49. Everything is yours by H.A

10K 732 87
                                    

Happy Reading

Vote ya bestie

***

''Happy birthday to you.''

''Happy birthday to you.''

''Happy birthday .. happy birthday ... happy birthday to you.''

Nyanyian itu mengiringi kedatangan Haidar yang membawa sebuah kue ulang tahun dengan lilin menyala di atasnya. Dengan angka 1 yang bersanding dengan angka 8 kini membuktikan bahwa usia gadisnya sudah berganti. Bukan hanya usia, bahkan nanti statusnya akan segera berubah. Maksudnya Zea akan segera menjadi mahasiswa baru di perguruan tinggi negeri, tidak lagi menyandang anak sekolahan berseragam putih abu-abu.

Zea mengembangkan senyum haru ketika Haidar berjalan ke arahnya. Dia tidak menyangka kalau hari di mana usianya berganti akan dirayakan seperti ini. Bahkan untuk mengingat hari ulang tahunnya saja dia lupa.

Langkah kaki Haidar semakin mendekat. Perlahan-lahan hingga akhirnya mereka berhadapan. Tidak hanya Zea, Haidar pun ikut tersenyum bahagia karena ini adalah kali pertamanya merayakan ulang tahun gadisnya. 

''Sebelum tiup lilin, buat permohonan dulu,'' ujar Haidar sembari menyodorkan kue ulang tahun tepat di hadapan Zea.

Gadis itu menurut, lalu memejamkan kedua matanya. Begitu selesai, Zea langsung menyapukan telapak tangan ke wajahnya diikuti semua orang yang ikut mengaminkan. Termasuk Haidar yang hanya bisa memejamkan mata karena tangannya masih memegang kue.

Zea mengumpulkan rambutnya menjadi satu ke belakang kemudian menunduk pelan ketika Haidar memberi kode agar segera meniup lilin tersebut. Beberapa kali hembusan akhirnya lilin itu padam kemudian disusul dengan suara tepukan yang gemuruh.

Haidar tidak banyak bicara. Dia kembali meletakkan kue itu di atas meja agar memudahkan sesi pemotongannya nanti. Sekarang sebuah pisau khusus sudah berada di tangan Zea. Haidar membantunya dengan cara mengarahkan sedikit.

Tidak ada yang spesial dari acara potong kue ini. Yang paling spesial adalah saat menyuapkan potongan kue untuk orang-orang terdekat. Termasuk yang saat ini Zea lakukan. Yang pasti orang pertama yang mendapat suapan darinya adalah ayah Ubay, yang kedua bunda Hasna, dan ketiga Akbar, adiknya. Meski pun Akbar menyebalkan, namun tidak dipungkiri jika dia sangat menyayangi adiknya itu.

''Mamasnya gak disuapin tuh?'' celetuk Salwa dengan mulut embernya.

Zea mendelik, lalu berjalan menghampiri sahabatnya. ''Sayang banget deh sama sahabat gue yang satu ini. Nih, makan yang banyak ya, Sayang.'' Dengan sengaja Zea memberikan potongan super besar untuk Salwa sampai-sampai membuat mulut sahabatnya itu penuh dan tidak bisa membalas perkataannya. Gadis itu hanya tertawa dan tanpa rasa bersalah sama sekali dia pun pergi.

Setelah itu Zea beralih pada mama Hanin dan papa Hugo. Kedua orang itu tidak menyangka bahwa mereka pun mendapat giliran, termasuk Alana yang malah ngelunjak meminta lebih. Tapi, karena Zea sedang bahagia, oleh karena itu dia mempersilakan Alana untuk makan sepuasnya.

''Giliran saya mana?''

Zea menoleh. Itu bukan suara Haidar, melainkan Hariz. Sejenak Zea memandangnya aneh kemudian tersenyum tipis. Tanpa ragu dia menyuapi Hariz, setelah itu langsung meletakkan tempat bekasnya di atas meja. Zea bahkan lupa dengan satu hal, yaitu keberadaan Elana yang hanya duduk di pojokan sedang menonton pesta itu. Gadis itu bahkan tidak memiliki niat sama sekali untuk menyapa atau pun memberikan potongan kue untuk perempuan tersebut.

Perfect DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang