02

9 1 0
                                    

Cuaca yang mendadak mendung di hari ini, berhasil membubarkan sekumpulan orang-orang yang sedang berada di sebuah lapangan.

Upacara apel pada hari senin itu akhirnya batal terlaksana, setelah tiba-tiba saja hujan mulai turun deras.

Seluruh murid dipersilahkan untuk memasuki kelas masing-masing. Namun tentu saja tidak sedikit dari mereka masih ada yang bandel, bahkan mencari kesempatan dengan membolos entah itu ke kantin atau bahkan keluar sekolah.

Dean, yang melihat setengah dari teman sekelasnya keluar kelas hanya bisa menggelengkan kepala saja lalu kembali melanjutkan bacanya pada sebuah buku.

Sesekali ia juga tampak mencatat di buku tugasnya.

Pagi hari ini udaranya cukup dingin. Dean mengalihkan perhatiannya sejenak, untuk menatap suasana hujan deras dari balik jendela.

Hupf!!

Hembusan napas itu, berhasil menciptakan sedikit asap hangat di cuaca yang dingin.

“Dean...”

Panggilan itu berhasil mengalihkan perhatian si empu nama.

“Ada apa, Vana?” Memperbaiki kacamatanya sejenak ia mulai menatap si pemangil.

“Apa aku, boleh minta bantuan mu?” Sembari bertanya Vana berjalan ke arah meja Dean berada.

“Hem, tentu.”

Pun dia berbicara kembali. “Apa yang sedang kau butuhkan? Sebisa mungkin aku usahakan.”

Vana membuka buku tugasnya, lalu memperhatikan sebuah soal kepada Dean. “Bisa bantu aku menyelesaikan soal ini?”

“Ya, kemari lah.” Dean menyuruh Vana untuk duduk di samping kursinya.

Mereka pun pada akhirnya mengerjakan soal tersebut bersama sampai tak terasa waktu istirahat telah tiba.

***

Suara yang ricuh beserta gerombolan orang mengantri, membuat kantin tampak terlihat menyesakkan.

Terlihat seorang remaja sedang asik menulis di sebuah buku, sembari ia bergumam lalu tertawa tidak jelas.

“Hehehe, sepertinya ini cukup bagus.” Gumamnya lirih melihat kearah buku yang baru saja dia tulis.

Matanya yang sipit semakin menyipit, karena menatap tajam pada sebuah objek di depan pintu masuk kantin.

Srak!

Derap langkah kaki yang tergesa serta suara gesekan antara kursi dan lantai di depan remaja itu, telah berhasil mengambil fokusnya dari buku.

“Dasar bajigan! Kau yang melakukan ini?!”

Menarik kuat kerah seragam lawannya, serta melemparkan sebuah ponsel rusak tepat mengenai kepala si pria sipit.

Dengan raut wajah tanpa rasa bersalah ia malah kembali terkekeh bersama wajah songongnya.“Hehehe.. lalu kalau sungguh aku, kau mau apa?”

“Bags-”

Cuih!

Umpatan yang penuh emosi sempat tertunda, kembali semakin membara akibat provokasi ludah.

Dan ya kalian tau selanjutnya apa?

Brug!

Pria sipit itu terbanting menabrak dua meja kantin, dan menjatuhkan sisa makanan para siswa.

“Kayuta, dengarkan... aku tidak akan segan lagi, untuk membunuh ibu penyakitan mu itu.” Berbisik tepat ditelinga si pria sipit (Kayutarga) seraya melanjutkan kata-katanya “Aku lebih tau kelemahanmu dan aku bisa melenyapkannya sekarang jika kau terus mengusik privasi ku, mengerti!”

Kantin yang awalnya ribut sebelum kejadian mencekam, menjadi tenang saat kejadian lalu kembali ribut lagi setelah kejadian.

Bahkan tak ada satu orang pun yang berani menolong Kayuta, saat ia sekarat sampai dia kembali bangkit sendiri.

“Sialan!” Umpat sembari meludahkan darah di dalam mulutnya.

Menghunuskan tatapan tajam ke arah punggung lawan yang telah membuatnya babak belur.

. . .


























Thank you guys, karena udah mau mampir dan baca cerita freak ini.

Kalo gitu byee...

Sampai ketemu kapan-kapan 🙃

Author : Artdyew

Published : Kamis, 05 Desember 2024

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Leviathan DanmeruzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang