31. Monsieur Kenan

18 2 0
                                    

"Nasi goreng spesial buatan Kikan!"

Gue menaruh dua piring berisi nasi goreng untuk sarapan kita pagi ini. Sebenernya, Kenan gak pernah masalah sih kalau urusan makanan. Jadi, gue gak susah juga masakin makanan buat dia. Walaupun, kadang suka tertekan mikirin soal rasa.

"Resep The Stalker?" tanya Kenan.

"Bukan. Aku takut kamu bosen sama yang di restoran. Kali ini resep ..."

"Mama kamu?" tebak Kenan.

"Om aku," jawab gue tersenyum kecil.

"Om kamu bisa masak?" tanya Kenan waktu gue masih menuangkan air mineral ke gelasnya.

"Bukan yang profesional sih. Tapi, kalau masak makanan-makanan yang sederhana, bisa."

"Pasti orang yang tinggal sendiri," tebak Kenan, terus dia mengaduk-aduk nasi gorengnya kaya merhatiin apa aja yang ada di dalem. Nasi gorengnya sih warnanya kuning bukan hitam kecap. Tapi Kenan gak kaget liatnya. Padahal, gue pikir dia bakal kaget pertama kali liatnya.

"Iya, dia single parent. Dulu waktu aku SMA, aku sering main ke rumahnya untuk main sama anaknya  sambil sesekali jagain juga. Terus, setiap Om pulang kerja, kalau gak makan mie instan, ya bikin nasi goreng ini."

Gue menatap Kenan yang masih memerhatikan nasi goreng ini. Kenapa sih? Isinya normal kok, telur orak-arik, malah gue tambahin sosis sama ayam.

"Kenapa? Kamu ragu sama rasanya? Tenang aja, resep Om aku aman kok."

"Enggak, aku gak pernah judge resep orang lain dan masakannya sebelum makan. Cuma, aku lagi mikir sesuatu aja."

"Apa?"

"Kayanya aku pernah liat nasi goreng dengan warna kuning dan putih. Tapi lupa di mana. Ada sih emang," jawab Kenan, lalu menyuap nasi gorengnya. Gue memerhatikan Kenan, menunggu reaksi dari dia.

"Gimana?"

"Aku suka sama rasa rempahnya. Kamu pake terasi sama kunyit asli juga, ya?"

"Iya, aku gak pake yang bubuk. Soalnya kunyit yang asli lebih bagus buat kesehatan, kata Mama gitu," jawab gue dengan sangat bangga.

"Rasanya juga beda, kunyit asli yang dihaluskan lebih keluar wangi khas-nya dibanding yang bubuk. Paling cuma satu yang aku komentarin."

"Apa?"

"Asin. Terus ini, kamu masukin ayam, buat orang yang gak suka ayam."

Oh iya, gue lupa! Tadi gue sok ngide aja tambahin ayam suwir karena gue pengen banget. Harusnya gue kasih ayam suwirnya pas udah jadi aja. Jangan dicampur.

"Katanya satu doang yang dikomentarin."

"Soal ayam ini bukan komentar, lebih tepatnya protes. Tapi ... Karena kamu yang masak, di dapur rumah kita, dan untuk aku doang, jadi termaafkan," jawab Kenan melanjutkan makannya sambil meminggirkan ayam suwir di nasi gorengnya. Ah! Pantes dari tadi dia ngaduk-ngaduk nasi gorengnya sambil merhatiin teliti banget. Mungkin dia gak percaya gue kasih ayam suwir di makanannya.

"Tapi masih bisa dimakan kamu, kan? Apa mau ganti aja?"

"Gak usah, sayang. Aku bilang kan ini enak, aku suka."

"Tapi serius deh, aku gak tahu kenapa bisa asin. Padahal ..."

"Terasi itu rasanya asin, Kikan. Terus kamu tambahin garem, kaldu bubuk, apa jadinya?" tanya Kenan dan gue baru sadar itu. Pantesan.

"Maaf ya, aku udah lama gak masak ini," jawab gue ngerasa bersalah.

"Gak apa-apa, masih bisa kemakan kok."

I'M WITH YOU (Sequel Thank You Chef)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang