Part Four

95 52 11
                                    

Pintu restaurant itu terbuka otomatis ketika Aster masuk, temaram lampu memberikan suasana romantis di dalam sana. Tidak banyak meja yang ada, juga jarak yang lumayan jauh antar meja satu sama lain seperti memberikan privasi bagi pengunjung yang sedang makan.

Bukankah Alaric memang sedang bermasalah dengan otaknya.

Mengajak bertemu di tempat yang seromantis ini hanya untuk memutuskannya tanpa hati. Aster memindai seluruh ruangan dan menemukan Alaric duduk dengan punggung bersandar di kursi menunggunya.

Lelaki itu nampak bosan. Aster membuatnya menunggu lebih dari satu jam sesuai dengan saran Ruby.

Dengan Anggun dia menghampiri lelaki itu.

Alaric mengangkat pandangan ketika Aster sudah berada di depannya. Lalu buru-buru berdiri menarik kursi untuk Aster duduk.

"Thanks." Aster berterimakasih.

Menyibakkan anak rambutnya kebelakang telinga, Aster lalu menyilangkan kakinya. Memandang Alaric dengan cara yang begitu menawan.

"Jadi, untuk apa kau meminta bertemu?"

"Kita makan dulu."

"Okai."

Alaric mengangkat tangan, kemudian seorang pelayan datang memberikan buku menu. Menyebutkan beberapa pesanan Alaraic kemudian bertanya apa yang Aster inginkan. Aster juga menyebutkan beberapa makanan, pelayan itu mencatatnya dengan cepat lalu tersenyum meninggalkan mereka.

Dalam keheningan canggung itu, Aster mengamati Alaric lamat-lamat.

Terlalu banyak basa-basi.

Senyum miris tersungging di bibir, dalam ingatan yang tertinggal Daisy sangat bahagia dengan sikap Alaric hari itu lalu berakhir meratap sendirian ketika di tinggalkan.

Saat pelayan menghidangkan seluruh makanan di atas meja, Aster tanpa suara langsung menyantap hidangan yang tersaji. Lagi-lagi hanya denting peralatan makan yang beradu menjadi pengisi kesunyian di antara mereka.

Saat semuanya selesai, sekali lagi Aster bertanya. "Jadi, ada apa Alaric?"

Alaric berdehem sekali.

"Aku sudah memikirkan perkataanmu kemarin sore, sebaiknya kita harus mengakhiri pertunangan ini."

"Ahh..." Aster mengangguk.

Benar bukan?

Aster terkekeh kecil. "Membawa ke tempat romantis bukannya untuk melamar tapi memutuskan pertunangan. Kau membuatku tidak bisa berkata-kata Alaric."

"Dari semalam,-"

Aster menyela ucapan lelaki di hadapannya. "Aku sangat senang kau menghubungiku, memberikan makan malam yang romantis. Seperti diterbangkan kemudian dijatuhkan kembali ketika kau mengakhiri keindahan ini dengan memutuskan pertunangan kita."

"Tidak ada cinta dalam hubungan ini, tidak ada yang bisa dipertahankan."

"Aku memberikan cinta, tapi kau tidak. Itu adalah yang sebenarnya terjadi di antara kita Alaric."

Lelaki itu terdiam.

"Pihakmu yang mengajukan pertunangan, jadi masih harus kau sendiri yang mengatakan pada orang tua kita tentang pembatalan ini."

Alaric menyugar rambutnya ke kebelakang. "Ini tidak akan berhasil tanpa kau membantu bicara pada mereka."

"Dan kenapa aku harus? Kau yang menginginkannya bukan aku."

"Daisy kita hanya akan saling menyakiti jika bertahan dalam hubungan ini."

"Jika saja kau sedikit saja memberikan kesempatan untuk kita, semua hal yang kau katakan saling menyakiti itu tidak akan terjadi." Aster membuang muka, mengamati jalanan dari balik kaca restaurant. "Jadi berusahalah."

Dear DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang