Author Notes
Budayakan vote sebelum membaca dan berkomentar sebanyak-banyaknya untuk memberi semangat dan dukungan kepada penulis karena itu semua gratis.---
Cahaya fajar mulai menembus kabut tipis yang menyelimuti Avalon, membangunkan kehidupan di tanah ajaib ini dari tidur malamnya. Bunga-bunga beraneka warna mulai membuka kelopaknya, menyambut sinar mentari yang hangat. Kunang-kunang yang berpendar sepanjang malam perlahan memudar, digantikan oleh kicauan merdu burung-burung ajaib yang bertengger di dahan-dahan pohon raksasa.
Di tengah padang bunga yang luas, di mana rumput sehalus beludru dan embun pagi berkilauan bagai permata, seorang peri muda terbaring dengan mata terpejam. Rambutnya yang panjang tergerai di atas rumput, berwarna perak dengan semburat biru lembut yang berkilau terkena sinar mentari. Kulitnya putih pucat dengan rona kebiruan samar, kontras dengan gaun putih tipisnya yang dihiasi sulaman dedaunan dan bunga-bunga kecil.
Perlahan, kelopak matanya bergerak-gerak sebelum akhirnya terbuka, menampakkan sepasang iris berwarna ungu lavender yang dalam dan memikat. Seraphine - itulah namanya - mengerjapkan mata beberapa kali, berusaha mengumpulkan kesadarannya yang masih berkabut.
Ia bangkit perlahan, meregangkan tubuhnya yang terasa kaku. Sayap transparannya yang berkilauan mengembang lebar, mengirimkan percikan-percikan cahaya ke udara di sekitarnya. Seraphine mengedarkan pandangannya ke sekeliling, kebingungan tergambar jelas di wajahnya yang cantik.
"Di mana aku?" gumamnya pelan, suaranya semerdu denting lonceng kristal.
Memori-memori dari malam sebelumnya mulai membanjiri pikirannya. Portal misterius di Hutan Terlarang. Cahaya menyilaukan. Dunia manusia dengan gedung-gedung tinggi dan kendaraan-kendaraan aneh. Dan Aldheian - pria muda dengan mata hijau cemerlang yang telah membantunya.
Seraphine mengepalkan tangannya, berusaha menahan air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya. Ia telah kembali ke Avalon, meninggalkan dunia manusia dan Aldheian di belakang. Namun, entah mengapa, hatinya terasa kosong dan hampa.
"Seraphine!" Sebuah suara familiar memanggilnya, membuyarkan lamunannya.
Seraphine menoleh dan melihat seorang peri lain terbang ke arahnya dengan kecepatan tinggi. Rambut merah menyala peri itu berkibar tertiup angin, kontras dengan gaun hijaunya yang menyerupai dedaunan.
"Hazel!" seru Seraphine, bangkit berdiri untuk menyambut sahabatnya.
Hazel mendarat di hadapan Seraphine dan langsung memeluknya erat. "Astaga, Seraphine! Ke mana saja kau? Kami semua sangat khawatir! Ratu mencarimu ke seluruh penjuru Avalon!"
Seraphine membalas pelukan Hazel, tapi pikirannya berkecamuk. Haruskah ia menceritakan yang sebenarnya? Tentang portal dan dunia manusia? Tentang Aldheian?
"Aku ... aku tersesat di Hutan Terlarang," Seraphine akhirnya berkata, memilih untuk tidak mengungkapkan seluruh kebenaran. "Ada ... semacam badai sihir. Aku tidak ingat banyak."
Hazel melepaskan pelukannya dan menatap Seraphine dengan ekspresi khawatir. "Badai sihir? Di Hutan Terlarang? Seraphine, kau tahu betapa berbahayanya tempat itu! Apa yang kau lakukan di sana?"
Seraphine menggigit bibirnya, kebiasaan yang selalu ia lakukan saat merasa gugup atau bersalah. "Aku ... aku hanya ingin menjelajah. Kau tahu bagaimana rasa ingin tahuku, Hazel."
Hazel menghela napas panjang. "Ya, dan itulah yang selalu membuatmu dalam masalah. Ayolah, kita harus memberitahu Ratu bahwa kau telah kembali."
Seraphine mengangguk lemah dan mulai terbang mengikuti Hazel menuju Istana Kristal, tempat tinggal Ratu Peri. Sepanjang perjalanan, pikirannya terus melayang ke dunia manusia dan Aldheian. Ia merasa bersalah telah berbohong pada Hazel, tapi ia tahu bahwa kebenaran akan membawa lebih banyak masalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐞𝐫𝐚𝐩𝐡𝐢𝐧𝐞: 𝐓𝐚𝐥𝐞 𝐨𝐟 𝐓𝐰𝐨 𝐖𝐨𝐫𝐥𝐝𝐬
Fantasy(Recommended) Di dunia peri yang penuh dengan keajaiban dan pesona, seorang peri muda bernama Seraphine secara tidak sengaja terperangkap dalam portal misterius yang membawanya ke dunia manusia modern. Tanpa kekuatan magisnya dan terjauh dari tanah...