D'abord {•} Jayseung

294 15 0
                                    

Happy reading and enjoy the story
Have a nice day, dear♡





D'abord (n.) French, Pertama dan Terpenting.









{🪿}

“Kamu habis mulung ya?” 

“Hah?” 

“Kamu habis mulung?” 

Sedangkan yang ditanya hanya pilih keluarkan sebuah dengusan dari dua bilah bibirnya, maniknya kini kembali fokus pada objek yang buat sosok manis dihadapannya layangkan pertanyaan tak begitu masuk akal baginya. Atau memang masuk akal bagi sang sahabat menanyakan pertanyaan itu.

Manik bulatnya lirik sesaat semangkuk soto yang awalnya kepulkan uap panas kini mulai mendingin, tandakan betapa lamanya gerakan berulang yang telah dilakukan oleh lelaki bernama Janendra itu.

Layangkan tatapan penuh curiga, Janied geser bakmi jamurnya— silang kedua tangannya sebagai tumpuan, fokuskan segala atensinya pada riak wajah Jay. Tentu buat si empu sadar tengah ditatap begitu intens oleh presensi lain, “Maju banget muka lo,” ajunya dorong jidat paripurna si November agar sedikit beri jarak antara keduanya. 

Janied mendengus, usap sayang dahinya yang sempat didorong dengan tenaga, “Kamu aneh, udah mau dua minggu pasti bengong pas ngeliat bungkus roti yang ada di tas kamu itu,” ungkapnya, ia keluarkan isi kepalanya.

“Aku heran, biasanya kamu excited sama soto bu Ning. Eh ini, tumben kamu anggurin,” tambahnya, buat Jay gelengkan kepalanya. Janied tentu dibuat heran dengan sikapnya, apalagi Jay sendiri. Bukan sang sahabat saja yang heran, Jay juga dibuat heran sendiri— ia tidak mengidap hoarding disorder kok. 

Jelaganya kembali tatap bungkus roti berwarna coklat itu, jika boleh jujur Jay rasa dirinya sudah kehilangan kesadarannya sendiri. Sebab, entah apa yang buat si Taurus untuk tetap pilih simpan bungkus plastik itu. Alih-alih membuangnya ke tempat sampah, bahkan sudah diminta oleh sang mama untuk tidak jorok dengan membawa-bawa sampah dalam tasnya. Jay akan tetap pilih kembali masukkan bungkus plastik yang didapatnya dua minggu lalu itu pada tasnya.

Jika dipikir-pikir pun, kenapa dirinya begitu betah untuk bawa-bawa plastik itu yang jelas hitungannya adalah sampah. Tentu jelas jorok bukan? Tetap menyimpan sampah bungkus makanan dan akan membawa-bawanya setiap ia sandang tas punggungnya itu. Padahal itu hanya bungkus roti biasa, jika pun mau, lelaki kelahiran bulan ke empat itu bisa kembali membeli roti itu. Jadi untuk apa Jay menyimpan bungkus plastik itu? 

Gelengkan kepalanya, Jay angkat tubuhnya. Dirinya bawa kaki jenjangnya dekati tong sampah pada sudut kantin— tangannya remat bungkus roti itu. Sebelum kakinya injak tuas tong sampah hijau di hadapannya. Maniknya kini tatap bergantian antara tong sampah non organik di hadapannya, dengan bungkus plastik digenggamnya. Alih-alih melepas genggamannya, jemarinya lipat plastik berwarna coklat itu menjadi kecil, sebelum masukkan benda tipis itu pada kantong celananya. 

Agaknya sisi T pada diri si April sudah tak berfungsi sebagaimana selayaknya, seseorang memiliki mbti T. 

Tentu jelas, segala pergerakan dilakukan oleh Jay tak luput dari perhatian sosok Janied dengan mulut sedikit terbuka. Dirinya dibuat sudah tak habis pikir dengan apa yang dilakukan oleh sang sahabat, “Mending jujur, kamu bukan Janendra yang aku kenal. Kamu siapa?!” suaranya dibuat sedikit meninggi dengan nada dramatis, todongkan sepasang sumpit kala dapati sosok Jay sudah kembali duduk di hadapannya. 

Jay kerutkan dahinya, “Apa sih cil, jangan lebay deh,” sendoknya geser sepasang sumpit hitam berlumur minyak bakmi itu. 

Janied sedikit miringkan kepalanya, “Cil?” beonya. 

Belamour - Enhypen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang