14

91 14 6
                                    

Sejak kapan Sasuke peduli tentang kehidupan pribadi orang? Sejak kapan Sasuke gugup dalam menghadapi lawan? Dan sejak kapan Sasuke merasa kesal karena kesan pertem uan awal yang buruk?

Masih ingat bagaimana situasi saat Sasuke bertemu dengan papanya Ino, kan? Ya ampun! Saat itu Sasuke merasa jagoan, lalu kenapa sekarang ia merasa ciut sekedar untuk mengundang Inoichi di acara pensi? Bahkan degup jantung Sasuke tak beraturan. Debarannya sungguh mengganggu, Sasuke jadi gerogi. Tapi, tunggu! Sasuke jatuh cinta kepada anaknya, kan? Bukan bapaknya?

"Selamat siang, Pak. Ini ketua kesiswaan dari SMA Angkasa," Sasuke menjeda. la menahan gejolak hatinya yang dugun-dugun. "Saya Uchiha Sasuke yang ditugaskan untuk--"

"Jangan dekati anak saya!"

Sasuke mengerjap. "Maaf, Pak?"

"Ini diharamkan untuk kamu, Sasuke. Saya tidak suka."

Memang lembut, kesannya tak ada benci yang terselubung dalam ucapan Pak Yamanaka. Tapi, kenapa larangan itu seakan-akan menunjukkan bahwa Sasuke dibenci?

"Pak, saya menghubungi Bapak untuk acara sekolah. Bukan untuk--"

"Ya, saya tahu."

Oh, bisakah juragan duit itu mendengarkan
pembicaraan Sasuke sampai tuntas dulu baru mengeluarkan tanggapannya?

"Baik. Saya harap Bapak bersedia dan datang di acara tahunan kami."

"Dan sekali lagi, jangan dekati Ino."

"Terima kasih, selamat siang. Sasuke tutup
teleponnya."

Sudah. Seperti itu, Sasuke jadi kesal sendiri. Apa masalahnya hingga ia dilarang dekat-dekat dengan putri Inoichi? Apa salah Sasuke sampai Inoichi harus mengultimatum tentang kedekatan Ino dan dirinya?

Maka, ketika itu bel pulang sekolah berbunyi. Sasuke mendengkus dan memasukan ponselnya ke saku. la melangkah menuju kelas guna mengambil tas sekolahnya, sampai kemudian Sasuke menunggu Ino di depan kelas gadis itu. Berniat untuk pulang bareng.

"Lo ngapain di sini?"

Sasuke tersenyum. "Nunggu kamu."

"Aku bisa pulang sama Naruto." Ino membasahi bibirnya, kenapa sekarang ia jadi segan untuk berkata lo-gue?

"Ya udah, sekarang pulangnya sama aku."

Ino mengerling dan ia berjalan lebih dulu,
membiarkan Sasuke melangkah di belakangnya. Selama perjalanan mereka saling diam, sampai tiba di parkiran Sasuke lagi-lagi harus menyerahkan jaketnya kepada Ino.

"Besok-besok jangan pakai rok mini."

Ino mengerti, ia menerima jaket Sasuke dan
mengikatkannya dipinggang. "Beliin rok yang normal kalau gitu, di rumah roknya seukuran semua."

"Kan bisa beli sendiri"

"Gak guna ada pacar."

Sasuke terkekeh. "Matre."

Langsung saja Ino menaiki motor Sasuke, tapi sebelum motor itu melaju, Ino balas dengan. "Cewek kalau gak matre, ya gak bakal hidup."

"Asal jangan meras aja."

Ino berdecak. Motor pun mulai meninggalkan pekarangan sekolah, mereka melanjutkan pembicaraan sepanjang jalan.

"Cowok bukan sapi, gak bisa diperas. Sas, matre versi aku itu bukan gila harta. Ada batasannya."

Di balik helmnya, Sasuke tersenyum. la tancapkan gasnya sampai Ino harus berpegangan. Kata Sasuke. "Bilang cinta kalau masih SMA, boleh gak?"

"'APA?" Ino mendekatkan wajahnya hingga sejajar dengan Sasuke. Seperti biasa. "Berisik banget ini motornya!"

SASUINO { As long as it's happy }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang