Shea duduk di sofa tepat di depan layar televisi yang tengah menyala dan memutar film Barbie in the 12 dancing Princesses yang berdurasi satu jam dua puluh enam menit, meski film tengah berputar namun tatapan mata gadis itu tetap jatuh ke layar ponselnya.
Ia tengah memperhatikan foto-foto Jevgar yang beberapa kali sempat diambilnya secara diam-diam.
Ternyata jika diperhatikan Jevgar yang saat ini berumur dua puluh tahun lebih tampan dan gagah dibanding Jevgar yang ia temui di umur tujuh belas tahun— tepatnya pada tiga tahun lalu.
Jevgar yang saat ini lebih berwibawa, lebih dewasa dan lebih terlihat seribu kali lebih tampan dengan rahang tegasnya, alis tebalnya dan postur tubuhnya yang membentuk. Terlebih, jika dulu Shea lebih sering melihat Jevgar menggunakan seragam sekolah kini Shea justru lebih sering melihat Jevgar dengan pakaian casualnya.
Meskipun sesekali Shea merindukan Jevgar dengan pakaian putih abu yang membawa motor CBR berwarna merah dan menjemputnya di depan halaman rumah.
TIT...! Suara pintu apartemen yang berhasil dibuka oleh seseorang dari luar. Shea langsung menoleh ke arah sumber suara, pasalnya Sadewa tengah berada di dalam kamar lalu siapa yang datang?
"Darimana lo tau pin apartemen gue?" tanya Shea dengan raut wajah melongonya. Sial. Pasti ini ulah abangnya— Sadewa.
Shea menatap ke arah Jevgar dari ujung kepala hingga ujung kaki, tumben sekali laki-laki dihadapannya ini terlihat begitu sangar dengan pakaiannya yang sekarang. Shea sempat membisu di tempatnya, hingga akhirnya jevgar yang lebih dulu membuka suara dan berjalan menghampiri gadis itu.
"Mau ikut nggak?" tanya Jevgar dengan raut wajah datarnya. Aroma maskulin seketika tercium sangat pekat di indra penciuman Shea.
Gadis itu masih diam membisu hingga keduanya saling berpandangan, Jevgar bahkan sampai mengangkat satu alisnya sebagai tanda bahwa pertanyaannya barusan belum dijawab.
"Kemana?" tanya Shea yang kebingungan saat ditanya secara tiba-tiba oleh Jevgar, terlebih dengan gaya berpakaian Jevgar yang mencerminkan sebagai bad boy kelas kakap membuat Shea hampir salah tingkah sendiri.
Nyatanya, semua perempuan akan lemah jika dihadapkan oleh laki-laki dengan aura dominan yang kuat.
"Pergi ke kelab malem, Southbank," ucap Jevgar dengan suara lantang.
Laki-laki itu kemudian menjatuhkan dirinya di sofa tepat disebelah Shea, kakinya yang jenjang membuat meja yang berada di depan sofa bergeser maju. Jevgar kemudian mengeluarkan vape dari saku celananya, laki-laki itu kemudian melirik ke arah Shea.
"Mau ikut nggak?" tanya Jevgar sebelum ia memasukan vape ke dalam mulutnya untuk dihisap.
Shea memutar bola matanya jengah. "Nemenin lo mabok? Males."
Mendengar hal itu Jevgar langsung menatap tajam ke arah Shea, sekilas gadis itu bisa melihat rahang Jevgar yang mulai mengeras. Sepertinya laki-laki itu tidak suka jika Shea tidak mengkhawatirkannya, karena jika seperti itu artinya gadisnya tidak peduli dan ia merasa kesal.
"A-Apa?" tanya Shea dengan nada gugup, karena Jevgar menatapnya dengan sangat tajam.
"Reunian sama anak Skydome. Lo nggak kangen temen-temen lo?" ucap Jevgar sambil mendengus kesal.
Shea membelalakkan matanya, ia seperti tengah terkejut saat ini.
"Ikut aja Shey, bakal ada Azka, Juna, Ares sama Adipta," celetuk Sadewa yang tiba-tiba keluar dari dalam kamarnya.
Pernyataan Sadewa membuat Shea langsung mengembangkan senyumannya, gadis itu tampak senang mendengar nama-nama yang disebutkan Sadewa ada di dalam acara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jevgar III : Rainbow After The Storm
RomanceSetelah hubungan keduanya berakhir mereka benar-benar memutus komunikasi selama satu tahun penuh, hingga akhirnya keduanya di pertemukan lagi didalam satu kampus yang sama. Jevgar yang merasa menyesal telah memutuskan Sheana akhirnya mencoba berbag...