14: jadi?

59 5 0
                                    


Jay menyiapkan makanan untuk Aivy, tanpa diminta karna terdengar suara dari perut Aivy yang berbunyi seperti tidak makan setahun.

"Nih habisin, ceritanya siap makan aja. Ntar lu nangis lagi." Ucap Jay yang menyodorkan semangkuk mie rebus kesukaan Aivy, lalu memegang gitar untuk sekedar dimainkan.

Aivy mulai memakan makanan pemberian Jay. Dia memakan perlahan karna masih bersedih mengingat kejadian yang terekam jelas di kepalanya. Evan sialan. Monolog nya dalam hati sambil mengunyah. Namun tersirat rasa cemburu, bukankah Evan begitu jago membalas ciuman busuk itu?

Melihat raut muka Aivy yang bersedih, Jay hanya bisa menunggu Aivy bercerita tentang sebab dan akibat dia bisa sampai di gang biasa tempat Jay biasa pulang.

Jay tinggal sendiri, dia mencoba untuk mandiri dan tinggal terpisah oleh orang tuanya yang jauh di luar negeri. Jadi tidak masalah kalau dia mengajak pacarnya nanti untuk keluar masuk rumahnya. Entah siapa pacar masa depannya nanti.

Sambil memegang gitar hanya sekedar dimainkan sesaat, dia melihat lihat ke arah Aivy yang makannya sangat lamban, Tidak seperti biasa apa ada yang salah dengan Aivy ini?

Cepat dia ambil alih mangkuk mie itu lalu menyuapi Aivy, Aivy yang masi bersedih hanya bisa pasrah dan mengambil suapan itu.

Selepas makan, Aivy masih enggan bercerita, membuat Jay penasaran

"Makannya udah siap, buru cerita habis itu gue anter lu pulang." Ucap Jay seperti tidak biasanya, Aivy langsung melihat cepat ke arah Jay dengan tanda tanya

"Kok lu judes gitu, gue ada salah ya?" tanya Aivy memelas dia hampir saja menangis karna perasaannya campur aduk, Menggenang sudah air mata di pelupuk matanya tinggal satu kedipan membuat nya bercucuran.

Jay pusing di buatnya, bukan niat untuk berkata demikian, dia masi teringat waktu Aivy jalan bersama Evan. Tcih sialnya perasaan suka ini makin dalam terhadap sahabat dekatnya itu. Ia makin susah untuk mengontrol nya seperti saat ini.

Langsung dipeluk erat dengan kedua tangan yang senantiasa terbuka lebar dan badan yang tegap serta nyaman untuk Aivy, baru lah Aivy menangis kencang karna tak sanggup menahan tangisnya sedari tadi.

"Tadi gue liat Evan ciuman." Ucap Aivy hanya membuat Jay tidak merespon apapun, ia hanya mengelus erat surai rambutnya dan menepuk pelan bahu perempuan yang saat ini dalam rengkuhannya.

"Kayanya itu mantan dia deh, asik banget padahal gue udah mau buka hati tapi kenapa dia giniin gue?" Ucap Aivy masi dalam tangis pilunya itu.

Kalau Jay jahat mungkin detik ini bisa saja Aivy dalam genggaman nya, tapi dia tau, dia ada batasan untuk menjaga Aivy hanya sebatas teman saja sudah cukup.

"Yaudah gue ga bisa bantu apapun, tapi keputusan elu mau lanjutin atau nanya kejelasan dia Ais, cup cup cup udah ya jangan nangis." balas nya panjang Seperti perlahan Jay mulai berubah yang dulunya jika Aivy sedih, Jay tidak memakai gue-lo ketika berdua bahkan lebih dekat dari pada ini. Itu bisa membuatnya lebih nyaman, apa dia ada tambatan hati yang lain? pikir Aivy.

Ada benarnya juga, dia tidak boleh gegabah memutuskan satu pihak tanpa bertanya ke pihak satunya, ia tidak mau bersikap kekanak-kanakan juga harus menerima konsekuensinya dari awal Evan memang begitu, katanya tapi dia tidak tau jika Evan benar seperti apa yang di katakan banyak orang. Sialnya bukan perasaan cemburu melainkan perasaan menyesal karna telah menerima Evan yang di dapatnya. Ada baiknya Jika di tanya perihal kejelasan Evan dengan Wanita malam itu. Walau harus menyiapkan banyak keyakinan.

"Iya Jay maaf ya nyusahin lu, makasi udah nenangin gue." Ucap Aivy yang di balas anggukan dan Jay melepaskan pelukan namun dengan cepat Aivy memeluknya kuat serasa ingin berpelukan selamanya. Jay kaget di tambah jantungnya yang sedari tadi tidak bisa di atur, ia takut Aivy akan mendengar nya dan membuatnya tambah malu.

Try Again - HeeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang