Part : Seventeen

514 64 11
                                    

Setelah segala hal yang di buat sedemikian rumit oleh Jeonghan, akhirnya Seongcheol mendapatkan free pass untuk masuk ke dalam ruangan Dokter Jang. Laki-laki itu tak banyak bicara, tak juga banyak bertanya. Dia hanya mengikuti segala alur yang telah ada. Dia merasa sanksi untuk menelurkan kalimat. Takut kalau-kalau Jeonghan merasa tak nyaman dan emosinya tersulut oleh kalimat sederhana yang sekarang tiba-tiba bisa berubah menjadi kalimat pemantik sumbu emosi.

Seperti biasa, Dokter Jang selalu menyambutnya dengan senyum lembut nan kharismatik yang sepanjang hari tersemat tatkala menyambut kedatangan para pasiennya. Jeonghan dan Seongcheol membungkuk sejenak ketika mereka di persilahkan untuk duduk. Menarik kursi dengan tenang dan membuat diri mereka senyaman mungkin di hadapan sang Dokter.

"Bagaimana kabarmu Jeonghan-ssi?". Kalimat itu adalah kalimat yang sama, kalimat yang selalu beliau tanyakan setiap kali sosok muda itu datang menemuinya. Tak lupa senyum lembut nan hangat itu selalu dia perlihatkan kepada pasien yang sang Dokter rasa sudah mulai bisa menerima kondisinya. Meskipun tak sepenuhnya mengetahui permasalahan awal yang menjadi akar permasalahannya, namun Dokter Jang seolah mampu menerka bahwa sebelumnya sang calon orang tua itu masih tak bisa menerima kondisi kehamilannya.

"Ini...". Dokter paruh baya itu mengalihkan pandangannya pada sosok asing yang baru pertama kali di temui olehnya. Menatap lurus pada Seongcheol yang terlihat sedikit gugup dan kikuk.

"Seongcheol. Choi Seongcheol". Jawabnya dengan cepat ketika Dokter Jang seolah mempertanyakan eksistensinya.

"Ah.. apakah anda ayah dari bayinya?"

Seongcheol terlihat melirik pada Jeonghan yang sudah lebih dulu memposisikan dirinya dengan nyaman di atas kursi pasien yang berhadapan dengan Dokter paruh baya itu. Namun kemudian, laki-laki bersurai hitam legam itu mengangguk dengan cepat ketika mengetahui bahwa Jeonghan sepertinya tak memberikan larangan verbal dan non verbal baginya untuk memberikan pernyataan. "Nee..". jawabnya. Lalu juga turut menarik kursi dan duduk di samping Jeonghan.

Setelah perbincangan ringan di antara ketiganya, kini akhirnya tiba saatnya dimana Seongcheol mendapatkan kesempatan untuk duduk di sisi ranjang Jeonghan yang sedang berbaring dengan nyaman.

Dokter Jang mengoleskan lubricant sebelum transducer itu mulai menyentuh permukaan perut yang mulai menggembung. Dari ekpresi wajah sepasang teman itu, seseorang yang duduk di tepi ranjang itu justru terlihat lebih tegang dari seseorang yang sedang terbaring. Transducer itu bergerak perlahan.

"Lihat... bayi kalian terlihat sangat sehat. Dia tumbuh dan berkembang dengan baik..."

Seongcheol tak sedikitpun mengalihkan tatapannya dari monitor yang sedang memperlihatkan tayangan hitam putih di depannya. Tanpa sadar, senyum tipis merekah perlahan pada bibirnya. Seolah takjub pada hal yang baru di lihatnya pertama kali.

"Dokter, apakah posisinya terlihat baik? Bagaimana dengan tangan dan kakinya? Apakah semuanya baik-baik saja? apa detak jantungnya juga terlihat baik?"

Seongcheol mengeluarkan seluruh isi kepalanya dalam rangkaian kata panjang yang terdengar sangat antusias di banding siapapun. Menimbulkan suara tawa ringan dari sang Dokter yang sedang melakukan aktivitasnya. Pertanyaan demi pertanyaan yang dia utarakan justru terdengar seperti rengekan bocah berusia 5 tahun yang sedang ingin mengetahui mengenai tentang banyak hal.

"Apakah kalian ingin mendengar suara detak jantungnya?"

Seongcheol menaikan pandangannya, begitu pula dengan Jeonghan. Mempertemukan sorot matanya dengan tatapan hangat sang Dokter yang menyambut raut terkejut itu dengan sebuah senyum lembut. Laki-laki paruh baya itu seolah mengerti bahwa keduanya mungkin masih awam dan tak mengetahui bahwa detak jantung bayi yang berusia lebih dari 18 minggu sudah mulai bisa di dengar detaknya.

Steganografi [JeongCheol Ver.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang