3. The Hatred In Your Eyes
Dalton menoleh ke sampingnya, sudut bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman miring ketika melihat Jane keluar dari pintu belakang Orcus, dua hari belakangan Dalton selalu melalui pintu depan dan Jane selalu tidak terlihat, dua hari belakangan ini pun Jane tidak bertanding dan apartemennya kosong.
Dari mana Dalton tahu? Tentu saja karena Dalton mendatangi apartemen Jane, menekan bel apartemen Jane berkali-kali hingga tetangga apartemen Jane yang keluar dan memaki Dalton.
Hanya dengan sedikit uang suap Dalton mendapatkan informasi dari security yang berjaga di Orcus bahwa pekerja lain biasanya menggunakan pintu belakang yang melewati bangunan sempit untuk keluar, dan benar saja ketika Dalton menunggu di jalan kecil antara bangunan Orcus dan bangunan di sampingnya, jalan sempit, agak basah karena beberapa jam yang lalu sempat hujan, Dalton harus membiarkan sepatu kulit mahalnya mengenai genangan air kotor seraya ia menunggu Jane keluar.
Namun penantiannya terbayarkan ketika ia melihat Jane keluar dari pintu belakang dengan ranselnya dan rambut kecoklatannya yang dicepol berantakan dan sedikit basah karena keringat.
“Kau tidak bertanding beberapa hari ini.” ujar Dalton yang membuat Jane menoleh ke arahnya dan menyadari keberadaannya, memperhatikan bagaimana Jane memutar bola matanya jengah saat melihat Dalton bersandar pada dinding dengan kedua tangannya terlipat di depan dada.
Jane berjalan meninggalkan Dalton tanpa membalas perkataan Dalton, membuat Dalton bergerak mengikuti langkah Jane, dan dengan kaki lebarnya tidak sulit bagi Dalton untuk mengejar langkah Jane hingga kini mereka berjalan berdampingan.
“Seingatku dulu kau bilang kau ingin jadi seorang dokter, tapi sekarang kau justru jadi atlet tinju ilegal.” Dalton memperhatikan Jane yang mencengkeram tali tasnya dengan erat, namun enggan membalas perkataan Dalton, memilih untuk mempercepat langkahnya walau percuma karena Dalton selalu dengan mudah mengimbangi langkah Jane dengan kaki panjangnya itu.
“Apa kau sudah memutuskan hubunganmu dengan bajingan itu?” tanya Dalton yang berhasil membuat langkah Jane, membuat Jane menatap Dalton dengan tatapan tajamnya.
“Kau pikir kau siapa bisa seenaknya memerintahku untuk melakukan apa yang kau inginkan? Aku tidak akan pernah mengakhiri hubunganku dengan Ron, terlebih lagi atas perintahmu.” Jane kembali melanjutkan langkahnya dan Dalton tetap mengejar Jane, mengimbangi tiap langkah yang Jane ambil.
“Apa kau tidak mengerti apa yang ku katakan padamu sebelumnya? Aku masih kekasihmu, kita tidak pernah mengakhiri hubungan kit—”
Belum sempat Dalton menyelesaikan perkataannya Jane sudah lebih dulu mendorong Dalton hingga punggung Dalton membentur dinding, tangan Jane bergerak mencengkeram kerah kemeja Dalton hingga membuat Dalton merasa sedikit tercekik.
“Apa yang kau inginkan dariku? Setelah 10 tahun lamanya kenapa kau kembali? Apa lagi yang kau incar dariku? Apa ini soal tubuhku lagi? Kau menginginkannya? Lalu setelah mendapatkannya lagi kau akan pergi begitu?” cengkeraman Jane pada kerah kemeja Dalton jadi semakin erat, “Aku bukan diriku yang dulu, kau salah mengira kalau kau kira aku mau berurusan dengan bajingan seperti dirimu lagi, sekarang pergilah dan menjauh dari hidupku.”
KAMU SEDANG MEMBACA
SHATTERED
RomanceDalton Ludovic Konstantine bertemu kembali dengan cinta pertamanya semasa SMA yaitu Jane Austyn yang sekarang bekerja sebagai petinju dengan nama samaran Rabbit Punch. Dalton dibuat bingung namun juga terpesona untuk ke sekian kalinya oleh Jane saat...