Bab 3

816 131 2
                                    

Happy reading, semoga suka.

Yang mau baca duluan, bisa ke Karyakarsa, sudah udpate sampai bab 26. Mengandung adegan 21+ ya.

 Mengandung adegan 21+ ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,

Carmen

_____________________________________________________________________________

Daphne menemukan pria itu, duduk sendirian di meja bar. Dia tampak tampan mengenakan kaos polo dan celana khaki. Segelas minuman berada di depannya tapi isinya nyaris penuh, seolah pria itu hanya menyesap minuman tersebut lalu melupakannya. Daphne lalu mendekat dan duduk di sampingnya. Pria itu pasti terlalu larut dalam lamunannya dan tidak menyadari kehadiran Daphne, matanya tertuju pada pintu menuju kasino tapi Daphne tahu dia larut dalam pikirannya sendiri.

Ia lalu menyentuh bahu pria itu dengan lembut dan membawanya kembali ke masa sekarang.

"Maafkan aku," ucap pria itu, sedikit tergagap, seolah dia malu karena Daphne mendapatinya sedang melamun. "Aku tidak melihat kau masuk. Kau terlihat... cantik."

Tanpa sadar, Daphne tersipu. Ia jarang sekali mendapatkan pujian tulus seperti itu dari kliennya. Kalau ada yang memuji penampilannya, mereka biasa akan menggunakan kata yang lebih vulgar – you are hot, you are sexy.

"Terima kasih," ujar Daphne, juga tulus. Ia tidak berpikir bahwa ia tampak cantik hanya dalam balutan blus sederhana dan rok. Tapi kata-kata pria itu membuatnya merasa demikian. Rambutnya digerai tanpa usaha berarti dan ia hanya mengenakan sedikit riasan. Tapi ia senang kalau Garreth menganggapnya cantik.

"Apa kau lapar?" tanya pria itu kemudian.

"Sejujurnya?" tawa Daphne. "Aku kelaparan."

"Kau ingin makan di mana?" tanya pria itu lagi.

Daphne berhenti untuk sejenak. Pekerjaan kali ini terasa semakin berbeda. Biasanya para klien tidak akan bertanya tentang apa yang ia sukai atau membiarkannya memilih restoran, mereka yang menentukannya. Daphne tergoda untuk meminta Garreth membawanya ke restoran hotel yang mewah dan mahal hanya untuk melihat apakah pria itu akan melakukannya, tapi kemudian ia memutuskan untuk tidak terlalu memaksakan keberuntungannya. "Aku tidak tahu. Aku belum pernah mengunjungi Vegas sebelum ini."

"Aku dengar kalau buffet di The Rio sangat enak." Pria itu lalu mendorong minumannya ke tepi dan berdiri. "Kau ingin mencobanya?"

"Ya, tentu saja," jawab Daphne lalu menyelipkan tangannya ke lekukan lengan pria itu dan mereka berdua berjalan menuju lobi dan keluar. Petugas valet membawa mobil mobil mereka dan keduanya masuk ke dalam mobil, siap menyetir ke The Rio. Jaraknya tidak begitu jauh, hanya beberapa menit dan mereka sudah tiba.

Buffet di The Rio benar-benar memuaskan. Begitu mereka mendapatkan meja, mereka bebas memilih makanan apa saja yang mereka inginkan. Pilihannya sangat beragam. Dari burger sampai kentang goreng, dari makanan Jepang sampai Mongolia, dari ikan sampai ke sayur, berbagai hidangan dari banyak negara menjadi pilihan. Dan rasanya juga luar biasa lezat walaupun hanya disajikan dalam bentuk buffet. Mereka berdua juga memesan margarita sebagai minuman dan semuanya memuaskan.

Sementara sepanjang mereka makan, Garreth membangun percakapan dengan Daphne. Pria itu benar-benar sopan dan bahkan bisa dibilang memesona. Pria itu terlalu sempurna sebagai seorang pria sehingga Daphne bertanya-tanya, apa pria itu hanya sedang berakting? Tapi itu tidak mungkin. Mengapa juga dia perlu melakukannya? Daphne mencoba menggali lagi, ingin mencari tahu mengapa pria itu membutuhkan seorang escort untuk menemaninya? Tapi seperti biasa, pria itu menghindari pertanyaan seputar kehidupan pribadinya. Tampaknya Garreth hanya bersedia berbagi mimpinya untuk memiliki restoran, mengatakan bahwa selama ini ia mengumpulkan kekayaan dari investasi beresiko yang dibuatnya dan sudah saatnya dia memiliki lini bisnis yang bisa dikembangkannya – tentu saja di samping karirnya sebagai investor handal.

