"Al! Alicia!"
Suara berat itu sontak membuat Alicia menghentikan langkah dan berbalik badan. Dia terkejut melihat Afif sedang menghampirinya dengan langkah kaki yang diseret sebelah.
"Eh, kenapa fif? Kamu kenapa-napa di jalan?" Alicia memastikan. Terlihat mata kaki dan dahi Afif memar.
Afif mengangguk lemah. "Kamu tahu? Tadi aku nggak sengaja ngelamun, terus mobil aku kena trotoar jalan. Bantu aku ya, ke ruang kesehatan."
Alicia membuntuti Afif yang berjalan mendahului. Dia membiarkan laki-laki itu berjalan dengan mandiri, karena dilihat-lihat masih mampu dan tidak separah itu. Alicia juga was-was jika dirinya membantu menuntun Afif. Alicia agak menjaga jarak dengan Afif semenjak kejadian ke rektorat kala itu.
"Duduk di bangku itu dulu sebentar." Alicia mengambilkan kapas, alkohol, obat merah, dan minyak di kotak P3K yang tersedia di ruangan itu.
Alicia duduk di bangku kayu satunya. "Jeans kamu dilipat dulu ke atas."
"Tolong, dilipatkan."
"Fif, maaf. Aku rasa kamu bisa melakukannya sendiri." Alicia mendengus pelan. Ia heran, mengapa Afif tiba-tiba semanja ini. Padahal, setelah Alicia menolak permintaan itu, Afif bisa saja melakukan sendiri tanpa hambatan.
"Aduh," keluh Afif saat bagian memar di kakinya terasa semakin perih.
"Tahan sebentar." Alicia mengoleskan minyak yang digenggamnya setelah membersihkan dengan alkohol.
"Kebentur ini?"
"Iya. Kebentur lumayan kencang."
Setelah beres dengan bagian kaki Afif, Alicia beralih pada dahi Afif yang tampak ungu itu.
"Sudah selesai. Fif?" Alicia terkejut ketika dia menyadari Afif ternyata sedari tadi memandangi wajahnya dengan tatapan yang aneh dan agak lama. Pantas saja Afif anteng.
"Fif. Ayo ke kelas, keburu masuk." Alicia menyadarkan ulang. Membuat Afif mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Kamu kenapa Fif?" tanya Alicia sekalian mengusir pikiran buruk dalam benaknya. Tangan Alicia dengan cepat mengemasi peralatan kesehatan lalu membuang beberapa sampah. Dirinya ingin segera pergi dari ruangan yang hanya berisi Alicia dan Afif saja.
"Al, maaf," ucapan lirih Afif itu membuat Alicia berhasil mengingat candaan Afif di chat yang belakangan ini agak lain.
"Cantik pemandangannya, orangnya juga."
"Bagus juga hasil fotonya, lebih bagus lagi kalau aku ikut di sampingmu."
"Aku baru nyadar Al, libur 2 bulan terasa lama, karena aku nggak ketemu kamu. Rasa-rasanya bukan kangen ke kampus, tapi ke kamu."
Alicia bergedik ngeri mengingatnya. Semenjak kejadian ke rektorat itu juga, Alicia jadi mengurangi interaksi dengan Afif. Ditambah, chat darinya yang berlebihan itu membuat Alicia kurang nyaman. Ya, meskipun Afif ini termasuk teman akrabnya. Tetapi, nggak frontal begitu juga kali.
"Maaf Al. Kenapa kamu jadi kayak begini sih?" Afif melanjutkan pembicaraannya, ketika Alicia belum merespon maafnya. Meskipun dirinya sendiri tak mengerti salahnya dimana, hanya saja merasa sikap Alicia beberapa bulan terakhir kepadanya tampak berbeda daripada biasanya.
"Iya. Ayo ke kelas, kamu duluan ya, aku mau menutup pintu dulu."
Afif mendahuluinya dengan berjalan terlebih dahulu. Sementara Alicia membuat jarak beberapa meter darinya.
Saat sampai di kelas, ternyata ada salah satu dosen yang baru mengucap salam untuk memulai pembelajaran.
"Loh, ada hal apa kamu Fif?" tanya Pak Hendri. Kebetulan Afif ini sebagai PJ kelas alias ketua kelas, yang biasa dikenal para dosen beserta staff yang bersangkutan dengan kelas Akuntansi B.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelas Sore ✓
Genel KurguAlicia Evalina, seorang karyawan sekaligus mahasiswi kelas sore UNP. Dia merasa menemukan teman seperjuangan di kampusnya. Devan Evander, laki-laki yang dikira merupakan adik kelasnya itu. Dua insan ini memiliki kehidupan berbeda. Hidup Devan yang m...