chapter 十三

162 38 24
                                    

HAPPY READING

13






Setiap kali melihat pemuda itu, ia merasakan sesuatu yang tidak bisa dijelaskannya. Perasaan yang membuatnya bingung, perasaan yang mendorongnya melakukan sesuatu yang bahkan tidak dipahaminya sendiri. Lagi-lagi Hyunjin melirik Lee Felix yang berdiri di ambang pintu, membiarkan Hyunjin dan Dasha masuk lebih dulu.

Lee Felix sudah menuliskan alamat gedung apartemen yang ditempati Hyunjin sejak ia tiba di Seoul awal bulan Desember lalu. Jadi hari Minggu pagi ini ia mengajak Dasha mengunjungi apartemen itu. Begitu mereka tiba di gedung yang dimaksud, Lee Felix sudah menunggu bersama para tetangganya.

Hyunjin merasa serbasalah ketika berkenalan dengan orang-orang asing yang mengaku sudah mengenalnya. Para tetangganya memang ramah, namun mereka memandang Hyunjin dengan sorot mata kasihan dan penasaran. Hal itu membuat Hyunjin merasa tidak nyaman, karena saat-saat seperti itulah ia merasa dirinya bodoh.

Setelah perkenalan singkat itu, Felix membawanya ke apartemen di lantai dua. Apartemen nomor 201. Hyunjin berdiri di koridor di antara apartemen 201 dan 202, dan ia merasakan sesuatu. Sesuatu seperti... sepertinya ia sudah akrab dengan tempat itu. Namun semakin ia berusaha memikirkannya, perasaan itu semakin menjauh.

Begitu memasuki apartemennya, Hyunjin memandang berkeliling. Ia mengenali beberapa benda yang dibawanya dari New York, tetapi selebihnya asing.

"Hyunjin-ssi, kau mengingat sesuatu?" tanya Felix dengan nada penuh harap. Hyunjin menoleh ke arah Felix dan menggeleng. Raut wajah pemuda itu pun berubah.

Melihat itu Hyunjin tiba-tiba merasa bersalah. Aneh sekali... Ia mendapati dirinya tidak ingin membuat pemuda itu kecewa.

"Hyunnie."

Lamunan Hyunjin buyar dan ia menoleh ke arah Dasha. Wanita itu sedang menunjuk sesuatu di lantai. "Ada apa?" tanya Hyunjin.

"Aku tidak pernah tahu kau suka sandal seperti ini," kata Dasha sambil menunjuk sandal biru berbentuk kepala Doraemon yang tergeletak di dekat pintu masuk. Ia tertawa kecil. "Ini milikmu?"

Hyunjin melihat sandal itu, lalu mengangkat bahu. "Entahlah," sahutnya ringan. "Boleh kupakai?" tanya Dasha.

"Tentu saja. Ambil saja kalau kau mau," sahut Hyunjin sambil berjalan ke kamar tidur, tidak terlalu peduli dengan masalah sandal. Ia tidak melihat ke arah pemuda tetangganya saat itu. Ia tidak melihat Lee Felix tersentak dan menatap Hyunjin tanpa berkedip. Kemudian matanya menyipit, ia mendengus pelan, dan memalingkan wajah.



©hmnhynjn



"Kubilang juga apa?" seru Wonbin sambil menatap Jaehyun dengan mata lebar. "Hyung lihat? Aku benar? Memang Hyunjin Hyung yang kulihat waktu itu di rumah sakit." Ia menoleh ke arah Felix, Kakek Beomseok dan Nenek Seulhee yang menatapnya dengan penuh minat dan menjelaskan, "Aku melihat Hyunjin Hyung di rumah sakit. Awalnya aku tidak yakin, karena dia sama sekali tidak menegurku atau menunjukkan tanda-tanda kalau dia mengenalku. Tapi sekarang kita tahu Hyunjin Hyung hilang ingatan. Itulah sebabnya."

"Benarkah?" tanya Felix sambil menatap Wonbin. "Kenapa kau tidak pernah berkata apa-apa padaku?"

Felix, Jaehyun, dan Wonbin berkumpul di apartemen Kakek Beomseok dan Nenek Seulhee untuk membicarakan pertemuan singkat mereka dengan Hyunjin tadi. Sebenarnya Felix sudah menceritakan tentang keadaan Hyunjin semalam, ketika ia kembali dari acara reuni dalam keadaan bingung dan gelisah. Lalu pagi ini mereka kembali diperkenalkan kepada Hyunjin dan Kim Dasha. Suasana perkenalan tadi terasa agak canggung.

Like the First Snow, I Will Go to YouWhere stories live. Discover now