Friend and Volleyball?

8 2 0
                                    

Aku mendesah dan bernapas beberapa kali sebelum melewati gerbang sekolah.
"Baiklah, mari kita lihat. Kelasku seharusnya ada di sana."
Aku melihat-lihat sekeliling sekolah, tetapi itu tidak membantuku dan pergi ke kelasku ketika aku masih punya waktu 15 menit lagi sebelum pelajaran pertama di mulai.
"Bagaimana orang bisa menghapal seluruh gedung sekolah ini? Aku butuh waktu 10 menit untuk sampai ke ruangan ini."

Kataku sambil duduk. Aku mengeluarkan buku catatanku dan menunggu guru memasuki ruangan sementara beberapa orang menatapku dengan bingung Aku mencoba menyembunyikan wajahku di balik buku-bukuku sambil melirik ke tepi atas.
"Maaf, tapi apa yang sedang kau lakukan?"

Aku mendongak dan melihat seorang anak laki-laki dengan rambut pirang-coklat.
"shhh aku sedang melihat siapa yang menatapku,"
"Oh, jadi kau menatap orang-orang yang menatapmu." Dia bertanya sambil melihat apakah seseorang benar-benar menatapku.
"Maksudku, ehhh, kurasa begitu." Aku menurunkan buku itu dan tersenyum gugup, "Maaf, namaku Arunika Lavandian panggil aja Aru. Hari ini hari pertamaku di sini. Salam kenal ya!" "Bintara. salam kenal juga."

Aku ingin mengatakan sesuatu ketika guru memasuki ruangan.
"Selamat pagi kelas. Saya rasa kalian sudah menyadarinya, tetapi ada siswa baru yang bergabung dengan kelas kita. Bagaimana kalau Kamu memperkenalkan diri?" Aku berdiri dan melihat sekeliling

Semua orang melihat ke arahku,
"Nama saya Arunika Lavandian dan saya baru saja pindah ke sini. Semoga kita bisa berteman baik!" Aku duduk lagi dan bersembunyi di balik buku sebelum guru bertepuk tangan untuk menarik perhatian semua orang "Mari kita mulai pelajaran sekarang dan harap tetap berkonsentrasi."

-Beberapa Jam Kemudian-

Saatnya Istirahat makan siang dan semuanya pergi ke kantin.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang?"
"Kamu gak pergi ke kantin?" Bintara bertanya padaku.
"Aku gak begitu tahu..."
"Ayo, aku akan menunjukkan jalannya padamu." Dia benar-benar menyeretku ke kantin dan melepaskan lenganku ketika dia duduk di samping seorang anak laki-laki berambut hitam dengan potongan mangkuk. Saya hanya berdiri di sana tidak tahu harus berbuat apa.

"Kok diam aja? Duduklah." Kata Bintara dan menunjuk ke kursi yang kosong. Aku segera bereaksi dan duduk sambil berusaha untuk tidak terlihat canggung.
"Ini Aru. Dia baru saja pindah ke sini." Anak laki-laki berambut hitam itu menatapku dan tiba-tiba mulai tersenyum.
"Saya Gevan. Saya anak tahun pertama dan jagoan masa depan tim voli!!"

"Bola voli...?"
Aku yakin, aku pasti terlihat sangat bingung. Aku tidak tahu kalau mereka punya tim voli di sini, "Ya!! Kak Bintara juga masuk ke tim voli juga loh!!"
Bintara hanya menghela nafas dan menggelengkan kepalanya.
"Itu keren banget!! Kamu main di posisi apa??"
Setelah aku menanyakan pertanyaan ini, Gevan bahkan terlihat lebih bersemangat dari sebelumnya.
"Saya seorang wing spiker dan Kak Bintara adalah seorang setter!!''
"Wah, keren banget!! aku yakin kalian adalah pemain yang hebat."
"Apa kamu mungkin menyukai bola voli, Aru?" Bintara bertanya, bahkan tidak menatapku.
"Ya.. Aku bermain selama beberapa tahun sebelum aku pindah ke sini. Posisiku adalah libero."

Ibuku mengajakku bermain bola voli. Dia ingin aku melakukan sesuatu yang menyenangkan, setelah aku melihat pertandingan bola voli untuk pertama kalinya, aku tahu bahwa inilah yang inginku lakukan. Ayahku tidak begitu menyukai gagasan itu. Dia ingin aku melakukan sesuatu yang lebih kekanak-kanakan. Tapi setelah aku bermain selama beberapa minggu dia tidak bisa menghentikanku lagi. Saya tidak ingin menyerah pada bola voli meskipun itu berarti ayahku membenciku.

"Apa kamu mau bermain dan bergabung dengan tim di sini?"
Bintara bertanya tanpa menunjukkan banyak reaksi. Itu pertanyaan yang bagus.
"Apa aku ingin bermain lagi?. Aku belum yakin. Mungkin aku akan istirahat dulu dan melihat keadaannya nanti."
Mereka mengangguk dan tidak menanyakannya lagi, Segera setelah bel berbunyi, aku dan Bintara pun mengucapkan selamat tinggal pada Gevan dan kembali ke kelas bersama.
"Gevan baik banget."
"Dia bisa nyebelin tau." Dia menjawab dan duduk di depanku. Aku hanya bisa tersenyum mendengar jawabannya.

"Tampaknya Bintara adalah orang yang mudah merasa kesal, namun tetap saja dia adalah orang pertama yang bicara denganku dan membuatku merasa nyaman."
"Kenapa kamu tersenyum seperti itu?" Pertanyaan itu membuatku tersadar dan aku langsung berhenti tersenyum
"Tersenyum? Senyum gimana?." Dia hanya tertawa kecil dan berbalik. Dia pasti mengira aku bodoh sekarang...

<<Next Chapter>>


Hii Manniez~Maaf jika banyak kesalahan pada penulisanku!semoga kalian enjoy!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hii Manniez~
Maaf jika banyak kesalahan pada penulisanku!
semoga kalian enjoy!

Chocolate BuddiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang