15. Cinta Untuk Awan

30 11 10
                                    

Assalamualaikum semuanya.
Gimana harinya? Semoga sehat ya.
Jangan lupa bersyukur hari ini.
Aku mau ucapin terimakasih banyak-banyak karena udah singgah ke cerita aku.
Selamat membaca.
Jangan lupa tinggalin vote sama comment ya!

شكرًاجزيلا

Pengingat untuk hari ini :
"Saat kamu mengizinkan ketakutan tumbuh lebih besar dari keyakinan, maka impian akan mustahil tercapai."

Sebelum membaca jangan lupa
Shalawat Nabi Muhammad dulu:
"Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad.".

☽

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
.
.

"Bagaimana bisa kamu terus menatap ke belakang? Sedangkan di depanmu ada sesuatu indah yang menunggu."

~Nala~

"Aku butuh ribuan kali untuk menyadarkan diri. Masa lalu memang bukan sesuatu hal yang boleh untuk terus diingat. Aku hanya butuh penjelasan. Hanya itu.

~Awan~


.

"Dia sebenarnya hanya aku manfaatkan saja, apa ada yang salah?" ucapnya dengan diiringi senyuman.

"Dia bukan barang yang bisa seenaknya kamu manfaatkan."

.

"Selamat pagi Wa," ucapnya diiringi dengan senyuman.

Aku menatap cepat kesamping. Sungguh aku tidak menginginkan hal ini. Padahal aku dari tadi berdoa semoga tidak bertemu dengannya.

"P-pagi Pak." Aku berusaha tidak gugup berada didekatnya.

Pengakuannya semalam masih membuatku terbayang-bayang. Dari segi mana diriku hingga membuat Pak Nala menyukaiku. Oh ayolah, tak ada yang sepesial dariku.

"Saya duluan pak, " ucapku mengakhiri percakapan. Aku segera berjalan cepat meninggalkannya.

Dari banyaknya alur kehidupan yang pernah kujalani, kenapa aku selalu berhenti pada hal yang menginginkanku harus membuat sebuah pilihan? Aku sebenarnya bingung dengan semuanya. Entah itu menerima atau tidak. Semuanya sama-sama hal yang sulit. Apa aku harus berdiri ditengah-tengah saja, agar tidak perlu untuk memilih.

Hari ini terasa begitu lama, sepertinya jarum jam yang menempel di dinding ruang kelas tidak mau berjalan dengan segera.

"Nja," panggilku pada Senja yang duduk tepat di sampingku.

Payung Untuk Awan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang