***Bugh
Jennie hampir saja mengeluarkan sumpah serapahnya saat Sejeong lagi-lagi meletakkan setumpuk kertas pada meja kerjanya.
"Yaaa, tidakkah ini terlalu berlebihan?!"
Jennie bahkan belum menyelesaikan tumpukan kertas lain yang berada di sebelah kirinya dan sekarang Sejeong malah menambahkannya. Yang benar saja?!
"Ssstt" Gadis dengan rambut terikat satu itu meletakkan telunjuknya di depan bibir.
Jennie melototkan matanya. Apa Sejeong baru saja---
"Park Jennie, kau tidak berhak mengajukan protes apapun," ujar Sejeong, melipat tangannya di depan dada.
"Ya! Aku ini a---"
"Inilah yang terjadi saat kau memperpanjang cutimu seenaknya tanpa memiliki pikiran yang sama panjangnya dengan jatah cuti yang kau ambil itu."
Jennie berusaha mencerna ucapan Sejeong. Apa gadis itu baru saja mengoloknya?
"Jadi nikmati saja pekerjaan rumah yang kau tinggalkan ini."
"Ya Kim Sejeong! Kau---"
"Lagipula aku sudah mendapatkan titah untuk tidak membiarkanmu beristirahat."
"Mworago?" Jennie menelan kemarahannya.
Sejeong mengeluarkan ponselnya, menyentuhnya beberapa kali lalu menatap Jennie sesaat sebelum membaca sesuatu di layar ponselnya itu.
"Sejeong unnie, apa unnie macanku masuk ke kantor hari ini?"
Jennie bisa langsung menebak siapa yang mengirimkan pesan itu pada Sejeong.
"Baguslah kalau dia benar-benar ke kantor. Aku sempat meragukannya."
Jennie membuka mulutnya, berniat untuk mengajukan protes, namun rupanya Sejeong belum selesai.
"Unnie, tolong buat unnie ku bekerja lebih keras. Dia harus menebus kelebihan jatah cuti yang diambilnya. Kalau perlu jangan biarkan dia beristirahat!"
"Mworago?!" Putri kedua Park Haesoo itu bangkit berdiri dari kursinya dengan kasar.
Bukannya takut, Sejeong justru tersenyum lebar melihat reaksi Jennie. Ia mempersiapkan kuda-kudanya. Feelingnya mengatakan bahwa sebentar lagi Jennie pasti akan meledak.
"Rasakan! Salahnya sendiri karena kekeuh untuk menemaniku di sini dan tidak mendengarkan kata-kataku untuk kembali ke kantor," lanjut Sejeong, masih membaca isi pesan di ponselnya.
"Ya!"
Sejeong mengangkat tangannya ke depan. "Jjangkaman Jennie-ya, aku belum selesai. Ini yang terakhir. Aku janji."
"Apalagi yang dikatakan anak ayam kurangajar itu padamu?!"
Sejeong melirik Jennie, seraya mengulum bibirnya. "Kalau Jennie unnie mulai kehilangan semangatnya untuk bekerja, kau boleh membaca pesan ini padanya. Aku jamin dia akan menjadi lebih bersemangat!
P.s: Kau boleh membiarkan unnie ku ke rumah sakit di jam kantor HANYA bila dia kehilangan kewarasannya, nee unnie? Selain dari itu jangan mengizinkannya kemari. Aku bosan melihat wajahnya ;)""YA PARK LISA!"
"Sekian dan terimakasih." Sejeong menyimpan ponselnya kembali di dalam saku jas kerjanya, mangabaikan amarah Jennie.
"Setelah mendapatkan ponselnya kembali, dia seenaknya saja mengirimkan pesan tidak masuk akal itu! Dia bahkan tidak menjawab pesanku!!"
"Eoh? Jinjja? Dia mengirimkan pesan itu padaku pagi tadi. Tapi aku bahkan masih bertukar pesan padanya beberapa menit lalu saat dia kembali menanyakan kabarmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral [On Going]
Fanfic*** Semuanya terlalu sempurna Terlalu sempurna hingga aku tidak menyadari bahwa kesempurnaan hanya sebuah ilusi sementara yang akan berakhir di satu titik. Aku hanya terlalu naif untuk mempercayai segalanya akan bertahan selamanya *** Start: 03 Febr...