2!

31.7K 668 0
                                    

!!!!!!!!

Ketika Cassandra sadar, ia menemukan dirinya berada dalam ruangan gelap yang hanya diterangi oleh sedikit cahaya yang masuk melalui celah di pintu. Kedua tangannya terikat pada bagian belakang kursi dan kakinya masing-masing terikat pada kaki kursi. Kepalanya pusing dan tubuhnya terasa lemah. Ia mencoba mengingat apa yang terjadi dan segera sadar bahwa ia telah dibius oleh seseorang. Pikirannya langsung melompat ke Anastasia. Apakah sahabatnya berhasil kabur?

Pintu tiba-tiba terbuka, cahaya menerangi ruangan itu dan Cassandra harus menutup matanya sejenak untuk menyesuaikan diri dengan cahaya yang masuk. Seorang pria tinggi dengan wajah dingin masuk, diikuti oleh seorang pria dengan wajah yang tak kalah dingin.

"Sir, dia adalah Cassandra Clark sahabat nyonya yang membantu nyonya untuk kabur." Ucap pria yang ia ingat sebagai seseorang yang membawanya ke tempat ini dan ia yakini sebagai seorang anak buah pria yang diceritakan Anastasia.

Pria yang berdiri di hadapannya adalah Miguel Costaricco, ia tentu mengetahuinya. Seorang billionaire, ia menguasai New York. Seorang pria berdarah Italia-Spanyol, wajahnya telah tampak di berbagai berita televisi ataupun di surat kabar.

"Leo, berikanlah dia pelajaran. Semuanya aku serahkan padamu, tapi jangan membunuhnya. Dia masih dapat berguna di masa depan." Katanya dengan suara berat. Sial! Dia benar-benar kejam.

Bulu kuduknya berdiri ketika melihat pria yang dipanggil Leo itu berjalan kearahnya. Sedangkan Miguel, ia melenggang pergi meninggalkan ia dengan Leo sendirian.

"Jangan mendekat, brengsek!" Pekikan terdengar ketika Leo semakin mendekat. Cassandra semakin ketakutan, ia menggerakan badannya dengan brutal namun tak membuahkan hasil apapun yang ada hanya menambahkan berbagai luka di pergelangan tangan dan kakinya karena bergesekan dengan tali yang mengikatnya dengan kencang.

Leo semakin mendekat dan menyeringai kecil melihat Cassandra. Ia mulai membuka gespernya dan melepaskannya, mengambil aba-aba untuk mencambuk gadis itu. Namun sebelum itu, Cassandra telah lebih dahulu meludahinya tepat di wajahnya.

Ia menggeram marah, selama ini tak ada yang pernah meludah di wajahnya. Ia menjatuhkan sabuknya ke lantai, lalu mencekik leher gadis itu. Cassandra meronta namun tak bisa berkutik karena kedua tangan dan kakinya diikat. Pasokan udaranya menipis, wajahnya memerah, dan tubuhnya melemas. Saat kesadarannya hampir hilang, Leo melepaskan cengkraman di lehernya. Cassandra segera menghirup udara sebanyak mungkin.

Plak.

Suara tamparan terdengar, wajahnya menoleh dan pipinya telah memerah dengan bekas telapak tangan disana. Rasanya terasa kebas sekali, matanya mulai memerah menahan isakan yang akan keluar merasakan sakitnya. Selama ini tak ada yang berani memukulnya, separah apapun tindakan yang ia lakukan bahkan orang tuanya sekalipun tak pernah melakukan kekerasan. Namun pria ini berani melakukannya. Ia menatap pria itu dengan tajam, tangannya yang terikat mengepal sehingga buku-buku jarinya terlihat putih.

"Kau berani sekali," desis Leo, suaranya dipenuhi dengan ancaman. "Kau akan menyesal telah melakukannya."

Cassandra menatapnya dengan mata yang penuh keteguhan. Meskipun tubuhnya terasa lemah dan terikat, ia tetap memberanikan dirinya. Dia tahu dia harus menemukan cara untuk keluar dari situasi ini atau akan menghadapi konsekuensi yang lebih buruk.