Setelah makan malam, mereka memutuskan untuk menyetir berkeliling Las Vegas untuk melihat dan menikmati keindahan dan gemerlapnya kota itu di malam hari sebelum kemudian kembali ke hotel. Pria itu mungkin tanpa sadar meletakkan tangannya di paha Daphne dan Daphne menjulurkan tangan untuk meletakkan tangannya di atas tangan pria itu. Setelah beberapa saat, pria itu akhirnya bereaksi. Jari-jari mereka kini saling bertaut tapi tidak ada satupun dari mereka yang membuka mulut.

Setelah tiba di hotel, mereka kembali menyerahkan kunci kepada tukang valet dan berjalan bergandengan menuju lounge. Di sana ada pertunjukan live music.

"Kau ingin berdansa?" tanya pria itu kemudian.

Tanpa menunggu jawaban Daphne, pria itu lalu membimbingnya ke lantai dansa. Ada beberapa pasangan yang sedang berdansa di sana saat mereka bergabung.

Pria itu lalu meraih tangan Daphne dan meletakkannya di bahu kokohnya dan perlahan mereka bergerak mengikuti hentakan musik. Garreth adalah pemimpin yang baik dan dia juga menyamakan serta menselaraskan gerakan mereka, mengikuti juga membimbing Daphne lalu mereka bergerak maju dan mundur, ke kiri dan kanan, berputar pelan.

Lagu berubah dan pria itu tiba-tiba memeluknya dan ia bisa mencium aroma cologne pria itu juga merasakan napas pria itu di lehernya. Dan gerakannya melambat sesuai irama musik. Daphne menarik napas dalam untuk mengisi paru-parunya dengan aroma menyenangkan itu sambil menekankan pipinya di bawah leher pria itu. Dan ketika ia menjauh lalu mengangkat wajah untuk menatap pria itu, sesaat Daphne terkejut. Ada ekspresi pahit di wajah tampan tersebut, dan kedua mata abu pria itu menyorot sedih dan ia seolah bisa melihat kenangan berputar di kedua mata pria itu, hanya saja Daphne tidak bisa menebak kenangan seperti apakah itu?

Ia tak berani mengganggu pria itu, jadi mereka hanya terus berdansa dalam diam, tubuh mereka meliuk mengikuti musik.

Saat musik berganti, pria itu juga seolah kembali dari dunia lain. Dia seolah menyadari lagi kehadiran Daphne. Garreth menunduk dan tersenyum padanya dan Daphne membalas. Dan untuk pertama kalinya, saat ia menatap ke dalam mata pria itu, Daphne tidak melihat seorang klien tapi seorang pria biasa yang sedang patah hati. Ia terenyuh sekaligus juga bertanya-tanya, siapa wanita beruntung yang pernah memiliki hati pria itu sebelum mematahkannya?

Keinginannya untuk menghibur pria itu dan membuat Garreth melupakan momen sedihnya membuat Daphne sendiri terkejut. "Kau tahu, kau tidak perlu berusaha begitu keras untuk merayuku."

"Apa maksudmu?" tanya pria itu, menatapnya agak bingung.

"I am a sure thing, Garreth," ucap Daphne lagi sambil tertawa pelan. Nadanya setengah menggoda saat ia kembali melanjutkan. "Kau tidak perlu membelikanku makan malam ataupun membawaku berdansa hanya supaya aku mau tidur denganmu. Aku akan melakukannya tanpa kau perlu berusaha. Kau hanya perlu memintanya dan aku akan dengan senang hati melompat ke ranjangmu."

Dan sungguh menyenangkan saat melihat mata pria itu tampak hidup kembali, menyala oleh sesuatu yang membuat tubuh Daphne terasa panas.

The Billionaire's Paid Mistress - Kekasih Pengganti Sang TaipanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang