honey moon

128 25 3
                                    

Jimin menangis diam-diam di kamar mandinya kala bayangan masa lalu itu kembali berputar di kepalanya. Apalagi tadi malam, orang itu kembali hadir setelah sekian lama menghilang. Menghubunginya lewat pesan-pesan manis penuh permintaan maaf.

"Bajingan...!!!" Jimin mendesis pelan dalam balutan busa Bathtub berwarna merah jambu miliknya.

"Huff..., tenanglah Jimin. Bukankah selama ini kau bisa melewatinya? Kau adalah orang yang paling pandai menyembunyikan luka bukan? Jadi tidak masalah, tidak masalah Jimin." Jimin mengusap air matanya pelan dan tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa.

Hidup sebagai bangsawan memang terlihat menyenangkan. Gaun-gaun indah bak putri raja, makanan mewah yang tak pernah habisnya, dan banyak nya pelayan yang melayaninya hingga tak pernah ada kotoran sedikit pun yang menempel di tubuhnya. Dari ujung rambut hingga ujung kakinya di rawat oleh banyak orang. Tersenyum di pesta-pesta megah yang sering di hadiri. Membuat Jimin harus bisa menyimpan semua keinginan pribadi dan hal-hal tak mengenakkan itu dengan rapi. Layaknya putri raja yang baik hati dan murah senyum. Elegan dan tanpa cacat dengan tuntutan yang menjerat lehernya hingga rasanya tercekik. Sampai dia bertemu seseorang yang bagai musim semi di tengah musim dingin yang membekukan.

"Jimin, kenapa lama sekali? Kau akan melewatkan makan siangmu!" Suara berat yoongi dari balik pintu kamar mandi membuat Jimin kembali tersenyum. Ah, bukankah ini kehidupan nya sekarang? Jadi tumbal untuk kebangkitan keluarganya lagi. Meski itu berarti dia siap menjadi janda 2 tahun lagi.

"Aku baik-baik saja, kau boleh makan duluan. Aku ingin berendam sebentar lagi." Jimin memejamkan matanya erat. Ah, terikat dengan orang yang tidak dicintai selama 2 tahun akan sedikit melelahkan. Tapi apa Jimin punya kesempatan untuk hidup bersama orang yang di cintainya? Dia rasa tidak akan pernah.

"Aku akan menunggu mu! Kau tau aku tidak suka makan sendiri" suara yoongi kembali menyahutinya dari balik pintu.

Jimin tau yoongi memang tidak suka makan sendiri. Lagi pula sekarang hanya ada mereka berdua. Keinginannya dan yoongi yang tidak ingin ada pelayan satu pun yang mengikuti bulan madu mereka.

Klik

Suara pintu kamar mandi terbuka membuat yoongi menoleh. Di depannya sudah ada berbagai makanan untuk makan siang mereka yang sedikit terlambat.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" Jimin berjalan santai tanpa beban ke arah Yoongi yang tidak berkedip menatapnya.

"Kau tau Jimin, meski kita hanya menikah kontrak tapi aku juga seorang pria. Apa kau tidak masalah dengan penampilanmu yang sekarang?" Yoongi mematai Jimin dengan Lamat dari atas hingga bawah.

"Tidak, karena bagiku kau tidak lebih seperti orang lain. Jadi jangan harap aku akan bersemu dan malu-malu saat kau menatap ku begitu Lamat dengan Bathrobe? Oh, apa kau terangsang melihat ku?" Jimin menatap yoongi main-main.

"Tidak. seharusnya aku tidak berpikir kau sama dengan wanita biasanya!"

Yoongi kembali menatap makanan di atas meja. Sial, apa yang sedang dia pikirkan? Memang apa salahnya Jimin memakai bathrobe yang hanya menutupi sebagian paha mulusnya? Dengan bagian dada rendah hingga dia bisa menatap belahan kenyal itu dengan jelas? Di tambah dengan rambut yang masih basah dan tubuh dengan aroma mawar yang mengusik hidungnya.

Oh, jangan salahkan yoongi. Meski dia tidak tertarik dengan wanita-wanita yang sengaja mengobral tubuhnya percuma kepadanya dan berakhir mengusir mereka, yoongi tetaplah laki-laki dewasa. Tapi lupakan saja, itu hanyalah penilaian secara rasional bukan?

Tapi kenyataan bahwa Jimin benar-benar tak menganggapnya pria dewasa cukup mengusiknya. Baru kali ini dia bertemu wanita yang tidak luluh dengan pesonanya. Ah, wanita kedua lebih tepatnya.

Rain for Dead Trees Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang