TP - 13

2.6K 387 15
                                    


Lisa pov.

"Aaah ndak mau duduk, mau gendong sama puk puk Dadda.." rengek Lili mengepak-ngepakkan kaki kecilnya.

"Hanya sebentar Lili, Dadda pegal berdiri terus" aku mengelus kepala Lili.

"Ndak mau, hik hik Dadda beldili sekalang Lili ndak mau duduk"

"Huh" tidak ingin Lili menangis akhirnya aku kembali berdiri, menimang-nimang tubuh kecilnya sambil menepuk-nepuk punggungnya.

Lili sangat rewel jika sedang sakit, terus merengek dan protes saat aku hanya duduk sebentar.

Lili tidak mau berpisah denganku, gadis kecil yang sedang berada di gendongan ku ini terus menempel seperti bayi koala.

Aku sampai menggunakan baby wrap di tubuhku, sekarang.

Jennie sudah pergi ke kantor, sedangkan aku masih di rumah untuk menjaga Lili. Sebenarnya aku ada urusan tapi Lili sedang sakit dan aku tidak mungkin membawanya sekarang ke tempat kerjaku.

"Boleh duduk lima detik? Dadda capek"

Lili menggeleng sambil memajukan bibirnya.

Aku menghela nafas lagi.

Ting.. tong

Aku melangkahkan kakiku ke pintu depan dan melihat siapa yang datang melalui interkom.

Tenyata paman Park, satpam di rumah ini.

Ceklek

"Sajangnim, ini ada surat dari keluarga hammington" paman Park memberikan amplop putih padaku.

"Hem" aku menerimanya lalu membukanya dan membaca isinya sekilas.

"Kkkhh keluarga pecundang itu ternyata, mereka pasti sudah tau siapa aku sehingga mereka meminta maaf dan meminta ampun dariku. Baiklah kali ini aku maafkan tapi jangan harap jika terjadi lagi maka aku akan menghabis keluarganya sampai ke akar-akarnya" aku meremas surat itu lalu membuangnya ke tempat sampah.

Kemudian aku memilih melangkah kakiku ke halaman belakang sambil melihat-lihat tanaman.

"Dadda, tadi itu sulat siapa?" Lili mendongak, penasaran.

"Surat dari orang tua Bentley, mereka minta maaf"

"Ndak jadi menuntut Dadda?"

"Tidak, mereka takut. Pengecut sekali bukan?"

"Eum, meleka lemah ndak bisa lawan Dadda"

"Tentunya. Dada kuat" aku menyeringai mengacak-acak rambut Lili.

"Ya Dadda sangat kuat, Lili mau sepelti Dadda juga" Lili tersenyum.

"Seperti Dadda harus kuat fisik dan mental. Jadi Dadda harus keras dan sangar agar orang lain tidak menganggap kita enteng. Sementara Lili sangat imut, sulit untuk jadi sangar" aku memainkan pipi gembul nya.

Lili cemberut.

"Lili bisa sangal, lihat Dadda" Lili membulatkan matanya lalu menggertak kan gigi kecilnya.

"Hahahaha aduh ahahaha lucunya ya ampun" bukannya terlihat sangar Lili malah terlihat lucu dan menggemaskan.

"Jangan teltawa!" Kesal Lili memukul dadaku.

"Lili cocoknya seperti Mommy, imut lucu dan menggemaskan" aku menekan kedua pipinya.

"Ndak mau, Mommy tellalau ekstlim. Lili takut" Lili mempoutkan bibirnya.

Aku terkekeh mendengarnya.

"Nak, itu belum seberapa, Dadda bisa melakukan hal yang lebih gila dari itu. Dadda akan menunjukkannya, setelah Lili mendingan kita pergi ke tempat kerja Dadda lalu Lili akan melihat semuanya dan Lili akan terbiasa setelah itu. Dadda ingin melatih Lili jadi anak yang kuat" aku menangkup pipi Lili kemudian menempelkan kening kami.

Lili terdiam, menatap mataku cukup lama.

Chup

Kemudian aku mencium keningnya.

"Love you princess" ungkap ku setelah sekian lama mengucapakan kata itu pada Lili.

Lili memegang wajahku.

"Love you mole Dadda" balas Lili dengan senyum manisnya.

Aah aku meleleh melihat senyum manis putriku, Lili sangat cantik dan imut!

Pasti menurun dariku hehe.

•••

Tbc

18/07/24

Sakit aja di perhatiin, kalo sehat-sehat aja pasti Lili di tinggal terus.

Vote komen lanjut.

Toxic parents✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang