eighteen

485 55 9
                                    

"Ayahmu akan baik-baik saja"

Seokjin berujar lembut usai melirik ekspresi Soobin melalui spion atas mobilnya. Mereka kini sedang berada di perjalanan menjenguk Namjoon di rumah sakit yang ada di Seoul. Keluarga konglomerat itu memutuskan agar operasi Namjoon dilakukan di rumah sakit terbaik yang berlokasi di Gangnam. Operasi sudah berhasil dilakukan sejak lima hari lalu.

Soobin menangis saat Seokjin memberitahu kondisi Namjoon.

Begitu Namjoon dipindahkan, Seokjin dan Nyonya Yeseo sepakat menyembunyikan hal ini dari Soobin agar kegiatannya di sekolah tidak terganggu. Soobin kemudian menginap di rumah Ibu Seokjin di Gwacheon selama pekan ini. Seokjin baru memberitahukan pada Soobin yang sebenarnya usai operasi berhasil dilakukan dan Namjoon sudah sadar serta sore ini akan dipindah dari ICU ke ruang rawat inap biasa.

"Jangan terlalu khawatir ya" ucap Nyonya Hyorin sembari merangkul Soobin yang kini duduk bersebelahan dengannya di mobil itu dengan lembut.

Nyonya Hyorin sendiri yang ingin menjenguk Namjoon di rumah sakit.

Seokjin tak bisa menolak itu. Ia kini duduk di kursi penumpang depan dengan Jungkook yang menyetir. Sementara itu, di kursi bagian penumpang belakang adalah Soobin dan Ibu Seokjin. Dari rumah orang tua Seokjin yang ada di Gwacheon, perjalanan menuju rumah sakit tempat Namjoon sekarang di rawat tak terlalu jauh. Mobil yang dikemudikan oleh Jungkook itu memasuki area basement dari rumah sakit terbaik di Korea Selatan itu. Tak butuh waktu lama bagi mereka berempat untuk turun dari mobil dan menuju ke lift.

"Jangan lupa sedikit tersenyum agar Ayahmu cepat sembuh nanti" hibur Seokjin sambil merangkul Soobin sementara mereka kini berada di lift untuk menuju lantai atas yang merupakan kawasan president suites.

"Apa Ayah benar akan sembuh cepat?" tanya Soobin dengan suara yang sendu.

"Ya" jawab Seokjin menenangkan Soobin. Ia sangat tak tega melihat putranya itu terlalu banyak bersedih belakangan ini.

Soobin mengangguk paham.

Seokjin dapat memahami perasaan Soobin saat ini. Wajah rupawan Soobin terlihat pucat dengan kedua matanya yang sayu. Kantung mata gelap juga terlihat jelas karena seharian ini Soobin banyak menangis. Bibir Soobin itu juga tampak memutih.

Mereka berjalan menyusuri koridor di lantai khusus rawat inap kelas president suites itu. Ruang yang akan Namjoon tempati berada di ujung lorong itu. Seokjin seperti melihat ada Hoseok dan Yoongi duduk di kursi yang ada di depan ruang rawat inap itu.

"Selamat sore, Nona Seokjin" sapa Hoseok dan Yoongi bersamaan.

"Selamat sore juga" sapa balik Seokjin lalu ia tersenyum manis pada dua sekretaris pribadi Namjoon itu.

"Selamat sore, Soobin" sapa keduanya lagi dengan suara yang jauh lebih ramah pada sang tuan muda.

"Selamat sore, Paman Hoseok dan Paman Yoongi" jawab Soobin sopan seperti biasa.

Seokjin tersenyum sembari mengelus lembut puncak kepala Soobin yang tubuhnya sudah lebih tinggi darinya itu.

"Apa Namjoon sudah dipindah ke dalam?" tanya Seokjin lebih dulu.

Hoseok lantas menggeleng sebagai jawaban. "Belum tetapi sebentar lagi, Nona"

"Dokter sedang memeriksa kondisi dari Tuan Namjoon lebih dulu baru dipindahkan" jawab Yoongi menperjelas ucapan Hoseok tadi.

Seokjin menganggukkan kepalanya paham.

"Sejak kapan Namjoon sudah sadar?"

Seokjin memang tidak menjenguk Namjoon pasca dipindahkan ke Seoul. Terakhir kalinya Seokjin melihat Namjoon adalah sebelum operasi dilakukan. Lebih tepatnya saat di instalasi gawat darurat di rumah sakit yang ada di Incheon itu. Seokjin saat itu sempat menemani Namjoon yang dipindahkan ke ambulance untuk dibawa ke Seoul.

Wave [NamJin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang