Bab 1

795 61 1
                                    

Tubuh tegap yang dibalut stelan mahal itu, menatap gedung pencakar langit di balik dinding kaya. Sesekali, tangannya akan bergerak mendekat ke arah bibir, membawa cangkir itu mendekat ke bibir. Sedang satu tangannya yang lain, bertumpu di atas meja.

Jarum jam bahkan telah menunjukkan pukul sembilan malam, tapi sama sekali tak membuat ia beranjak sedikit pun dari sana. Kedua mata tajamnya sesekali mengedar, menatap jautan kendaraan yang memenuhi jalanan. Tidak akan ada sepi di sana, yang ada, semakin malam, akan semakin ramai dan bising.

"Tuan, kita sudah terlambat satu jam dari waktu undangan. Anda tidak ingin bersiap?"

"Biarkan saja, Mack. Aku tidak tertarik untuk datang ke sana."

"Tapi-"

Pria itu berbalik, menghentikan ucapan pria yang kini menundukkan kepalanya. Sama sekali tidak berani menatap kedua mata itu.

"Siapkan mobil, Mack. Aku akan pulang sekarang." tangannya meletakkan gelas di atas meja.

Sedang Mack, yang namanya disebut sedari tadi kini mendongak. Menatap atasannya itu.

"Anda tidak ingin pergi, Tuan?"

"Bagaimana kalau kamu saja yang pergi, Mack?"

Mack menelan ludah susah payah, tarikan nafas dalam dan putus asa keluar dari bibirnya. Dia tahu jika atasannya itu tidak suka pesta, tidak suka pada keadaan yang ramai dan bising.

Atasannya pun akan memilih mengurung diri di ruang kerjanya bersama tumpukan berkas ketimbang menghadiri acara-acara penting seperti saat ini. Padahal, ada banyak orang yang mengharapkan kehadirannya. Bertemu dengannya dan dapat bekerja sama.

"Tapi, Tuan. Tuan Adrian mengundang anda dari beberapa bulan yang lalu. Beliau berharap jika anda akan hadir di pesta ini."

"Katakan saja aku sibuk, Mack. Dia pasti akan mengerti."

Mack meringis, dia bergerak mendekat ke arah atasannya itu begitu terlihat atasannya sudah bersiap untuk pulang. Merealisasikan niatnya. Dia meraih jas yang menggantung di sandaran kursi, berdiri di belakang atasannya, membantu mengenakannya.

"Jangan lupa, kirimkan hadiah yang memuaskan." pesannya lagi. Yang diangguki mengerti oleh kerjanya,

"Bagaimana dengan undangan makan malam dari Nona Violet lusa? Anda akan hadir?"

"Tolong gantikan aku!"

Lagi, arahan itu terdengar.

"Anda tidak akan hadir?"

"Kenapa aku harus hadir?"

"Nona Violet sudah mengundang anda nyaris ratusan kali dalam setahun ini, Tuan. Dan anda setuju untuk hadir kema-"

"Aku menyetujui undangan itu karna kamu yang memaksa, Mack. Jadi, kenapa tidak kamu saja yang datang?"

"Tapi, Nona Voilet bisa ngamuk jika-"

"Kalau begitu kamu harus mengurusnya!" Ada tepukan santai mendarat di pundak Mack. Membuatnya terdiam seketika.

"Katakan permintaan maafku pada Tuan Adrian, Mack." Ucapan itu Mack tahu jika tidak benar-benar tulus. Terbukti dengan atasannya itu yang melenggang pergi dengan wajah puas.

"Ah, Ya, Mack.." langkah yang nyaris sampai di pintu itu terhenti, Mack berbalik agar dapat melihat atasannya itu.

"Tolong ganti sekretarisku, Mack! Wanita itu tidak memiliki sopan santun! Aku tidak menyukainya." ucapan itu meluncur dengan santainya. Tapi, cukup mampu membuat Mack merasa lemas tak bertenaga.

Mengurai Benang Merah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang