"Pemandangan laut di malam hari ternyata lebih indah ya...""Apalagi ditemani orang yang kita sayang... Iya kan, Sohyun-ssi?"
Kim Yooyeon menyenggol bahu Sohyun sembari melemparkan senyuman kecil, berharap aksi nya dapat menghilangkan kecanggungan diantara mereka.
Sejak sore hari— Sohyun, SeoAh, Yooyeon dan Xinyu menghabiskan waktu di tepian pantai, menikmati barbeque dan air kelapa segar yang di petik dari sumbernya. Setelah puas mengisi perut, mereka duduk di garis tepi, saling bersebelahan menghadap lautan lepas.
Sunset berakhir saat gadis bertubuh paling kecil menitikkan airmata, berkali-kali meyakinkan dirinya bahwa pergi ke Berlin adalah pilihan yang tepat.
Gadis itu sudah terlalu lelah berusaha, akhirnya hanya berdiam diri, menjaga cerita dan derita dalam dada. Ia hanya menjadi seorang pendengar, yang bahkan kehadiran nya tak begitu diperhatikan.
Hanya Yooyeon yang sesekali mengajaknya berinteraksi, sementara Sohyun dan Xinyu tampak sibuk memanggil kisah masa lalu saat masih bersekolah. Pergi ke pantai bukan lah keinginan nya, hanya saja, ia sudah terlanjur menyetujui untuk ikut.
Rencana membangun interaksi, memperbaiki komunikasi ternyata malah sebaliknya, wanita yang ia tuju menjadi sosok asing, sekedar melihat wajah nya saja sudah terluka.
Ia terus memeriksakan hati, apa benar rasa yang bersarang adalah cinta atau hanya rasa suka sementara. Berkali-kali ia mencoba mengabaikan, berkali-kali juga ia semakin terluka karena penolakan.
"Bintang itu indah ya, tapi terlalu tinggi hingga tidak bisa ku gapai. Atau aku harus memiliki sayap indah agar bisa terbang dan menjangkau nya?" monolog nya tak terlalu keras, ia duduk di ujung kanan, dekat Yooyeon.
"Bintang akan jatuh jika memang ditakdirkan untuk menemui mu, Haerin-a..." Balas Sohyun tanpa memalingkan wajahnya pada deretan bintang Aquarius.
Angin sejuk dari arah barat laut menyapu harapan indah, membuat wanita berdarah chinesse memudarkan sabit di wajah nya.
"Yooyeon-a?" panggil Sohyun, menoleh ke arah kanan dengan tatapan serius.
"Um?" sahut Yooyeon pelan.
"Menurut mu, berapa usia ideal seorang manusia bisa merasakan cinta yang sesungguhnya?" tanya Sohyun.
Semua orang terdiam beberapa menit, termasuk Yooyeon, ia kembali mencerna pertanyaan sahabat nya, karena baru pertama kali sejak mengenal, Sohyun menanyakan hal tentang cinta.
"Sebenarnya cinta tidak memandang usia, selama kau tidak mengencani anak dibawah umur." Sahut Xinyu tiba-tiba.
Atmosfer di tepi pantai menjadi sedikit panas, gadis paling ujung kanan memalingkan wajah ke bawah, menahan amarah dan tangis yang kian berpadu menjadi satu.
"Ummm... Seorang manusia akan mengalami beberapa fase dalam kehidupan. Seperti fase remaja, dewasa, paruh baya, hingga lanjut usia. Berdasarkan dari apa yang pernah ku pelajari, manusia akan mengalami masa pubertas di awal fase remaja yaitu sekitar usia 11 hingga 14 tahun, disana bisa tumbuh perasaan suka terhadap manusia lain, kita biasa mendengar nya dengan sebutan cinta monyet." Jawab Yooyeon segera, untuk mengalihkan rasa canggung. "Cinta yang semakin jelas akan ada pada fase remaja pertengahan yaitu sekitar usia 15 sampai 17 tahun dan cinta yang sudah jelas kita rasakan terjadi pada fase remaja akhir di usia 18 hingga 21 tahun." Tutup Yooyeon dengan yakin.
Tiga gadis lain nya terpukau dengan penjelasan Yooyeon secara rinci dan tentu ilmiah, bukan hanya berdasarkan opini pribadi yang dikemas untuk menyerang seseorang.