KALAU gak karena Arnata sama Arumi yang tengil setengah mati numpahin minyak gorengan ke kursi Bu Eti, kemungkinan gak ada acara berdiri di depan kelas sambil cengengesan seperti sekarang.
"Apa teman-teman kalian ini bisa jadi contoh untuk ke depannya? Semua yang kalian perbuat, tolong dipikir sebaik-baiknya. Jangan sampai menjadikan diri kalian buruk di mata orang lain."
"Kalau sudah dipandang kurang baik oleh orang lain, apa kalian bisa mengembalikan nama baik masing-masing? Saya tahu, sangat tahu kalau kalian punya kekuasaan di sekolah ini, atas prestasi juga donasinya. Tapi tindakan kalian sama sekali tidak pantas untuk disebut mencerminkan generasi gemilang."
Telinga keduanya seperti memerah karena sudah hampir setengah jam hanya mendengar omelan Bu Eti. Yaa.. Siapa suruh juga galak begitu? 'Kan jadi pengen isengin mulu.
Sampai-sampai seorang Kathrin Rinjana juga Gesha si pendidik mata pelajaran Bahasa Inggris ini menggelengkan kepala, menyaksikan tegasnya Bu Eti mendidik kelas IPA 3 si langganan nyemplung BK dan ruang OSIS.
"Kamu; anggota OSIS juga, 'kan?!"
Haura dibawa-bawa?
Tapi yang ditanya cuma bisa mengangguk pelan, takut ditelan. Benar-benar atmosfernya buruk di kelas IPA 3 ini. Yang lain ikut menanti-nanti apa yang akan dilakukan Bu Eti pada Haura. Namun yang paling was-was dari semua orang di kelas, hanya Arnata.
"Kamu itu seharusnya ikut mendisiplinkan kelas ini! Bukannya tidak mau ikut campur, ketua kelas juga harus membimbing semua anggotanya untuk jadi lebih baik!"
Tadi Haura.. Sekarang Amara..
Nanti siapa lagi?
"Maaf, Bu. Ketua kelas selalu mengusahakan yang terbaik untuk anggotanya, tapi beberapa memang susah didisiplinkan. Kami coba lagi, Bu Eti," Haura mengalahi untuk menjawab ucapan Bu Eti. Setelah setengah jam penuh semua orang hanya diam tidak mau atau tidak mampu menyahuti ucapan beliau.
"Kasihan dah pacar lo, Nat," bisik Rumi seraya menyenggol lengan Nata.
"Gara-gara eluuu. Kalau aja gak ngide lari-larian terus kepleset, gak akan tumpah disitu, anjir!" Kesal Nata.
Yaaa.. akan terus salah-salahan sampai ada yang mau mengalah. Walau mustahil.
"Kalian masih mau ngobrol? Kamu, silakan dibawa ke ruang OSIS saja mereka ini. Biarkan Ketua OSIS yang bertindak, atau kalau kamu sungkan ganggu waktunya, kamu saja yang menangani."
Senyum Rumi dan Nata terbit begitu cerah. Mara dari bangkunya, sangat ingin melempar sepatu ke muka mereka berdua. Ini bukan dikasih hukuman, yang ada malah kesempatan.
Kesempatan apa? YA KABUR!
LANGSUNG GAS JAJAN DI KANTIN!
UDAH KENYANG LANGSUNG REBAHAN!
Haura menghela nafasnya pelan, sebelum pada akhirnya berdiri dan menarik dua manusia di depan sana menuju ruang OSIS. Beruntungnya, kegiatan diberhentikan satu minggu utuh karena kebutuhan istirahat. Sudah beberapa minggu aktif terus menerus tanpa ada liburnya.
Mara sebagai penanggung jawab ikut membuntuti. Bukan, bukan mau mengekori Rumi, 'kok! Walau gak sepenuhnya salah sih..
"Kenapa ikut dah, Mar?" Tanya Nata.
"Ngurus surat sendiri ya lo!" Kesal Mara dengan menunjuk Nata yang berjalan di depannya.
Rumi sendiri tertawa geli. Temannya yang satu itu memang sedikit lemot kadang-kadang, kalau masalah beginian.
Masuk ruang OSIS, mereka disambut oleh bendahara yang baru saja mengunci lokernya. Setelah menyapa manusia-manusia penghuni kandang IPA 3, si perempuan yang dikenal cerewet oleh Haura sekarang keluar, menyisakan mereka saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Srikandi Love-line [END]
ФанфикAda apa ajasih? Ada yang friendzone, ada yang backstreet, ada yang bongkar pasang, ada yang fwb-an. Tinggal capcipcup gaksih?? Kalau aja Arumi lebih satset, kalau aja Azura berani nanya alasan pacarnya ngajak backstreet, kalau aja Arnata mau ngobrol...