Minnesota Avenue selalu ramai pada penghujung pekan. Derap langkah kaki yang bersahut-sahutan menyambut indra pendengar tatkala ia berhasil menapakkan langkah keluar dari salah satu gerbong kereta tepat di tempat pemberhentian. Diafragma itu akhirnya mengendur dan mengencang kembali, mengais rakus oksigen hingga dihembuskan serupa wujud karbondioksida. Jeon Jungkook, merasa lega atas segala usahanya melewati kejaran antek-antek militer sang ayah.
Netra jelaganya berpendar dan mendapati sebuah mottel yang tak jauh dari ia berpijak. Dengan palang yang begitu besar terlihat jelas dari kejauhan; Jungkook memutuskan melanjutkan perjalanan. Berjalan kaki hingga lima ratus meter untuk mencapai tempat tujuan, mottel sebagai tempat peristirahatan sementara sebelum ia kembali melanjutkan hidup sebagai manusia nomaden yang berpindah-pindah.
Aroma lilin aromaterapi yang begitu lembut menyapa indra penciuman tatkala kakinya melangkah masuk ke dalam lobi mottel. Seorang wanita yang ia yakini sepantaran dengannya lantas memberi seulas senyum tanda sambutan. Cukup ramah, dan tidak ketus sama sekali. Maka Jungkook memberi anggukan singkat sebagai balasan.
"Tolong beri aku satu kamar,"
"Baiklah, ini kunci 407 nomor kamarmu. Atas nama siapa?"
Jungkook bergeming sejenak, lantas tanpa ragu-ragu ia membalas;
"Josephine Esmeraldo."
-o0o-
Josephine Esmeraldo, atau dengan nama lahir disebut Jeon Jungkook, pria berusia dua puluh lima tahun yang berusaha melarikan diri dari kediktatoran sang ayah. Menilik kisah, Jendral Herald Anthonius begitu kukuh memaksakan sang anak sematawayangnya untuk hidup dibawah tekanan pelatihan militer persis sama seperti sang ayah. Maka Jungkook diam-diam berdecih, persetan. Omongan Herald hanya bagai bualan baginya. Sekali lagi, Jungkook bukanlah pribadi yang taat pada aturan, begitu rebel, urakan dan hidup seenaknya. Maka jangan salahkan jika pada akhirnya ia berani mengambil keputusan untuk kabur dari tanah ibu tempat ia dibesarkan; memilih jalan dari Scotland dan menetap di Minnesota adalah pilihan aman sejauh ini.
Menjalani hari di Scotland tak ubahnya bagai hidup di dalam sangkar emas. Menjadi anak seorang Jendral besar yang memiliki privilege melakukan segalanya nyatanya tak mampu membuat sanubarinya merasa lega. Harta tahta dan kekuasaan yang berlimpah tertuah padanya secara cuma-cuma. Mungkin orang awam akan berpikir dan menganggap bahwa sesungguhnya Jungkook adalah pecundang bodoh yang menyia-nyiakan kesempatan dalam menikmati hidup.
Namun persetan, Jungkook sama sekali tidak peduli.
Manik mata itu terpejam. Hembusan nafas yang terdengar jelas sebab pembaringannya hanya ditemani oleh sunyi yang mendera; merasuk sanubari hingga Jungkook merasa luar biasa tenang. Sebab hari-harinya mulai terasa normal. Tak ada lagi suara bariton sang ayah yang menyentaknya, tak ada lagi pemaksaan, tak ada lagi hukuman berat yang menyebabkan lengannya cedera hingga harus menerima dua puluh jahitan yang berujung membekas-melintang dari sepanjang siku sampai pergelangan tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CODENAME: V(ENDETTA)
Fanfiction[ 𝐅𝐭. Kim Taehyung and Jeon Jungkook.] Kabur dari jeratan kediktatoran sang ayah beserta antek antek militernya, Jeon Jungkook sukses menjadi buronan besar besaran. Berpikir keputusan berpindah dari Scotland dan menetap di Minnesota adalah pilihan...