Seperti biasa jangan lupa vote nya ya! thank you all 🤍
Kembali mengingatkan, ide ini berasal dari imajinasi penulis. Jika terdapat beberapa kesamaan kata itu murni ketidaksengajaan.
*****
_____________________________"Apa yang salah denganku? Aku masih anak kalian, kan? Lalu mengapa kalian memperlakukanku berbeda dengan yang lain? Aku juga ingin seperti mereka!"
_____________________________
6. Berbeda.
•HAPPY READING•
*****
Sekali lagi, dengan terpaksa Arsen tetap harus melanjutkan membersihkan toilet sekolah walau dengan kondisi yang tidak baik. Selesai mengepel lantai yang kotor kini ia beranjak pulang. Hampir lupa bahwa sebenarnya ia tidak membawa kendaraan saat membuka ponselnya ternyata daya baterai sudah habis. Mau mencari tumpangan? Astaga, ini bahkan sudah hampir malam, bus mana yang akan lewat jam segini? Mau tidak mau Arsen harus pulang dengan jalan kaki dari sekolah menuju rumahnya.
Udara terasa semakin dingin mencekat, suhu tubuh naik dan pusing terus terasa memutari kepalanya. Bulir-bulir air jernih turun membasahi pipi dan tubuhnya, dengan gontai ia berjalan di tengah keramaian kota yang basah, "Sedikit lagi, sedikit lagi sampai..." gumamnya menyemangati diri.
Dan benar saja, beruntung Tuhan masih memihaknya kali ini. Melangkah sempoyongan dengan hanya mengandalkan pandangannya yang kabur dan kaki yang sudah hampir mati rasa menahan bobot badannya membuka pintu yang menampilkan sosok Ayahnya beserta Ibu dan ketiga adiknya.
"Dari mana saja kamu jam segini baru pulang hah?!" sentak sang Ayah yang tak memperhatikan kondisi tubuh Arsen sekarang.
"Bang, liat deh aku baru aja juara 1 lomba IPA lho!" sahut Senna memotong pembicaraan.
"Arsen capek, yah, Arsen ke kamar dulu ya..."
"Kamu pasti berantem lagi kan?!"
Ingin menenangkan emosi suaminya tapi sayang belum sempat berbicara Arsen sudah memotongnya.
"Nggak, yah... Udah ya? Arsen capek." ucapnya lagi sesaat sebelum melangkah pelan menuju kamar untuk beristirahat.
"Berandalan tidak berguna! Beban keluarga saja kamu, beruntung saya masih mau merawatmu!" Sarkasnya dari ruang tamu, walau Arsen sudah masuk ke dalam kamar tentu ia masih dapat mendengar suara itu dengan jelas. Suara milik Ayahnya sungguh sangat menggelegar memekakkan telinga.
***
Dari balik pintu di dalam kamar yang sunyi nan gelap, nafasnya tersendat-sendat mencari udara yang tak lagi manis. Setiap tetes air mata yang jatuh membasahi pipinya terasa seperti digores dan disayat-sayat meninggalkan luka yang teramat dalam menelusuk hati. Rasa sakit dari tubuh dan hatinya seketika menjadi satu, menghanyutkan dirinya yang telah hancur, "Ma, kenapa Ayah jahat banget sama Arsen? Arsen cuma capek, ma, Arsen nggak berniat berantem sama sekali... Andai Ayah tau..."
"Tapi kalau Ayah tau, memangnya dia mau percaya begitu saja? Sebenarnya Arsen anak kalian juga nggak sih? Kenapa sikap kalian beda sama Arsen?"
"Arsen cuma mau disayang kayak Varo, Vino, dan Senna, Ma. Se susah itu kah permintaan Arsen?" lagi, kalimat yang ia ucapkan sendiri justru malah membuat hatinya semakin terkoyak, air mata yang sudah tak terbendung dan mata yang terus memanas membuatnya semakin terduduk murung dari balik pintu kamarnya.
Di sela tangisnya, terasa nyeri dalam dada, udara yang tadinya masuk melalui pernapasan mendadak terhambat, serta nyeri pada perut kembali ia rasakan. Jantung berdebar tidak karuan membuatnya semakin kesulitan untuk bernapas.
Sedikit panik dengan penyakit yang tiba-tiba ia derita serta tak kunjung membaik dan justru malah semakin menjadi, Arsen melangkah beberapa kaki menuju kasur tempat ia beristirahat, sebelumnya ia mengira itu hanyalah gejala saat merasa sedih dan stress yang berlebih jadi ia lebih memilih tidur dengan rasa sakit di dada yang terus menyeruak.
*****
Tadaa, sampe sini dulu yaa, maaf banget cuma sedikit. Tapi setelah ini Nesha akan bikin yang lebih bagus lagi kokk, byee
Jangan lupa voment yaa! 🤍
*****
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSEN - On Going
Teen FictionKehadirannya yang tak dianggap juga tak diharapkan, di cap sebagai anak haram bukanlah hal yang mudah dilewati bagi Arsen Brahmantara Mahendra. Remaja tak bersalah serta banyak kekurangan ini harus menerima hidup di keluarga dan lingkungan yang bisa...