Kamu mau kemana, Nak?"tanya Kunti khawatir.

Gayatri tidak mempedulikannya dia mencoba menebak lokasi tempat Bima kira-kira terjatuh, itu dimana?

Karena dia jatuh dari atas pondok ini, maka lokasinya seharusnya ada disini. Tetapi arus sungai sangat deras, yang kemungkinan akan terbawa arus....

"Tetapi, jika kita tidak mencobanya. Bagaimana kita tau?"

Gayatri memanjat pagar pondok itu, dan melompat turun.

"Gayatri!!!!"teriak Kunti ketakutan.

Saat dia berteriak dengan rasa takut, tiba-tiba situasi tak terduga terjadi. Bima muncul dari permukaan sungai dan menangkap Gayatri yang melompat ke sungai.

"Aku tidak menyangka jika kamu sangat mencintai ku, adikku~
Kamu bahkan rela melompat untuk ku~"desah Bima dengan tawa terbahak-bahak.

"Kakak!"Gayatri menangis tersedu-sedu dengan keras, tanpa peduli dengan semua orang yang menatapnya.

Dia hanya ingin memeluk kakak yang dikhawatirkan seharian ini, dia tidak ingin melepaskannya karena takut jika ini adalah mimpi.

***

Bersambung ~

See you

Variabel Mahabharata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang