17

5.9K 374 45
                                    

"salsa gak papa, dia cuma kecapean dan butuh istirahat yang cukup"

"Tekanan darah salsa juga rendah itu yang buat dia bisa pingsan"

"Sebisa mungkin jangan sampai stres, beban pikiran akan sangat berpengaruh buat kesehatan. Yang tadinya gak punya penyakit jadi timbul karna banyak yang dipikirkan" jelas dokter irene selaku sepupunya nando dan juga sudah berteman baik sama lian.

"Thanks ren"

"Sama-sama. Lain kali lo hubungin dokter umum ege, gue dokter kandungan bukan ranah gue lagi di umum. Berhubung lo temen gue makanya gue mau datang kesini, untungnya hari ini gue libur praktek." ucap irene.

"Sory" ucap Lian singkat.

Dan iirene hanya mengangguk

Irene melirik ke arah lian yang terus memandang salsa yang tertidur di atas kasur.

"Lo kalau ada masalah bicarakan baik-baik. Kasian dia masih bocah disiksa terus sama om-om modelan kayak lo, nanti mentalnya keganggu kasian,,," ucap irene

"Apaansih!"

"Gue tau apa yang lo lakuin ke dia" ucap irene santai.

Lian beralih menatap irene dingin. Bagaimana bisa irene tau antara dirinya dan salsa. Apa nando yang menceritakannya?

"Gue tau bukan dari nando, tapi gue tau sendiri. Gue dokter kalau lo lupa, walaupun gue dokter kandungan tapi gue lebih dulu jadi dokter umum. Dan asal lo tau, gue juga pernah belajar tentang kesehatan mental" ucap irene menatap mata lian intens.

Irene tau apa yang sudah lian lakukan pada salsa. Dilihat dari wajah salsa yang terdapat lebam di pipinya dan sedikit robekan di ujung bibir salsa. Munafik jika irene tak mengerti apa yang terjadi, salsa sudah pasti mendapatkan kekerasan dari lian. Tapi ia rasa tak enak hati jika mengutarakan nya ke lian, apalagi lian sahabat baik sepupunya.

Irene pun sudah mencurigai adanya masalah di pernikahan lian dan salsa sedari awal, karna pada saat irene datang di pernikahan mereka irene terus memperhatikan salsa yang tampak tertekan dan terus mengeluarkan air mata saat ijab kobul dimulai. Dan apalagi pernikahan yang di adakan secara mendadak, tak mungkin pernikahan dilaksanakan dadakan bila tak ada sesuatu yang terjadi.

Dari Sana irene dapat menyimpulkannya sendiri dengan berbekal ilmu psikologi yang pernah ia pelajari bahwa salsa akan tertekan dengan pernikahan ini. Dan ternyata dugaan itu memang benar, terbukti pada saat irene melihat juga memeriksa kondisi salsa secara langsung sekarang.

"Gue tau masa lalu lo menyakitkan, tapi lo gak boleh membalas nya sama orang yang gak benar-benar bersalah. Mau sampai kapan lo begini terus?. Jangan sampai lo nyesel baru lo sadar"

"Gue percaya lo orang baik li. Dan gue yakin, lo juga sebenarnya sakit saat melakukan siksaan itu ke salsa kan?. Karna gue tau sebenarnya lo pria yang penyayang" ucap irene panjang lebar.

Lian masih diam tak menjawab apapun yang Irene ucapan.

Irene kembali membuang nafasnya kasar kala melihat lian yang masih saja diam. Ia meraih tas medisnya dari atas nakas.

"Sory kalau gue mungkin terlalu menyudutkan lo, tapi lo harus belajar berdamai dengan apa yang sudah terjadi. Gue cuma gak mau biarin lo berdua sama-sama sakit"

"Gue balik" pamit irene menepuk bahu lian dengan senyum tipis.

*** 

Lian masih setia menatap salsa yang tertidur sedari tadi. Kali ini ia membiarkan salsa tertidur berada di sisinya.

Ia pandangi terus wajah cantik salsa, yang kadang mengigau dalam tidurnya. Sesekali menggelengkan kepalanya sambil mengucapkan kata ayah dan maaf. Jujur lian jadi merasa bersalah melihat salsa.

Sorry For Your GrudgeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang