“Hal manis tidak selalu baik, kau lupa bayi bisa mati karena diberi madu.”
"Apa yang kau lakukan?"
"Ibu bilang kita harus pulang ke kota hari ini."
Sebagian pakaian Kafi sudah terlipat rapi di dalam koper miliknya siapa lagi pelakunya jika bukan Diza. Ia dengan cekatan melipat pakaian-pakaian suaminya untuk dimasukkan kedalam koper. Hingga semuanya selesai barulah ia menutup koper tersebut ia tak menghiraukan wajah tak bersahabat Kafi.
Selagi ada ibu mertua yang berdiri dibelakangnya Diza sama sekali tidak takut melakukan apapun yang bersangkutan dengan Kafi.
"Kau saja yang pulang sendiri."
"Ibu bilang kita pulang ke kota bukan aku pulang ke kota, sudah paham suamiku?"
Kafi memandang geli. "Tapi aku tidak ingin ke kota, jadi bagaimana?"
"Harus! Jika tida—"
"Jika tidak apa?" potongnya.
"Sudah selesai?" ibu mertua datang dan langsung duduk didekat menantunya.
Semuanya sudah rampung dua koper berdiri tenang didekat Diza, ada koper miliknya dan juga koper milik Kafi.
Kafi misuh-misuh ia mengambil kopernya dengan kasar bukan untuk ia bawa ke mobil melainkan untuk membongkar isinya. "Kafi tidak akan pergi dari sini, Bu. Jika Ibu bersikeras suruh saja dia pulang sendiri," ujarnya, Kafi mengembalikan semua pakaiannya kedalam lemari secara acak tidak peduli kerapiannya yang penting barang-barangnya kembali ke lemari.
"Kafi!!" teriak Diza. "Kau keterlaluan, aku sudah membereskan semuanya dan kau kembali memasukkannya ke lemari."
"Sudah kukatakan aku tidak akan pergi dari sini, terserah saja jika kau mau memasukkannya kembali ke koper, aku bisa membeli pakaian diluar sana."
"Kafi, dengarkan ibu, kau pulanglah ke kota dengan Diza, Nak." Ibunya berusaha membujuk agar anaknya itu kembali ke kota. Sebuah penyesalan karena mengikut sertakan menantu dan anaknya untuk tinggal di desa. Jika seperti ini akan sangat bahaya bagi keberlangsungan rumah tangga anaknya. "Jangan membantah," ujarnya lagi saat melihat Kafi akan membuka suara bantahan.
Mengikuti perintah ibunya untuk tidak membantah Kafi memilih mundur dan pergi dari sana tanpa mengucapkan apa-apa. Ia terlampau kesal dengan ibu dan wanita sialan itu.
Diza menatap risau kepergian Kafi yang mungkin saja ingin menemui wanita perebut suami orang itu. "Ibu, bagaimana ini, Kafi tidak mau mendengarkan Ibu."
"Tenang sayang, nanti ibu cari cara supaya Kafi mau kembali ke kota denganmu," tuturnya menenangkan sang menantu.
"Semua ini karena perempuan itu, Bu. Aku sudah memberinya peringatan tapi ternyata dia mengabaikan peringatan yang Diza berikan. Dia wanita yang tidak tau diri, Bu." Wajah sedihnya ikut bermain peran berusaha menarik simpati lebih dari ibu mertuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melautkan Rasa
General Fiction-Ini tentang komunikasi dua sisi antara indahnya laut dan suramnya hati- Potongan cerita : Ia terus memandangi bunga tersebut yang semakin menjauh dari dirinya. Biru menyudahi aksi pelepasan bunganya. Ia memutar tubuhnya untuk kembali ke bibir panta...