Leo merapatkan wajahnya ke wajah Cassandra, ia menempelkan bibirnya ke bibir wanita itu. Menyesapnya dengan kasar, ia menuntut Cassandra untuk membuka mulutnya.

"Honey, open your mouth." Ucapnya penuh penekanan. Sang empu semakin merapatkan bibirnya, bahkan ia menghalangi lidah Leo untuk masuk dengan giginya. Hal ini memicu kemarahan Leo, ia menggeram kesal dan menggigit bibirnya. Namun, tetap tak membuahkan hasil, gadis ini terlalu gigih.

Karena tak mendapatkan balasan, bibirnya mulai turun menyusuri rahang gadis itu dengan kecupan-kecupan sensual. Leo menarik rambut Cassandra dengan kencang sehingga terdengar pekikan, ia mendongakkan kepala gadis itu agar dapat mengakses lehernya dengan bebas. Leo mulai mengecup, menyesap, dan menggigit leher Cassandra memberikan banyak tanda kepemilikan disana. Lenguhan terdengar beberapa kali dari bibir itu.

Leo mulai membuka pakaian atas gadis itu, bibirnya mulai menjalar ke bagian dada Cassandra. Memberikan beberapa tanda kepemilikan disana, tangannya yang berada di rambut itu berpindah ke arah dada. Meremasnya dengan kasar, ia membuka bra yang masih menutupi keduanya. Leo menaikkan branya tanpa melepaskan kaitannya. Tamparan dilayangkan ke arah dadanya, menyentil berulang putingnya yang membuat gadis itu mengerang.

Dia segera berdiri menurunkan resletingnya dan mengeluarkan kejantanannya yang telah menegak sempurna. Ia mendekatkan benda itu ke mulut Cassandra dan berusaha menjejalkan kepalanya masuk ke dalam. Cassandra berpaling dan Leo langsung menamparnya berulang kali sehingga ujung bibirnya terlihat mengeluarkan darah.

"Uhuk!" Cassandra tersedak saat benda itu mulai masuk ke rongga mulutnya secara paksa dengan Leo yang mencengkram dagunya supaya mulutnya terbuka lebar.

"Sssshhh...." Desisan terdengar dari bibir Leo. "Hisap, sayang. Hisap dengan kuat sehingga menyembur keluar." Titahnya.

Pinggulnya bergerak maju mundur dengan kasar dan tangannya terus mencengkram rambut Cassie bergerak ke arah berlawanan. Tak lama, gerakannya semakin cepat dan tak menentu. Cairan putih keluar, Leo semakin membenamkan kenjantanannya tak membiarkan setetespun cairannya menetes.

"Telan, Cassie." Tekannya penuh penekanan ketika menerima penolakan dari gadis itu lagi.

Cassandra merasakan mual setelah dipaksa untuk menelan cairan milik pria itu. Wajahnya memerah menahan amarah dan matanya berkaca-kaca karena dilecehkan oleh Leo. Ditambah panggilan yang diberikan Leo kepadanya, menurutnya itu sangatlah lancang.

"Namaku Cassandra, sialan!" protesnya kepada pria yang telah melecehkannya.

Setelahnya ia kembali memasukkan kenjatanannya. Leo mengambil sabuk yang tadi ia jatuhkan ke lantai.

"Aku menyukainya, Cassie. Kau tak bisa melarangku."

Leo mulai mencambuk seluruh badan Cassandra dengan sabuk itu. Pekikan kesakitan terdengar, badannya terasa sangat ngilu bahkan beberapa bagian mengeluarkan darah. Ia mulai meneteskan air matanya sembari memekik setiap menerima cambukan. Wajahnya beberapa kali ditampar sehingga ruam kebiruan mulai terlihat. Tak lama, kesadarannya mulai menghilang kembali setelah menerima berbagai kekerasan.

PrigionieraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang