Happy reading:)
====
Aroma ketegangan tercium dengan sangat kuat saat Galen menurunkan kaki di halaman rumah orang tuanya. Sore ini sepulang kerja, Galen mengunjungi rumah orang tuanya untuk meluruskan kembali soal keinginan Ranu hendak menjodohkan Galen dengan Hanin. Pasalnya, sejak percakapan antara Galen dengan Ranu beberapa hari yang lalu melalui ponsel, hubungan ayah-anak ini menjadi sedikit memanas.
Ranu menginginkan keluarga mereka melakukan kunjungan balasan di kediaman Endrasuta—orang tua Hanin. Sementara Galen bersikeras menolaknya. Menurut Galen, dengan mengunjungi rumah Hanin akan membuat wanita itu berpikiran kalau Galen menyetujui perjodohan mereka berdua. Galen sendiri tidak ingin menghancurkan hati Hanin dengan mengikuti keinginan Ranu dan memberi wanita itu sebuah harapan palsu.
Jika sebelumnya Galen tak sanggup mencintai Hanin, apalagi sekarang. Sudah tak ada ruang yang tersisa di dalam hati Galen. Seluruh hati dan jiwa Galen sudah dia serahkan kepada Naora.
Ranu dan Elisa menyambut kedatangan Galen seperti biasa. Galen memeluk ayahnya dengan sikap hormat, sedangkan Elisa memeluk erat dan mencium kedua pipi putra bungsunya dengan penuh kasih sayang. Demi mengurai aura ketegangan, ibunda Galen tersebut mengajak suami dan putranya untuk makan malam terlebih dahulu.
"Kenapa sih kasih tahu Mama dadakan kalau mau datang? Baru tadi pagi kamu bilang, jadinya Mama tak sempat masak rendang atau sop buntut kesukaanmu," ujar Elisa ketika mereka makan malam bertiga.
"Tidak apa-apa, Mama. Soto ayam buatan Mama ini juga sama enaknya kok." Puji Galen demi mengusir kekecewaan dari wajah Elisa.
"Nanti masakan Mama dibawa pulang ya? Ayam gorengnya juga," pinta Elisa sembari memandang potongan ayam goreng yang cukup untuk makan sepuluh orang. Anggukan kepala Galen langsung membuat wajah Elisa berseri-seri lagi.
"Bagaimana usahamu?" tanya Ranu. Galen tahu kalau ayahnya hanya basa-basi saja agar topik pertengkaran mereka tidak terbawa ke atas meja makan.
"Bagus, Papa," jawab Galen. Kemudian Galen menjelaskan soal perkembangan bisnisnya dengan singkat. Ranu manggut-manggut mendengarkan penjelasan putranya, sesekali dia menyela dengan pertanyaan seputar bisnis dan tentunya, menghindari topik yang mengundang ketegangan di antara dirinya dengan Galen.
Namun, atmosfer hangat yang sebelumnya tercipta di ruang makan seketika sirna saat mereka duduk di ruang tengah. Ranu yang bersikeras agar mereka mengunjungi rumah Keluarga Endrasuta sudah memanaskan situasi. Dinginnya es teh jeruk purut buatan Elisa tak cukup mendinginkan aura tegang yang pelan-pelan hadir di tengah mereka.
"Papa berharap biarpun kamu tidak menyetujui rencana Papa soal hubunganmu dengan Hanin, tetapi Papa berharap kita tetap mengunjungi rumah mereka, Galen. Papa tidak enak sama Endrasuta." Ranu mulai memberikan argumentasinya. Galen langsung menggeleng dengan kuat.
"Maafkan aku, Papa. Aku benar-benar tidak mau. Bukan karena aku tidak menghormati orang tua Hanin, sama sekali bukan. Aku hanya tidak mau Hanin makin salah paham soal rencana Papa dan Pak Endrasuta." Galen berjeda sesaat untuk mengatur napas. Membicarakan soal Hanin kepada ayahnya selalu membuat Galen kelelahan. "Seharusnya Papa bisa mempertimbangkan rencana Papa kembali. Berulang kali aku sudah katakan kalau aku tidak setuju dan aku juga tidak pernah berusaha mendekati Hanin, Pa. Aku sama sekali tidak berencana memperistri Hanin. Bagaimana membuat kalian mengerti?"
Keheningan yang mencekam membentang untuk beberapa saat sebelum suara lembut Elisa mengoyak di antara mereka.
"Sebenarnya, apa alasanmu tidak mau bertemu Keluarga Endrasuta, Galen? Apa hanya karena kamu tidak mau menyakiti hati Hanin atau ada alasan yang lain?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Dangerous Affair
Tiểu Thuyết ChungWarning : 21+ Kesuksesan Naora Delmar sebagai seorang pengusaha wanita, ternyata tidak dibarengi dengan kesuksesannya dalam berumah tangga. Ia harus menerima kenyataan bahwa suaminya, Arzan Zahair, sudah berselingkuh dengan asisten pribadi Arzan yan...