16-Guru?

119 21 2
                                    

"Salam Yang Mulia, saya tidak tau apakah keperluan anda untuk memanggil saya?"tanya Gayatri seformal mungkin dalam berbicara.

Hal ini membuat Destarasta menunjukkan raut wajah sedih, dia ingin memperbaiki hubungan dengan putrinya. Tetapi...

Dia juga paham jika kesalahannya tidak dapat dimaafkan dengan begitu mudah.

"Aku dan Gandari memutuskan untuk memilihkan mu Guru, aku ingin tau apa yang ingin kamu pelajari?"tanya Destarasta.

"...."Gayatri terdiam, apa artinya mencari guru?

Apakah sebagai hadiah atas penyelamatan nyawanya?

Meskipun Gayatri memang tidak membutuhkan balasan apapun, tetapi....

Pendidikan sangat penting, jika dia memiliki pengetahuan, hal ini akan membantu kakak-kakaknya.

Pendidikan...

Bagi seorang wanita kemungkinan pendidikan yang akan dipilihnya adalah seni, seperti musik, melukis dan merajut.

Hanya....

Apa hal-hal seperti ini bisa membantu kakak-kakaknya?

"Kakak adalah seorang pangeran, apa yang dibutuhkan seorang pangeran?"batin Gayatri menunduk.

Tanpa sengaja pandangan Gayatri tertuju pada sebuah patung yang menodongkan senjata.

"Senjata"gumam Gayatri.

"Yang Mulia Destarasta, saya menginginkan pendidikan seorang ksatria"Gayatri mengatakannya dengan tatapan penuh keyakinan.

Dia tidak tau, apakah ada yang berani mengajar seorang anak dari kasta rendah seperti dirinya?

Tetapi....

Ini bukanlah apa yang perlu dipertimbangkan oleh dirinya, Yang Mulia Destarasta sendiri yang akan mengurusnya.

Karena ini janjinya, maka dia akan memastikan keberhasilan diriku menempuh pendidikan ini dengan lancar.

"Ksatria?"Destarasta ragu-ragu, dia pikir Gayatri akan memilih pendidikan seorang putri.

Bagaimanapun Gayatri selalu iri dengan perlakuan pada Putri Dursala. Siapa yang menyangka, dia menginginkan pendidikan ksatria.

"Nak, kamu adalah seorang wanita. Seorang wanita akan mengurus suami dan anak-anaknya, lalu untuk menikah. Maka yang dipilih oleh para calon suami adalah bakatnya seperti melukis, bernyanyi, menari dan masih banyak lagi. Coba pikirkan sekali lagi "bujuk Gandari.

"Ini adalah keinginan ku, Yang Mulia Ratu. Tolong kabulkan "Gayatri tetap kukuh dengan pendiriannya.

Dia butuh keterampilan mengangkat senjata, untuk melindungi kakak-kakaknya dari seratus Kurawa.

"Baiklah jika kamu bersikeras, tunggu kabar baiknya "ucap Destarasta, Gayatri menunduk hormat dan pergi dari ruangan itu.

***

Sudah dua bulan berlalu, Destarasta tidak kunjung menemukan guru yang sudi mengajar Gayatri.

Alasan mereka sangat sederhana, Gayatri adalah kasta Sudra, apa dia pantas mengangkat senjata?

Mereka semua tidak ingin melanggar tradisi dengan mengajarkan pengetahuan yang mereka miliki pada seorang dari kaum Sudra.

"Sepertinya memang sulit"batin Gayatri yang melihat sekelompok Brahmana yang keluar masuk istana, seharusnya mereka semua adalah calon gurunya.

Tetapi tidak ada yang mau menerima dirinya sebagai murid, karena status dirinya yang rendah.

"Jika begini terus, maka aku hanya membuang-buang waktu"Gayatri melompat dari jendela, dan memutuskan untuk menyelinap ke lapangan tempat para ksatria Hastinapura berlatih.

Di sana dia akan menatap dan mempelajari segala macam pengetahuan untuk memegang senjata, untuk saat ini lebih baik meraba-raba sendiri.

Hal seperti ini, sudah terjadi dua bulan belakangan ini. Karena dia bosan menunggu kedatangan guru yang tak kunjung datang, makanya dia memilih meraba-raba pengetahuan tentang senjata secara mandiri.

***

"Aku tidak tau, kenapa kamu bersikeras untuk memanggil ku?"tanya Drona pada Destarasta.

Sekarang dia sedang mendidik murid-muridnya yaitu para pangeran Kuru. Dia tidak suka diganggu, tetapi dia juga tidak boleh mengabaikan Raja Destarasta.

"Guru Drona, bisakah anda menerima satu murid lagi?"tanya Destarasta ragu-ragu.

"Apakah dia adalah Sri Gayatri? Aku sudah mendengar jika anda mencarikannya seorang guru"tanya Drona.

"Benar sekali, mau kah anda menerimanya?"

"Maafkan aku, aku hanya menerima seorang murid dari kaum ksatria dan brahmana saja"Drona dengan tegas menolaknya.

"Tetapi Guru Drona, dia juga adalah anak ku. Dia termasuk dalam kasta Ksatria"jelas Destarasta.

"Tidak, dia bukanlah kasta ksatria. Mohon maaf, saya tidak bisa menerimanya"Drona memberikan salam dan pamit undur diri.

***

Shuaaa

Kali ini, Gayatri mencoba memanah kendi-kendi yang bergelantungan di pohon, matanya tertutup oleh selembar kain.

Dia ingin mencoba pelatihan indra pendengarannya, karenanya dirinya menutup matanya.

Kendi-kendi itu bergoyang-goyang karena terpaan angin kencang. Gayatri memusatkan perhatiannya pada indra pendengarannya.

Shua

Crak

Crakkk

"Prok....prokk"terdengar sebuah tepukan tangan dari belakang Gayatri, Gayatri melepaskan penutup matanya dan berbalik untuk melihat, siapa penyusup yang menyusup ke tempat pelatihan yang tersembunyi ini?

Drona menatap kagum pada gadis kecil dihadapannya ini, kekuatan memanah ini tidak kalah dengan milik Pangeran Arjuna.

Siapa dia?

"Aku Sri Gayatri, salam"Gayatri melipat tangannya memberi salam. Senyuman Drona luntur akibat kalimat yang diutarakannya.

"Seorang dari kaum Sudra, memegang senjata?"

"Saya tidak akan berdebat dengan anda, Tuan. Tetapi setiap orang memiliki sesuatu yang ingin di lindunginya, untuk melindungi hal ini, aku perlu melewati jalan ini"jelas Gayatri dengan senyuman.

***

Bersambung ~

See you

Variabel Mahabharata Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang